Sarimukti Hampir Overload, Warga Bandung Raya Diminta Kurangi Sampah

Bandung, IDN Times - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah hampir mencapai batasnya. Ribuan ton sampah yang terus masuk di berbagai daerah di Bandung Raya membuat Sarimukti sebentar lagi akan penuh atau overload. Jika itu terjadi maka Bandung Raya akan darurat sampah kembali.
Mengantisipasi hal itu, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin telah mengumpulkan sejumlah penjabat agar bisa mengatasi kemungkinan tersebut. Dia pun mengajak seluruh masyarakat khususnya di Bandung Raya agar bisa mengurangi sampah dari sektor hulu seperti rumah tangga.
"Saya ingatkan jangan sampai dikurangi (pembungan ke TPA) tapi produksinya tetap sama. Jangan seperti itu, jadi harus ada pengurangan dari hulunya," kata Bey, Minggu (5/10/2024).
1. Petugas tetap harus ambil sampah
Menurutnya, saat ini ada persepsi salah di pemda dan pada pekerja pekerja yang mengambil sampah. Sampah tetap harus dibawa jangan sampai ada penumpukan di rumah tangga atau di tempat usaha seperti kafe dan hotel.
Yang harus diperbaiki adalah bagaimana agar sampah tersebut volumenya bisa berkurang ketika ditarik oleh petugas. Ini yang harus disampaikan secara detail dari penjabat daerah ke pihak kecamatan, kelurahan, hingga RT-RW.
"Harus dikawal. Kalau kita lengah nanti masyarakat lupa lagi (kurangi sampah).
2. TPA Legok Nangka baru bisa dipakai pada 2028

Menurutnya, saat ini TPA Legok Nangka yang ada di perbatasan Sumedang dan Garut masih belum bisa digunakan sehingga semua pembunaan sampah di Bandung Raya masih menuju TPA Sarimukti. Legok Nangka sejauh ini masih dalam penyelesaian administrasi dan baru bisa pembangunan pertama di akhir tahun.
"Tapi saya tetap optimis dan itu harus (jalan). Klalau 2028 enggak jalan ini harus jalan tidak ada pilihan tidak ada pilihan untuk Bandung Raya ini sudah harus jalan," kata dia.
3. Pemkot Bandung sudah berupaya kurangi sampah

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya mengurangi volume sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Sarimukti. Apalagi TPA Sarimukti telah dinyatakan kritis. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudi Prayudi menjelaskan, pengurangan ritase sampah ini penting untuk memperpanjang usia pakai TPA Sarimukti, yang saat ini mengalami kondisi kritis.
TPA Sarimukti, yang awalnya direncanakan untuk mendapatkan zona perluasan pada Juni 2024, mengalami kendala dan diperkirakan baru bisa dilakukan perluasan pada tahun 2025. Ia menyebut saat ini, TPA tersebut sudah overload hingga 1000 persen, dan jika tidak ada pengurangan sampah dari sumber, umur TPA tersebut akan habis pada Maret 2025. Oleh karena itu, Pemkot Bandung menargetkan untuk mengurangi ritase sampah dari 172-176 rit per hari menjadi 140 rit mulai 1 Desember 2024.
"Sejak tahun 2020, kita telah melihat tren penurunan jumlah sampah yang dikirim ke TPA. Pada tahun 2023, rata-rata kita mengirim 212 rit per hari, dan tahun ini hingga September sudah turun menjadi 176 rit per hari. Ini menunjukkan bahwa strategi yang sudah berjalan memberikan hasil yang positif," kata Dudi.
Dudi mengatakan, DLH Kota Bandung juga telah menyusun rencana aksi (renaksi) pengurangan sampah dalam beberapa fase. Pada fase pertama yang berlangsung antara Oktober hingga November 2024. Targetnya, pengurangan ritase hingga 32 rit akan dilakukan dengan optimalisasi beberapa program seperti:
1. Magotisasi di 151 kelurahan, yang saat ini mengolah 34,63 ton sampah organik per hari, dengan target meningkat menjadi 45,3 ton per hari.
2. Optimalisasi TPS3R dengan kapasitas 1 ton/hari dari 5 TPS3R (Kebon Jeruk, Maleer, Cibatu, Subang, Pasar Gedebage).
3. Optimalisasi TPS mesin gibrig dari 7 TPS (Panjunan, Babakan Sari, Kobana, Ciwastra, Indramayu, Dago Bengkok, Ence Azis).
4. Operasionalisasi TPST terbangun di dua lokasi Tegalega dan Nyengseret.
5. Penggunaan teknologi di TPST Batununggal.
6. Optimalisasi pengelolaan sampah per klaster.
Pemkot Bandung juga menggandeng berbagai pihak untuk mendukung pengurangan sampah. Salah satunya dengan Sesko TNI AD yang, akan memanfaatkan insinerator untuk mengolah sampah menjadi paving block dengan kapasitas 10 ton per hari.
"Ini perlu menjadi perhatian agar bisa menjalankan skenario mengurangi dari 170 ke 140 rit. Sekurang kurangnya 32 rit," ungkapnya.