Mendongkrak Perekonomian Warga Pedesaan Gununghalu Lewat Pertashop 

BBM satu harga membuat aktivitas masyarakat lebih hidup

Bandung, IDN Times - Terik matahari siang itu menyengat di Desa Sirnajaya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat. Padahal waktu belum menunjukkan pukul 12 siang.

Hembusan angin kencang di musim kemarau tak cukup meredam panasnya cuaca kala itu. Justru debu beterbangan dari jalanan yang lama tak dibasuh hujan.

Di tengah hawa yang kurang bersahabat, Yunus Zakaria (30) dan Cici Aisyah (21) tetap sigap melayani setiap pengendara yang hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Pertashop, sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ukurannya lebih minimalis.

Salam dan senyum terlempar dari Yunus dan Cici setiap kali ada pengendara yang masuk ke Pertashop. Tak peduli seberapa terik cuaca kala itu, keduanya coba berdamai dengan keadaan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pembeli.

"Selamat siang pak, isi berapa?" tanya Yunus saat seorang pengendara mulai membuka penutup tangki pengisian bensin di motornya, Jumat (18/9/2020).

"Isi Rp10 ribu yah Kang," kata pengendara tersebut.

"Baik, dimulai dari angka nol pak," sambut Yunus.

Usai memastikan meteran pengisian BBM berhenti dan sesuai dengan permintaan dari pengendara, Yunus kembali menghaturkan salam terima kasih sambil tersenyum saat pengendara tersebut hendak melanjutkan perjalanannya.

Ketika tidak ada pengendara yang datang mengisi BBM ke Pertashop, Yunus dan Cici berteduh di samping bangunan yang tertutup bayang-bayang. Kadang juga, mereka beristirahat di gazebo kecil sebelah toilet.

Sambil mencicipi kudapan yang dibeli dari warung di depan Pertashop, keduanya tampak lelah. Sesekali mereka melepas face shield dan sarung tangan untuk mengusap keringat yang menetes di pelipis.

BBM sangat diperlukan dalam aktivitas warga sehari-hari

Mendongkrak Perekonomian Warga Pedesaan Gununghalu Lewat Pertashop IDN Times/Debbie Sutrisno

Denyut kehidupan di Gununghalu tetap ramai meski pandemik COVID-19 menghantui. Kendaraan roda dua, empat, bahkan lebih, hilir mudik membawa penumpang dan barang dari desa menuju kota, maupun sebaliknya.

Aktivitas ini berulang setiap hari. Bahkan di akhir pekan kondisi jalanan lebih ramai karena banyak orang berwisata di sejumlah tempat yang berada di Kecamatan Gununghalu. Mulai dari perkebunan teh, hutan pinus, sampai curug atau air terjun ada di kecamatan ini.

Selain itu, sebagai jalan alternatif, banyak juga masyarakat yang melintas dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat menuju daerah selatan Kabupaten Cianjur.

Ramainya kendaraan yang melalui jalanan kawasan ini, coba dimanfaatkan warga sekitar dengan menjual bensin eceran, dengan mendirikan Pertamini atau SPBU mini secara otodidak. Sebab, selama ini tak ada SPBU resmi di sekitar Gununghalu.

Hasilnya, ada saja kendaraan yang menepi dan membeli bensin dari para pengecer.

Melihat pembelian BBM yang makin hari makin tinggi, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sirnajaya tak ingin ketinggalan menangkap potensi tersebut. Tahu bahwa PT Pertamina MOR III tengah mencari rekanan untuk mendirikan Pertashop, Bumdes Sirnajaya dibantu Kecamatan Gununghalu melakukan komunikasi intens agar bisa menjalin kerja sama.

"Awalnya, sebelum ada pihak Pertamina yang datang, kita dari Bumdes memang ingin mengajukan program itu (Pertashop). Kita sudah ajukan proposal Maret (2020), tapi kemudian tidak ada kabar karena muncul COVID-19. Nah ternyata ada informasi Pertamina Mor III menawarkan program ini ke Kecamatan Gununghalu, kita langsung sambut saja," ujar Rochman, Kepala Bumdes Sirnajaya, saat berbicang dengan IDN Times, di warung kelontong tak jauh dari Pertashop.

Di warung ini, Rochman juga tengah berbincang dengan sejumlah warga sambil menikmati kopi Sylvasari, kopi khas dari Gununghalu. Duduk bersila, melingkar bersama warga lain, Rochman melanjutkan ceritanya.

