Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Cabai Rawit Merah di Cirebon Tembus Rp95 Ribu Jelang Nataru

Di Pasar Beran, Kecamatan Ngawi Kota, para pedagang kini menjual cabai rawit dalam kemasan kecil berisi 7 hingga 8 biji dengan harga Rp3.000 per bungkus. IDN Times/ Riyanto.
Di Pasar Beran, Kecamatan Ngawi Kota, para pedagang kini menjual cabai rawit dalam kemasan kecil berisi 7 hingga 8 biji dengan harga Rp3.000 per bungkus. IDN Times/ Riyanto.
Intinya sih...
  • Permintaan musiman dan cuaca jadi pemicu
    • Cuaca buruk menyebabkan gagal panen cabai rawit merah
    • Permintaan meningkat menjelang Nataru, pasokan berkurang
    • Harga melonjak jika pasokan terlambat
    • Daya beli tertekan, pedagang ikut terdampak
      • Konsumen kurangi pembelian atau beralih ke cabai lain
      • Pedagang tidak diuntungkan, margin keuntungan menyempit
      • Risiko cabai cepat busuk menambah beban pedagang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Cirebon, IDN Times - Harga cabai rawit merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melonjak tajam menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026. Di sejumlah pasar tradisional, komoditas bumbu dapur ini diperdagangkan hingga Rp95.000 per kilogram, jauh di atas harga normal yang biasanya berada di kisaran Rp40.000–Rp50.000 per kilogram. Kenaikan harga ini memicu kekhawatiran baru terhadap stabilitas inflasi pangan daerah.

Lonjakan harga terjadi dalam rentang waktu yang relatif singkat, hanya sekitar dua pekan menjelang puncak arus libur akhir tahun. Pedagang mengakui kenaikan berlangsung bertahap, namun konsisten, seiring menipisnya pasokan dari sentra produksi dan meningkatnya permintaan rumah tangga.

1. Permintaan musiman dan cuaca jadi pemicu

Di Pasar Beran, Kecamatan Ngawi Kota, para pedagang kini menjual cabai rawit dalam kemasan kecil berisi 7 hingga 8 biji dengan harga Rp3.000 per bungkus. IDN Times/ Riyanto.
Di Pasar Beran, Kecamatan Ngawi Kota, para pedagang kini menjual cabai rawit dalam kemasan kecil berisi 7 hingga 8 biji dengan harga Rp3.000 per bungkus. IDN Times/ Riyanto.

Sejumlah pedagang di Pasar Pasalaran dan Pasar Sumber Cirebon menyebut faktor cuaca sebagai pemicu utama terganggunya pasokan cabai rawit merah. Curah hujan tinggi yang terjadi sejak akhir November menyebabkan banyak tanaman cabai mengalami gagal panen atau penurunan kualitas produksi.

"Kayak biasa, kalau mau tahun baru itu harga cabai domba (cabai rawit merah) memang naik," kata Imas, pedagang sayur di Pasar Sumber, Kamis (18/12/2025).

Di sisi lain, permintaan cabai rawit merah cenderung meningkat menjelang Nataru. Kebutuhan rumah tangga, pelaku usaha kuliner, hingga industri makanan skala kecil ikut mendongkrak konsumsi. Kondisi ini membuat keseimbangan antara pasokan dan permintaan menjadi timpang, sehingga harga terdorong naik.

Pedagang menyatakan, pasokan cabai dari wilayah Jawa Tengah dan sentra lokal Cirebon berkurang signifikan. Jika pasokan terlambat satu hingga dua hari saja, harga di tingkat pengecer bisa melonjak drastis.

2. Daya beli tertekan, pedagang ikut terdampak

Ilustrasi bawang putih dan cabai rawit (pixabay.com/tresiahoban3)
Ilustrasi bawang putih dan cabai rawit (pixabay.com/tresiahoban3)

Kenaikan harga cabai rawit merah berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Sejumlah konsumen memilih mengurangi jumlah pembelian atau beralih ke jenis cabai lain yang harganya relatif lebih murah, seperti cabai merah besar atau cabai keriting.

Pedagang pun tidak sepenuhnya diuntungkan dari kenaikan harga. Harga beli dari distributor yang tinggi membuat margin keuntungan justru menyempit. Risiko cabai cepat busuk akibat cuaca lembap menambah beban pedagang, terutama jika barang dagangan tidak segera terjual.

"Saya kan jualan seblak sama makanan pedas lain. Agak repot juga kalau naik. Jadi, saya tambahin pakai cabai kering," ujarnya.

Pelaku usaha makanan kecil dan menengah mulai menghitung ulang biaya produksi. Beberapa di antaranya terpaksa menaikkan harga jual atau mengurangi porsi sambal demi menjaga keberlangsungan usaha.

3. Ancaman inflasi pangan daerah

Cabai rawit setan yang dijual di Pasar Peterongan Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Cabai rawit setan yang dijual di Pasar Peterongan Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kenaikan harga cabai rawit merah menjadi sinyal tekanan inflasi pangan di Kabupaten Cirebon. Cabai merupakan salah satu komoditas yang memiliki bobot signifikan dalam pembentukan inflasi, terutama pada kelompok bahan makanan.

Jika harga bertahan tinggi hingga akhir Desember, dikhawatirkan akan memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulanan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat selama musim liburan.

Pemerintah daerah diharapkan memperkuat langkah pengendalian harga, mulai dari pemantauan distribusi, koordinasi antarwilayah, hingga operasi pasar bila diperlukan. Tanpa intervensi yang efektif, lonjakan harga cabai rawit merah berpotensi memperlebar tekanan biaya hidup masyarakat berpenghasilan rendah.

Sejumlah pedagang memperkirakan harga cabai rawit merah akan mulai melandai setelah libur Nataru berakhir, seiring membaiknya pasokan dan menurunnya permintaan. Namun, normalisasi harga sangat bergantung pada kondisi cuaca dan kelancaran distribusi dari sentra produksi.

"Minimal ada solusi dari pemerintah. Cabai domba kan banyak peminatnya juga," ujarnya.

Masyarakat berharap fluktuasi harga pangan tidak terus berulang setiap momentum besar tahunan. Stabilitas harga cabai menjadi cermin penting efektivitas pengelolaan sektor pangan, sekaligus ujian ketahanan ekonomi daerah di tengah dinamika iklim dan konsumsi musiman.

Share
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Polrestabes Bandung Siagakan 1.500 Personel Gabungan Jaga Nataru 2026

18 Des 2025, 16:25 WIBNews