Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Quick Count Pilwakot Bandung: Akhir Dominasi PKS dan Gerindra?

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bandung, IDN Times - Lembaga survei Charta Politika Indonesia telah mengeluarkan hasil hitung cepat atau quick count Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Bandung 2024. Hasilnya, pasangan nomor urut tiga Farhan-Erwin dinyatakan unggul dengan perolehan 44.31 persen.

Sementara, pasangan nomor urut dua Haru Suandharu-Dhani Wirianata berada di urutan kedua 36,82 persen; pasangan nomor urut empat Arfi-Yena berada di urutan ketiga dengan 11,61 persen; dan paling bontot pasangan Dandan Riza Wardana-Arif Wijaya mendapat 7,25 persen.

Dari hasil akhir ini ada hal yang menarik, yakini pasangan Haru-Dhani yang diusulkan oleh PKS dan Gerindra justru kalah dari pasangan Farhan-Erwin yang diusung oleh Partai Nasdem, PKB, Gelora, dan Partai Buruh.

1. Pilkada ini telah menjadi pertarungan figur

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Kekalahan dalam hitung cepat Pilwakot Bandung 2024 ini menjadi catatan penting untuk Partai Gerindra dan PKS. Mengingat, sejarah mencatat kedua partai ini tidak pernah terkalahkan selama dua kali Pilwakot Bandung.

Jika ditarik ke belakang, pada Pilwakot Bandung periode 2013-2018 PKS dan Gerindra menang dengan mengusulkan pasangan Ridwan Kamil-Oded M. Danial. Kemudian koalisi keduanya berlanjut pada periode selanjutnya 2018-2021, dan menang dengan mengusulkan Oded M. Danial-Yana Mulyana.

Dua periode menduduki Pendopo Kota Bandung merupakan prestasi yang gemilang dari dua partai ini. Sayangnya, pada hitung cepat Pilwakot Bandung 2024, keduanya harus tunduk dari pasangan yang diusulkan oleh Nasdem dan PKB serta dua partai non-parlemen.

Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi membeberkan beberapa catatan atas peristiwa politik Kota Bandung ini. Menurutnya, ada ketidak-cermatan PKS dalam memilih figur untuk Pilwakot Bandung.

Apalagi, perhelatan Pilkada bukan melulu soal partai pengusul, melainkan lebih kepada sosok yang dimunculkan saat pendaftaran. Artinya kekalahan PKS ini ada pada mesin partai yang belum bekerja secara maksimal.

"Pertama figur, Pilkada ini figur, partai ini hanya kendaraan saja, walaupun memang ada tiket di situ. PKS tidak bekerja efektif tidak hanya di Jabar, tapi di Jakarta juga sama bahkan presiden PKS (Calon Gubernur Jabar Ahmad Syaikhu) juga kalah," ujar Muradi saat dikonfirmasi, Kamis (28/11/2024).

2. Mesin PKS dan Gerindra tidak efektif bekerja

IDN Times/Debbie Sutrisno

Muradi bilang, PKS seharusnya mampu tampil maksimal dengan mengerahkan semua kekuatan mesin partai untuk Pilkada Kota Bandung dan beberapa tempat lainnya termasuk Pilgub Jawa Barat.

Di mana pasangan yang diusulkan PKS, Ahmad Syaikhu-Ilhan Akbar Habibie tidak bisa mengejar pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan (Dermawan). Bahkan berdasarkan hitungan cepat sementara, beberapa lembaga survei pasangan nomor urut tiga ini tidak mampu mengejar Pasangan Dermawan.

"Artinya, buat saya simpel. Mereka tidak efektif kerja menjalankan fungsi kemenangan tidak efektif konsolidasi dan juga langkah-langkah untuk mendorong proses kemenangan di kader mereka," katanya.

"Bahkan presiden PKS sendiri kalah, karena tidak disokong itu tadi. Karena kami sama-sama paham mesin PKS di Pilpres tertib dan efektif. Anies di Jakarta menang di Jabar tinggi. Ada persoalan internal yang harus diselesaikan salah satunya konsolidasi internal mereka," katanya.

3. Kedua partai ini harus melakukan evaluasi penuh

IDN Times/Istimewa

Hal senda disampaikan Muradi untuk menyikapi tumbangnya jagoan dari Partai Gerindra di Pilwakot Bandung. Menurutnya, figur Dhani Wiriadinata yang disodorkan oleh Gerindra untuk mendampingi Haru Suandharu tidak memberikan efek kejut atau lainnya.

Langkah ini menurutnya bisa menjadi catatan yang harus dievaluasi oleh Partai Gerindra. Duet keduanya justru banyak dinilai oleh publik kurang pas.

"Publik dalam kondisi normal ini akan lebih memilih yang mereka kenal. Otomatis harus jadi bahan evaluasi, karena posisi dari calon internal ini. Sementara pemilih memilih bukan karena partai politik," katanya.

Dengan memunculkan kader yang tepat dan banyak dikenal oleh masyarakat Kota Bandung, seharusnya bisa turut mengatrol suara.

"Contoh kader terbaik Gerindra di Bandung siapa? Bukan Dhani, kenapa gak kader seperti Tony Wijaya. Jadi bukan Dhani yang masih muda, ya walaupun bekas asisten Pak Prabowo. Sementara saya lihat PKS tidak bekerja efektif di Kota Bandung," kata dia.

Lebih jauh, Muradi mengingatkan, evaluasi secara menyeluruh di internal partai PKS dan Gerindra ini perlu dilakukan setelah real count yang ditetapkan oleh KPU Kota Bandung nantinya. Terutama PKS yang harus melakukan konsolidasi untuk Pilwakot Bandung periode selanjutnya.

Terlebih, PKS sendiri kini sudah gabung dalam Koalisi Indonesia Maju, hal ini menurutnya harus lebih diperhatikan, karena bisa jadi masyarakat menilai PKS bukan lagi partai militan.

"Publik tidak lagi mengenal PKS sebagai partai militan. Efek negatif kuat, karena karakter dari PKS itu sama kuat kayak PDI Perjuangan. Melawannya kuat," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
Azzis Zulkhairil
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us