Keinginan mendirikan Pertashop, kata dia, tak terlepas dari tidak adanya SPBU resmi yang menjual BBM dengan harga terjangkau di sekitar Kecamatan Gununghalu. Padahal, masyarakat di daerah ini sangat membutuhkannya dalam menunjang aktivitas sehari-hari.

"Nah ide SPBU teh (itu) muncul dari anggota. Tapi  modalnya besar kalau SPBU, jadi kita cobanya ka (ke) Pertashop Kang," papar Rochman.

Memutar otak, Rochman kemudian mencari investor yang berani menanamkan modal untuk program ini. Sebab, uang yang harus dikeluarkan untuk membangun Pertashop tidak sedikit, butuh ratusan juta, dan Bumdes Sirnajaya belum bisa menyanggupinya.

Gayung bersambut, seorang rekan Rochman yang juga aktif di Hiswana Migas memberi sinyal siap menginvestasikan uangnya di Pertashop Gununghalu, bekerja sama dengan Bumdes Sirnajaya.

Dua bulan sudah masyarakat Gununghalu merasakan manfaat keberadaan Pertashop

Mendongkrak Perekonomian Warga Pedesaan Gununghalu Lewat Pertashop IDN Times/Debbie Sutrisno

Setelah ada kesepakatan antara Bumdes Sirnajaya, investor, dan Pertamina, maka dibangunlah Pertashop di desa ini. Pembangunan fisik dari menyiapkan lahan sampai tempat pengisian BBM selesai hanya dalam waktu sekitar 1 bulan saja.

Pembukaan pertama Pertashop Gununghalu dilaksanakan pada 15 Juli 2020. Dengan dua orang operator, setiap hari tempat ini mampu menghabiskan 400 liter BBM jenis Pertamax. Artinya, dalam satu bulan Pertashop ini bisa menjual sampai 12 ribu liter.

Tangki Pertashop sendiri yang tepasang di desa ini mencapai 3.000 liter. Setiap stok BBM menyisakan 500 liter, manajemen langsung menghubungi Pertamina untuk meminta tambahan BBM.

"Kalau dari respons masyarakat mereka memang senang. Karena tujuan kami dari awal selain secara profit ekonomi, kita juga ingin memberikan kenyamanan pada warga untuk mendapat harga BBM yang setara dengan SPBU lainnya," kata Rochman.

Rasa syukur dengan berdirinya Pertashop dilontarkan Abdulrahman. Salah satu masyarakat di sekitar Desa Sirnajaya ini sekarang bisa membeli BBM berkualitas dengan harga terjangkau.

Dia mengatakan, sebelum ada tempat pengisian BBM ini, sehari- hari dia harus membeli bensin eceran. Harganya jelas lebih mahal ketimbang di SPBU resmi.

Untuk BBM jenis Pertalite saja bisa dijual sampai Rp10 ribu per liter. Sedangkan Pertamax Rp12 ribu sampai Rp13 ribu.

"Kalau mau beli murah ke SPBU jaraknya jauh pak, sampai 15 Km. Bisa 20 menit sendiri motoran ke sana. Jadi untuk antar anak sekolah atau kerja antar barang mau tidak mau ya beli eceran walaupun mahal," ungkap Abdulrahman.

Sekarang, dengan adanya Pertashop, Abdulrahman bisa mendapat BBM jenis Pertamax yang harganya lebih murah ketimbang BBM jenis Pertalite yang dijual secara eceran. Sebab, harga Pertamax sekarang Rp9.000 per liter.

Pendapatan Bumdes dan perekonomian desa bisa tumbuh

Mendongkrak Perekonomian Warga Pedesaan Gununghalu Lewat Pertashop Ilustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Melalui SPBU ini, Bumdes Sirnajaya coba mendapat keuntungan berlipat. Keberadaan kawasan wisata Curug Malela di Kecamatan Gununghalu, membuat wisatawan banyak yang melintasi jalan tempat Pertashop berdiri gagah dengan warna merah yang amat mencolok ini.

Ditemui di kantornya, Kepala Camat Gununghalu Hari Mustika menuturkan, Pertashop di Desa Sirnajaya saat ini menjadi ikon bagi warga sekitar. SPBU ini dianggap sangat melengkapi keberadaan kawasan wisata Curug Malela yang kerap disambangi para pelancong.
Kedua tempat ini pun diyakini mampu berefek ganda dalam mendongkrak perekonomian desa.

"Jalur Gununghalu ini kan sekarang lebih banyak yang berwisata. Biasanya mereka mengeluh apalagi yang naik motor karena tidak ada pom bensin. Nah sekarang dengan adanya Pertashop ini, mereka bisa lebih tenang saat bepergian karena bisa singgah mengisi BBM di sini (Pertashop Desa Sirnajaya)," kata Hari.

