Lima Subsektor Ini Mampu Mendorong Akselerasi Pemulihan Industri Jabar

Pandemik sempat menekan perekonomian Indonesia

Bandung, IDN Times - Perekonomian di Provinsi Jawa Barat mulai tumbuh di kala pandemik COVID-19 mulai melandai. Sejumlah sektor pun digenjot agar perekonomian bisa tumbuh sesuai target.

Ketua Tim Riset West Java Economics Society (WJES) Vera Intanie Dewi mengatakan, berdasarkan Kajian Peta Dampak Pandemi Terhadap Industri Manufaktur Jawa Barat dan Solusinya, terindikasi banyak industri yang terdampak, khususnya akibat PPKM. Dampak yang dirasakan umumnya berupa penurunan kapasitas produksi. Penurunan tersebut dikarenakan pengurangan jam kerja maupun jumlah tenaga kerja, khususnya pada industri non esensial. 

Di Jawa Barat, setidaknya ada lima subsektor yang direkomendasikan untuk mendapatkan perhatian. Kelima subsektor tersebut adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik optik dan peralatan listrik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri alat angkutan.

“Kelima subsektor tersebut memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Jabar karena memiliki daya dorong (forward linkages) dan daya tarik (backward linkages), serta efek mutilplier yang lebih besar dibandingkan subsektor industri lainnya,” katanya di Bandung, Minggu (16/1/2022).

1. Industri barang logam beri dampak signifikan pada perekonomian

Lima Subsektor Ini Mampu Mendorong Akselerasi Pemulihan Industri JabarIlustrasi industri/pabrik. IDN Times/Arief Rahmat

Kelima lima subsektor tersebut memiliki nilai daya dorong dan daya tarik, di mana hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut berperan dalam perkembangan sektor-sektor industri lainnya. Selain itu dari aspek peningkatan pengeluaran yang dihasilkan dan peningkatan pendapatan masyarakat, kelima sektor juga lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan sektor lain. Dengan demikian sektor tersebut sangat di rekomendasikan menjadi sektor proititas dalam kebijakan pengembangan usahanya. 

Menurut Vera, subsektor terunggul adalah Industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan tertinggi baik pada daya dorong maupun daya tarik. 

“Subsektor ini memiliki angka penganda output yang besar yakni 2.303938, nilai pengganda pendapatan 0.201669 dan memberikan kontribusi terhadap total hasil. Nilai total bruto dan nilai permintaan akhir yang tertinggi pertama dan di atas rata-rata sektor,” katanya.

2. Industri alat angkutan berada di urutan kelima

Lima Subsektor Ini Mampu Mendorong Akselerasi Pemulihan Industri JabarIlustrasi pabrik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Disusul subsektor Industri kimia, farmasi dan obat tradisional. Subsektor ini memiliki angka penganda hasil yang terbesar yaitu sebesar 2.31972, nilai pengganda pendapatan 0.112845 dan memberikan kontribusi terhadap total hasil, nilai total bruto yang tinggi dan di atas rata rata, tapi nilai permintaan akhir yang masih harus didorong.

Kemudian, industri mesin dan perlengkapan YTDL. Subsektor ini memiliki angka pengganda hasil 2.100566, nilai pengganda pendapatan 0.148786 dan memberikan kontribusi terhadap total hasil, nilai total bruto dan nilai permintaan akhir yang tinggi. 

“Keempat dan kelima ada industri tekstil dan pakaian jadi, dengan angka penganda hasil 2.110029, nilai pengganda pendapatan 0.190697. Serta industri alat angkutan dengan penganda hasil 1.932564, nilai pengganda pendapatan terbesar kedua yakni 0.254659 dan keduanya memberikan kontribusi terhadap total hasil, nilai total bruto dan nilai permintaan akhir yang tinggi dan di atas rata-rata sektor,” katanya.

3. Terdapat 9 subsektor lain yang bisa memberi dampak baik

Lima Subsektor Ini Mampu Mendorong Akselerasi Pemulihan Industri JabarIlustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain kelima subsektor tersebut, terdapat sembilan subsektor industri yang memiliki potensi berkembang sehingga dapat turut mendorong pemulihan ekonomi Jabar. Subsektor industry dimaksud yakni, industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan dan peralatan, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman, industri barang galian bukan logam, industri kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri batubara dan pengilangan migas.

“Kesembilan subsektor tersebut memiliki potensi berkembang, namun dampak terhadap pendapatan dan hasil masih perlu ditingkatkan,” katanya.

Dia menuturkan, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong kinerja dari subsektor industri unggul dan subsektor industri potensial. Pertama, menjaga kontinuitas operasional usaha dan produksi berbagai subsektor industri tersebut, baik dalam situasi pandemi maupun kondisi normal. Kedua, kebijakan konsultatif dan pendampingan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. 

Ketiga, memberikan insentif atau kemudahan untuk mendorong digitalisasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar. Keempat, terus melanjutkan pembangunan infrastruktur logistik sesuai tahapan yang direncanakan.

"Kemajuan infrastruktur logistik akan berperan besar mendongkrak kinerja industri. Prioritas perlu diarahkan pada jaringan logistik, akses ke pelabuhan, perpanjangan jalan tol, dan jaringan internet handal,” ujarnya.

Kemydian, pemerintah wajib memberikan kemudahan impor bahan baku bagi industri yang bahan bakunya tidak tersedia di Indonesia.

"Mendorong pengembangan industri pendukung untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Harus juga memberikan insentif, misalnya relaksasi pajak untuk industri yang berhasil dalam inovasi dan digitalisasi,” katanya.

Baca Juga: 5 Penipuan Terbesar yang Pernah Terjadi Ini Hancurkan Ekonomi Dunia

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Keunggulan Ekonomi Indonesia Dibanding Singapura

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya