Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

16 Sapi Perah Mati Misterius, Pemkab Bandung Barat Lakukan Investigasi

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)
Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)
Intinya sih...
  • Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menindaklanjuti temuan 16 sapi perah mati secara misterius di Kampung Pojok Girang, Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang.
  • Investigasi dilakukan dengan pengambilan sampel dan peninjauan langsung ke kandang sapi ternak. Ternak dalam kondisi sehat dan Dispernakan mengimbau peternak untuk melapor gejala sakit.
  • Beberapa peternak melaporkan hewan peliharaannya mati mendadak setelah melahirkan dengan gejala kejang-kejang. Mereka menduga ada penyakit baru yang tengah menyebar di wilayah tersebut.

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Bandung Barat tengah menindaklanjuti temuan sapi perah mati secara misterius di Kampung Pojok Girang, Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang. Adapun sapi perah yang mati secara misterius berjumlah 16 ekor.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dispernakan Kabupaten Bandung Barat, Acep Rohimat mengatakan, sapi perah yang mati secara misterius ini terjadi bukan dalam satu waktu yang bersamaan melainkan dari awal tahun 2025.

"Saat kami wawancarai peternak, diketahui bahwa kematian ternak sebanyak 16 ekor itu bukan terjadi dalam satu waktu, melainkan akumulasi sejak awal tahun 2025," ujar Acep, Sabtu (26/7/2025).

"Jadi, bukan kejadian mendadak atau masif, dan tidak menunjukkan gejala penyakit seperti PMK (penyakit mulut dan kuku). Bisa dikatakan kejadian ini bersifat insidental," tuturnya.

1. Sampel sudah diambil untuk diuji di laboratorium

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)
Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Petugas dari Dispernakan Kabupaten Bandung Barat pun sudah melakukan peninjauan langsung ke beberapa kandang sapi ternak di wilayah Desa Cikahuripan, dan sudah melakukan pengambilan sempel untuk diinvestasi kesehatan dari sapi-sapi ini.

"Dalam investigasi ini, kami mengambil sampel dan juga memeriksa langsung kondisi kandang serta hewan ternaknya. Secara umum, ternak yang kami lihat dalam kondisi sehat," ucap Acep.

Kondisi kesehatan ini terlihat dari perilaku makan sapi yang masih normal dan kondisi fisik, seperti hidung yang masih basah, di mana menandakan tidak ada gejala demam. Selain itu, pakan yang diberikan juga bervariasi, mulai dari pakan hijauan hingga pakan buatan.

"Kami juga telah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kandang, karena salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak adalah biosekuriti kandang," katanya.

2. Penyebab pasti menunggu hasil uji laboratorium

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)
Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Acep mengatakan, Dispernakan Kabupaten Bandung Barat telah mengimbau para peternak agar segera melapor jika mendapati ternaknya menunjukkan gejala sakit, karena sapi dalam kondisi tersebut harus segera dipisahkan dari yang sehat untuk mencegah penularan penyakit.

"Terkait penyebab pasti, kami telah melakukan pemeriksaan fisik secara visual dan mengambil sampel darah untuk diuji di laboratorium. Sebab, sebagai dokter hewan, kami tidak bisa menebak penyebab penyakit tanpa hasil lab yang valid,"

Adapun perkiraan hasil lab akan keluar sekitar satu pekan ke depan. Acep menyampaikan, kondisi seperti ini tidak bisa diartikan sebagai wabah, karena baru terjadi di satu tempat dan ini masuk insidentil.

"Jadi, saat ini belum bisa dikategorikan sebagai wabah, karena tidak terjadi di banyak titik, hanya satu lokasi saja. Gejala yang terlihat pun umum, tidak aneh atau mencurigakan," katanya.

3. Ada kandang sapi yang digabung dengan ayam

Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)
Ilustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Lebih lanjut, Acep menegaskan, peternak tetap bisa menjaga kebersihan kandang dan tidak menelan informasi dari sumber yang belum pasti, harus dikroscek terlebih dahulu. Karena saat ini situasinya dalam tahap investasi dan harus menunggu hasil laboratorium.

Dari pengamatan, beberapa kandang sudah cukup baik, namun ada juga yang perlu ditingkatkan kebersihannya. Misalnya ada kandang yang juga memelihara unggas (ayam) dalam satu area, dengan kondisi air minum yang kurang layak. Ini perlu menjadi perhatian karena bisa memengaruhi kesehatan ternak sapi," tuturnya.

Sebelumnya, Enok (50 tahun) peternak setempat mengatakan, beberapa hewan peliharaannya mati mendadak setelah melahirkan. Selang beberapa saat kemudian, anak-anaknya pun mati dengan kondisi kejang-kejang.

"Begitu lahir, anak sapinya kejang-kejang, tidak lama mati. Induknya saya infus, tapi tiga jam kemudian malah seperti muntah, dan akhirnya menyusul mati juga," kata Enok kepada awak media, dikutip Sabtu (26/7/2025).

Menurutnya, fenomena ini tidak hanya dialami oleh dirinya saja, peternak lainnya juga mengalami masalah serupa. "Polanya hampir sama, sapi yang sedang hamil tua menunjukkan gejala aneh sebelum melahirkan. Setelah proses melahirkan, baik anak maupun indukan sapi sama-sama mati dalam hitungan jam," tuturnya.

Enok dan peternak lain menduga ada penyakit baru yang tengah menyebar di wilayah tersebut. Disinggung soal kasus ini apakah sama dengan PMK, dia mengatakan hal ini berbeda.

"Kalau PMK dulu, biasanya semua sapi dalam satu kandang kena, dan gejalanya terlihat jelas di mulut. Tapi ini aneh, cuma sapi-sapi bunting yang kena," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us