Dia optimistis Pertashop bisa mendorong minat warga untuk lebih giat berjualan produk lain di sekitar Pertashop. Selama ini, produk dari masyarakat Gununghalu cukup banyak, mulai dari makanan kecil, kopi, hingga kerajinan tangan. Ke depan, Hari berharap, SPBU ini bisa lebih besar sehingga menjadi tempat singgah wisatawan untuk beristirahat sambil berbelanja produk lokal Gununghalu.

Menurutnya, dengan keberadaan Pertashop ini masyarakat yang menjual bensin eceran pun bisa menikmatinya. Mereka bisa membeli Pertamax di Pertashop dengan harga sesuai, di lokasi pembelian yang lebih dekat.

Para pedagang bisa memaksimalkan penjualan pada malam hari, karena selama ini penjualan di Pertashop hanya berlangsung dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.

"Kita tidak ingin mengambil rezeki masyarakat sekitar yang juga ikut berjualan. Makanya untuk Pertashop ini dibatasi jam berjualannya," pungkas Hari.

Rochman yang kala itu ikut datang ke kantor Kecamatan dan berbincang dengan Hari, membenarkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi di desanya. Dalam hitungan kasar, Bumdes melalui Pertashop bisa meraup keuntungan bersih Rp1 juta sampai Rp2 juta per bulan.

Angka ini bisa bertambah, jika nanti pengelolaan Pertashop seluruhnya berada di bawah manajemen Bumdes. Sementara untuk saat ini, keuntungan bagi Bumdes harus dibagi dengan investor yang telah menanamkan modalnya.

BBM satu harga wujud nyata pemerataan energi di Indonesia

Mendongkrak Perekonomian Warga Pedesaan Gununghalu Lewat Pertashop IDN Times/Debbie Sutrisno

Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir gencar menggaungkan program BBM satu harga. Kebijakan untuk menyetarakan harga BBM di seluruh daerah ini dilatarbelakangi karena mahalnya harga komoditas tersebut di banyak tempat, khususnya daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Selain sebagai bentuk keadilan dalam pemenuhan energi, kebijakan BBM satu harga pun diyakini bisa membantu menumbuhkan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan serta ketimpangan di masyarakat. Melalui penyetaraan ini, biaya transportasi yang digunakan masyarakat jelas akan lebih murah. Biaya logistik pun akan turun, sehingga berdampak pada harga jual sebuah produk.

Keinginan inilah yang coba diimplementasikan PT Pertamina melalui Pertashop. Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III, Eko Kristiawan menjelaskan, Pertashop awalnya bernama Program BBM Satu Harga dan telah digulirkan PT Pertamina (Persero) sejak 2016.

Pada program ini, Pertamina mendapat tugas dari pemerintah untuk membangun 160 lembaga penyalur BBM Satu Harga di seluruh wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T), hingga 2019.

Setelah target program BBM Satu Harga tercapai, program ini dilanjutkan dengan Program Pertashop yang menargetkan wilayah 3T, termasuk beberapa lokasi di Pulau Jawa.

Pada Februari 2020, Pertamina menandatangani nota kesepakatan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk memperluas pelayanan BBM dan LPG, melalui pengadaan Pertashop di desa-desa wilayah Indonesia.

Kehadiran Pertashop juga untuk mendukung program Pertamina One Village One Outlet (OVOO), dalam rangka memastikan pelayanan Pertamina hingga ke pedesaan.

"Ini merupakan peran kami untuk meningkatkan akses masyarakat yang tinggal di pelosok mendapatkan energi, agar mereka dapat merasakan energi berkeadilan," ujar Eko ketika dihubungi.

Pendirian Pertasahop di seluruh daerah termasuk di Jawa Barat gencar dilakukan. Tahun ini, ditargetkan berdiri 36 unit Pertashop, di mana hingga 18 September, jumlah Pertashop yang telah beroperasi di wilayah ini mencapai 31.

Eko menegaskan, keberadaan energi yang mudah dan murah diakses oleh masyarakat jelas akan berdampak banyak pada perekonomian mereka. Sebab, kemudahan akses BBM berpotensi memudahkan aktivitas masyarakat, atau pun potensi multiplier effect yang timbul dengan adanya keadilan energi tersebut.

Baca Juga: Membangun Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di Tanah Pasundan

Baca Juga: [FOTO] Menikmati Beragam Fasilitas Bright Store Pertamina

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya