Salurkan Bantuan Pupuk Nonsubsidi, GSN Terima Keluhan Petani Majalengka

Majalengka, IDN Times- Sejumlah permalasahan dihadapi petani setiap kali masuk musim tanam. Pupuk, menjadi permalasahan yang rutin dihadapi petani ketika mulai masuk musim tanam.
Hal tersebut sebagaimana informasi yang diterima oleh Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) dari para petani di beberapa tempat. Catatan GSN, setidaknya ada tiga permalasahan yang kerap dihadapi para petani di Indonesia.
"Keluhan petani, pertama itu soal pupuk. Selama ini, pupuk subsidi kan susah didapat. Dua, soal harga. Yang selama ini turun-naik, turun-naik. Yang ketiga soal kebijakan impor yang membuat harga mereka jatuh. Dulu, waktu petani panen, ada impor," kata Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Nanik S. Deyang saat menghadiri pembagian pupuk gratis yayasan GSN dan PT Atthaya Kemi Mandiri di Desa Surawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Minggu (19/1/2025)
1. Permalasahan petani direspons Prabowo

Dari beberapa permasalahan yang dihadapi petani, jelas Nanik, semuanya sudah mendapat respons positif dari pemerintah. Presiden Prabowo Subianto, kata dia, sudah mengeluarkan beberapa kebijakan, yang dinilai berpihak kepada petani.
Untuk masalah pupuk subsidi, Nanik menjelaskan, Prabowo sudah mengeluarkan kebijakan terkait penyaluran.
"Presiden Prabowo sudah menginstruksikan kepada Mentan, dan Mentan sekarang sudah menjalankan bahwa pupuk subsidi tidak lagi melalui distributor ataupun melalui depo. Tapi langsung dari pabrik ke BUMDES. Sehingga diharapkan petani lebih mudah memperoleh pupuk subsidi yang selama ini susah," jelas dia.
Dalam hal harga, lanjut dia, Presiden sudah mengeluarkan batasan. Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan terkait larangan impor beras pada 2025 ini.
Ditegaskan Nanik, kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah, kerap berdampak terhadap jatuhnya harga beras saat musim panen.
"Yang dua juga sudah diatasi. Karena harga sekarang, Pak Prabowo bilang 'harga petani untuk beras Rp11.800. Untuk gabah Rp6500. Minimal. Dulu kan cuma 5000 berapa. Yang ketiga, soal impor. Pak Prabowo sudah menghentikan impor. Artinya, harga-harga petani tidak akan jatuh," tegas dia.
Disinggung terkait persediaan beras ketika tidak melakukan impor, Nanik menegaskan, kebutuhan masih bisa terpenuhi. Ditegaskannya, selama ini, impor kerap memicu para petani merugi.
"Pasti (memadai), karena sudah dihitung. Kita ini mampu. Justeru itu (impor) yang membuat harga kita jatuh, dulu. Karena pada saat panen petani, kita impor. Nah , pedagang ini yang melakukan impor. Mafia ini mungkin, bisa jadi. Sekarang tidak boleh impor. Itu (kebutuhan) bisa terpenuhi. Karena petani kan sudah dibantu semua, supaya produksi naik. Pupuknya dimudahkan, harganya juga distabilkan," tegas dia.
2. Hama tikus dan jalan jadi keluhan petani Majalengka

Dalam kesempatan itu, Nanik juga menerima keluhan lain dari petani yang memiliki sawah di Desa Surawangi. Hama tikus, menjadi permasalahan lain petani di desa tersebut.
Menyikapi keluhan itu, Nanik mengaku sudah dibicarakan dengan pihak PT Atthaya Kemi Mandiri. Dia berharap , pengusaha bidang pertanian itu bisa menghadirkan produk untuk menangani hama tikus.
"Tadi sudah saya sampaikan untuk hama tikus, memang ini saya baru dengar. Tadi saya sampaikan ke pak Danial PT Atthaya Kemi Mandiri) pelaku usaha bidang pertanian. Tadi sudah saya minta tolong bicarakan dengan teman-temannya untuk membuat alat atau obat untuk mengusir tikus ini," kata dia.
Selain itu, Nanik juga berjanji akan mencoba untuk berkomunikasi dengan stakeholder terkait. "Nanti secara pemerintahan akan disampaikan ke kolega saya, Menteri Pertanian bahwa daerah Majalengka ini banyak hama tikus yang sulit diatasi," jelas Nanik yang juga Wakil Kepala Badan Pengentasan Kemiskinan itu.
Nanik juga mengaku mendapat keluhan susahnya akses jalan. Petani, mengalami kendala saat akan mengangkut hasil lantaran kondisi jalan yang tidak memadai.
"Kalau soal jalan, Pak Prabowo saja sudah menyetop program jalan tol. Beliau konsen untuk ketahanan pangan. Dengan program ketahanan pangan dengan MBG ini petani pasti akan diperhatikan. Dan memang untuk sekarang untuk pengairan ini, sedang gencar-gencarnya. Pipanisasi mulai di Lampung, berbagai tempat dan pasti irigasi-irigasi ini, PU akan aktif lagi. Otomatis jalan-jalan seperti ini (kurang layak ke akses pertanian) tidak ada lagi," kata dia.
"Karena repot kalau jalannya gak bisa (susah dilalui). Gimana akan ngangkut hasil pertaniannya," ungkap dia.
3. GSN salurkan bantuan pupuk nitrea

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, GSN menyalurkan bantuan pupuk non subsidi jenis Nitrea. Ditegaskan Nanik, selama ini GSN bekerjasama dengan PT Atthaya Kemi Mandiri untuk menyalurkan bantuan pupuk kepada petani.
"Untuk pupuk ini bagian dari pengentasan kemiskinan. Nah kami sudah melakukan ini yang keempat kalinya sejak melakukan penandatangan dengan PT Atthaya Kemi Mandiri. PT ini setiap bulan memberikan pupuk sebanyak 10 ton kepada yayasan GSN. Kemudian yayasan GSN yang mencari petani. Petani-petani tidak mampu, kami yang menyalurkan. Jadi pupuknya berasal dari PT Atthaya, yayasan GSN yang menyalurkan. Sebanyak setiap bulan 10 ton," kata dia.
Penyaluran bantuan pupuk nonsubsidi sendiri diberikan kepada petani lewat Kelompok Tani (Poktan). Dari Poktan, nantinya para petani mendapat jatah sebanyak 50 Kilogram.
Salah satu petani penerima bantuan Surjaya mengatakan, pupuk sebanyak 50 Kilogram itu bisa digunakan untuk lahan seluas 1 hektar.
"Satu sak (karung) ini isinya 50 Kilogram, bisa untuk satu hektar. Tapi ada campuran lainnya," jelas Surjaya.
Di pasaran, kata dia, pupuk Nitrea dibanderol di kisaran Rp400 ribu/ sak (50 Kilogram). Di kalangan petani, pupuk nitrea bisa digunakan saat masuk pemupukan tahap kedua.
"Rp400 ribu per 50 Kilogram. Ini bisa untuk pupukan (pemupukan tahap) ke dua, saat usia padi 2 mingguan sampai 20 hari. Sekarang dah bisa dipake," jelas dia.