Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

32 Kali Gempa di Sukabumi-Bogor, Warga Duga Dampak Pengeboran Panas Bumi

Ilustrasi panas bumi
Ilustrasi panas bumi
Intinya sih...
  • Gempa merusak rumah warga
  • Warga geruduk perusahaan pengebor panas bumi
  • Bantahan perusahaan: gempa disebabkan sesar aktif
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Rentetan gempa bumi yang terjadi pada akhir pekan lalu membuat warga Sukabumi resah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa bumi terjadi sebanyak 32 kali sejak Sabtu (20/9/2025) malam hingga Minggu (21/9/2025) siang dan turut dirasakan di sebagian wilayah Bogor.

Guncangan yang dirasakan berulang kali ini menimbulkan dugaan di kalangan masyarakat bahwa gempa tersebut berkaitan dengan aktivitas pengeboran panas bumi yang dilakukan oleh PT Star Energy Geothermal Salak.

​Iwan Rustandi, perwakilan warga dari Desa Kabandungan mengungkapkan, keresahan ini disampaikan dalam pertemuan dengan pihak perusahaan. Menurutnya, keresahan warga bukan tanpa dasar.

"Kami sangat resah di bawah karena ada kecurigaan, apalagi melihat informasi BMKG yang keluar bahwa titik koordinatnya berada di Gunung Salak," ujarnya saat diwawancarai pada Senin (22/09/2025).

1. Trauma gempa yang merusak

Dampak gempa bumi di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)
Dampak gempa bumi di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Dampak gempa kemarin merusak lima rumah warga. Dari catatan yang dihimpun IDN Times, gempa yang mengguncang wilayah ini bukan yang pertama kali terjadi. Kejadian serupa terjadi pada Maret 2020 di mana ratusan rumah rusak di enam kecamatan, termasuk Kabandungan.

Kemudian pada Juli 2000, gempa juga merusak banyak rumah termasuk Kabandungan. Tepat pada Desember 2023, gempa yang merusak terjadi kembali terjadi di Pamijahan dan Kabandungan dan menyebabkan 61 rumah rusak.

​"Ketika ada gempa, yang skalanya 3,5 saja, itu sudah membuat trauma keluarga kami. Rumah kami pecah-pecah, bahkan di daerah Cipeuteuy ada beberapa rumah yang roboh," ujarnya.

2. Warga geruduk perusahaan pengebor panas bumi

Dampak gempa bumi di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)
Dampak gempa bumi di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Atas dasar itulah, puluhan warga dari dua kecamatan mendatangi kantor PT Star Energy untuk meminta penjelasan. Iwan menyatakan, mereka telah membuat fakta integritas dan meminta jawaban yang jelas dalam waktu maksimal tujuh hari.

​"Kami hadir sebenarnya tidak puas. Tolong hadirkan BMKG dan ahli-ahli yang lainnya berhadapan langsung dengan kami," kata Iwan.

Warga menuntut transparansi dari pihak perusahaan. Ia merasa jawaban dari perusahaan cenderung membela diri, dan menganggap PT Star Energy abai terhadap masyarakat dan lingkungan.

3. Bantahan perusahaan: gempa disebabkan sesar aktif

Ilustrasi panas bumi
Ilustrasi panas bumi

Menanggapi dugaan tersebut, Humas PT Star Energy Geothermal Salak, Asrul Maulana menjelaskan bahwa perusahaan meyakini bahwa penyebab gempa bukanlah dari aktivitas pengeboran. Menurutnya, hal itu didukung pada pernyataan resmi BMKG yang menyatakan gempa disebabkan oleh sesar aktif Citarik.

​"Ini kejadian-kejadian secara alami. Sesar aktif itu kan membentang dari Palabuhan Ratu sampai ke Bekasi. Kami tidak punya kemampuan untuk menggoyang bumi yang jutaan ton," kata Asrul.

​Ia juga menegaskan bahwa operasional perusahaan telah sesuai dengan disiplin ilmu dan aturan ketat, termasuk pengawasan dari inspektor EBTKE Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), dan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang diperbarui secara berkala.

Dia menjelaskan, aktivitas pengeboran saat ini berada di daerah Ciasmara, Bogor, memiliki jarak sekitar 9 kilometer dari lokasi gempa yang dirasakan warga.

Di sisi lain, ia juga sedang mengumpulkan data terkait kerugian yang dialami warga, sekaligus akan menyampaikan permintaan warga kepada manajemen untuk menghadirkan ahli dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan ESDM.

​Senada dengan Asrul, Hendri Kurniawan, Support Service PT Star Energy mengatakan, daerah tersebut memang berada di bawah sesar aktif. Menurutnya, gempa yang terjadi pada tahun 2021 lalu terjadi saat tidak ada aktivitas pengeboran.

​"Pada saat ini memang ada drilling, secara kebetulan ada (gempa)," kata Hendri.

Ia berharap masyarakat dapat merujuk pada data resmi BMKG dan memahami bahwa informasi yang beredar di media sosial belum tentu akurat. Meski demikian, ia mengakui perlunya sosialisasi yang lebih baik agar informasi dapat diterima dengan jelas oleh masyarakat luas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Keracunan Massal MBG Pelajar Cipongkor Diduga dari Menu Daging Ayam

22 Sep 2025, 19:33 WIBNews