Dorong Ekonomi Nasional, CBI Connect 2025 Bahas Inovasi Risiko Kredit

- Inovasi manajemen risiko untuk lembaga keuangan
- CBI Connect 2025 membahas inovasi dan kolaborasi untuk memperkuat sektor jasa keuangan.
- CBI memperkenalkan inovasi seperti CBI Polaris, Portfolio Alerts, dan Income Predictor untuk mendukung pengambilan keputusan kredit.
- Aslan Lubis dari OJK menekankan pentingnya peran LPIP dalam ekosistem sektor jasa keuangan.
- Dorong pertumbuhan UMKM lebih inklusif
- CBI fokus pada inklusi keuangan bagi UMKM dengan proses onboarding dan underwriting yang lebih cepat dan efisien melalui SME Bureau.
Bandung, IDN Times - Industri jasa keuangan di Indonesia tengah bergerak ke arah transformasi besar. Pertumbuhan digitalisasi membuat proses pinjaman dan pembiayaan semakin cepat, tetapi di sisi lain juga meningkatkan kompleksitas risiko kredit.
Di tengah tantangan ini, peran Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) menjadi semakin penting untuk memastikan ekosistem tetap sehat dan berkelanjutan.
Pada Kamis (25/9/2025), Credit Bureau Indonesia (CBI) baru saja menggelar CBI Connect 2025 di Ritz Carlton, Jakarta. Forum ini mempertemukan regulator, bank, multifinance, fintech, pelaku UMKM, hingga asosiasi industri dengan satu semangat membahas inovasi untuk manajemen risiko kredit di era baru.
Dengan tema “Driving Innovation for the Next Era of Credit Risk,” forum ini tidak hanya menegaskan posisi CBI sebagai pionir inovasi, tetapi juga memperlihatkan bagaimana kolaborasi lintas sektor bisa mendukung agenda ekonomi nasional jangka panjang.
1. Inovasi manajemen risiko untuk lembaga keuangan

Dalam sambutan pembuka, Aslan Lubis, Kepala Departemen Perizinan dan Manajemen Krisis Perbankan OJK, menekankan bahwa CBI Connect sejalan dengan upaya regulator memperkuat stabilitas sektor jasa keuangan.
“Dalam rangka memperkuat sektor jasa keuangan yang stabil untuk mendukung program prioritas nasional, OJK menginisiasi berbagai langkah, termasuk peningkatan pembiayaan dan pendalaman pasar keuangan.”
“Penerbitan POJK mengenai kemudahan akses pembiayaan kepada UMKM dan ketentuan lainnya menunjukkan adanya berbagai kesempatan bagi LPIP untuk menguatkan peran di ekosistem sektor jasa keuangan,” kata Aslan.
Melalui CBI Connect 2025 ang mengusung semangat inovasi dan kolaborasi, Aslan berharap acara ini bisa menjadi momentum penting bagi Credit Bureau Indonesia.
CBI sendiri memperkenalkan tiga inovasi andalan: CBI Polaris, Portfolio Alerts, dan Income Predictor. Menurut Peter Sugiapranata, Direktur Penjualan CBI, kombinasi ketiganya dirancang agar lembaga keuangan bisa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan kredit.
“CBI Polaris menyediakan fleksibilitas dalam membangun model risiko kredit di dalam lingkungan yang aman serta patuh regulasi, Portfolio Alerts memberikan sinyal dini untuk menjaga kualitas portofolio, sementara Income Predictor membantu memperkirakan pendapatan calon debitur agar lembaga keuangan dapat mencegah risiko over-exposure,” tutur Peter.
2. Dorong pertumbuhan UMKM lebih inklusif

Selain memperkuat manajemen risiko, CBI juga menegaskan perannya dalam memperluas inklusi keuangan, khususnya untuk segmen UMKM. Melalui SME Bureau, proses onboarding hingga underwriting UMKM dapat berlangsung lebih cepat dan efisien.
Lewat SME Report dan sistem pemeringkatan, lembaga keuangan bisa memahami profil calon nasabah dengan lebih menyeluruh. Hal ini diyakini mampu mempercepat akses pembiayaan UMKM sekaligus menjaga kualitas portofolio kredit.
“Kami tidak hanya menyediakan data, melainkan juga intelligence yang siap digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis yang lebih akurat. Dengan demikian, lembaga keuangan dapat memperluas jangkauan pasar secara berkelanjutan sekaligus menjaga kualitas portofolio kredit tetap prima,” ujar Tiffany Octaviana, Head of CBI SME Bureau.
3. Literasi kredit untuk masyarakat luas

CBI juga menyoroti pentingnya literasi keuangan di tingkat individu. Melalui aplikasi mobile SkorKu, masyarakat kini bisa mengakses skor kredit pribadi secara transparan. Fitur ini diharapkan membantu masyarakat memahami kondisi finansial mereka, sekaligus membangun kebiasaan mengelola kredit dengan lebih sehat.
Panel diskusi yang melibatkan Mandiri Utama Finance, Allo Bank, Indodana Fintech, dan CBI menekankan bahwa pemanfaatan data, analitik prediktif, dan verifikasi digital telah membuat proses kredit lebih cepat, transparan, dan inklusif tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian.
Di sisi lain Anton K. Adiwibowo, Presiden Direktur CBI, menegaskan bahwa CBI Connect 2025 bukan sekadar konferensi.
“Forum ini kami rancang sebagai ruang kolaborasi untuk mendorong adopsi teknologi dan data dalam memperkuat manajemen risiko, membuka peluang pertumbuhan bagi lembaga keuangan, serta membangun jaringan dan kepercayaan lintas ekosistem,” ucapnya.
Dengan inovasi ini, CBI berharap dapat menciptakan ekosistem kredit yang lebih sehat—mulai dari lembaga keuangan, pelaku UMKM, hingga masyarakat luas—demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.