Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Petambak Garam Cirebon Ancang-ancang Alih Tanam Sebelum Musim Hujan

Petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Cirebon, IDN Times - Sebagian petambak garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berencana melakukan alih tanam ke komoditas bawang dalam beberapa waktu ke depan.

Langkah ini diambil sebagai bentuk adaptasi menghadapi perubahan iklim yang kerap mengganggu produksi garam di wilayah tersebut.

Salah satu petambak, Ahmad (45 tahun) mengungkapkan, musim hujan yang datang lebih awal dari perkiraan mempersulit pengeringan garam. Jika terus dipaksakan, produksi garam tidak akan maksimal dan bisa menimbulkan kerugian.

"Saya memilih rencana beralih menanam bawang, yang lebih cocok dengan kondisi cuaca hujan," kata Ahmad di Kabupaten Cirebon, Selasa (1/10/2024).

1. Alih tanam yang bersifat sementara

Petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Para petambak berharap alih tanam ini hanya bersifat sementara. Mereka tetap optimistis produksi garam bisa kembali normal.

Namun, langkah antisipasi ini dianggap penting untuk menjaga keberlangsungan ekonomi keluarga di tengah ketidakpastian cuaca yang sering kali merugikan

Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),  curah hujan tinggi diprediksi akan terjadi di wilayah Cirebon dalam waktu dekat.

Kondisi ini dipastikan mengganggu aktivitas produksi garam di sejumlah wilayah pesisir.

Alih tanam ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para petambak garam yang selama ini menggantungkan hidup dari sektor tersebut.

"Kami mengharapkan adanya dukungan pemerintah dan semangat petambak, diharapkan hasil panen bawang dapat meningkatkan perekonomian di tengah tantangan cuaca yang dihadapi," kata Ahmad.

2. Harga garam kian anjlok

ilustrasi garam (vecteezy.com/maxskyohm276266)

Harga garam di Kabupaten Cirebon kian anjlok hingga menyentuh angka Rp400 per kilogram. Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi para petani garam di wilayah tersebut yang selama ini menggantungkan hidupnya dari produksi garam.

Penurunan harga garam ini terjadi sejak awal musim panen garam tahun ini. Penyebabnya, antara lain, adalah adanya kelebihan pasokan garam di pasar domestik dan melemahnya permintaan dari industri pengolahan garam.

3. Dampak ekonomi bagi petani

Foto tanah retak di area tambak garam Dusun Muku Desa Sanolo (IDN Times/Juliadin)

Turunnya harga garam hingga menyentuh angka Rp400 per kilogram jelas berdampak signifikan terhadap ekonomi para petani garam.

Wawan, petani garam asal Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan mengatakan sangat terpukul dengan harga garam yang anjlok ini. "Harga segitu gak menutup biaya produksi. Biaya operasional tinggi, tapi harga jual jatuh. Kami sangat kesulitan," kata Wawan.

Wawan saat ini harus menanggung kerugian besar. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, harga garam bisa mencapai Rp1.500 per kilogram yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional lahan garam.

Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi petani garam di Cirebon tidak hanya berasal dari harga yang anjlok. Infrastruktur yang kurang memadai, minimnya akses modal, dan teknologi produksi yang masih tradisional juga menjadi kendala yang belum terselesaikan.

"Kami berharap ada bantuan lebih dari pemerintah, bukan hanya soal harga, tapi juga soal akses ke teknologi dan modal. Kalau gak dibantu, lama-lama bisa habis kita," kata Wawan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us