Setu Patok Cirebon Makin Surut, Air Tersisa di Dasar Cekungan

Cirebon, IDN Times - Setu Patok di Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami kekeringan selama dua bulan terakhir akibat musim kemarau. Kondisi ini berdampak signifikan terhadap produktivitas pertanian dan ancaman gagal panen yang semakin nyata.
Pantauan IDN Times, danau yang menjadi sumber air utama bagi ribuan hektare pertanian di sekitar Cirebon bagian timur itu, kini hanya menyisakan sedikit air di dasar cekungannya.
Debit air yang tersedia tidak lagi mencukupi untuk irigasi, sehingga banyak tanaman terutama padi, mengalami kekeringan dan pertumbuhan tidak optimal.
1. Hasil panen turun drastis

Kondisi ini membawa dampak buruk bagi para petani di sekitar Setu Patok. Sejumlah petani terpaksa melihat tanaman padi mereka kering dan mati sebelum mencapai masa panen.
"Air di waduk sudah hampir habis, sedangkan kebutuhan air untuk sawah banyak. Kami sudah mencoba berbagai cara, seperti pompa dan irigasi alternatif, namun tetap tidak mencukupi," keluh Agus, seorang petani di Desa Setu Patok, Mundu, Kabupaten Cirebon, Jumat (16/8/2024).
Agus mengungkapkan kekeringan ini menyebabkan kerugian besar, dengan perkiraan nilai mencapai puluhan juta rupiah per hektare.
Selain padi, tanaman palawija dan hortikultura juga mengalami penurunan produktivitas yang signifikan. Banyak petani merasa tertekan karena harus menghadapi biaya operasional yang terus meningkat sementara hasil panen justru menurun drastis.
2. Sebanyak 136 pompa disiapkan pemerintah untuk petani
Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon siapkan 136 pompa air untuk sawah tadah hujan wilayah kerjanya. Upaya ini untuk mengantisipasi adanya gagal panen akibat musim kemarau.
Kepala Distan Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan mengatakan, dari 136 pompa, sebanyak 115 pompa air sudah disalurkan ke sejumlah kelompok tani (poktan), terutama di wilayah Kabupaten Cirebon bagian timur.
"Pompa ini cukup membantu para petani. Mereka tidak harus mengeluarkan ongkos lebih besar untuk mengairi lahannya," kata Alex.
Alex menyebutkan, pada tahun ini, masa tanam padi di Kabupaten Cirebon bisa dilakukan maksimal sebanyak dua kali. Beberapa di antaranya hanya dua kali. "Kami usahakan bisa dua kali. Kalau tiga kali sepertinya tidak bisa," katanya.
3. Kekeringan terjadi di 21 kecamatan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, sebanyak 21 kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon dilanda kekeringan pada musim kemarau 2024 ini.
Menyitir data BPBD puluhan kecamatan itu adalah, Gegesik, Klangenan, Talun, Tengah Tani, Suranenggala, Sedong, Panguragan, Mundu, Palimanan, Ciwaringin, Susukan Karangwareng, Dukupuntang, Kapetakan, Gempol, Waled, Sumber, Ciledug, Beber, Kaliwedi, dan Gunungjati.
Sub Koordinator Kebencanaan BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda mengatakan, dari 21 kecamatan, ada tiga kecamatan yang merupakan wilayah dengan potensi mengalami kekeringan paling tinggi.
"Tiga kecamatan itu adalah Gegesik, Gempol, dan Sedong. Untuk Gegesik ada di Desa Sibubut, Gempol di Desa Cupang, dan Sedong di Desa Winduhaji," kata Juwanda.
Puncak musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Cirebon diprediksi pada Agustus ini. Hal tersebut pun berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Beberapa bulan lalu, pemerintah daerah sudah mengeluarkan surat edaran terkait kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana kekeringan, kekurangan air bersih, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).