Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Misteri Batu Sepanjang 40 Meter di Gunung Tangkil Diteliti BRIN

IMG_5615.jpeg
Penelitian BRIN dan Museum Prabu Siliwangi di Gunung Tangkil Sukabumi (IDN Times/Istimewa)
Intinya sih...
  • Penelitian temukan struktur batu panjang dan fosil gigi babi
  • Gunung Tangkil diprediksi bagian dari situs megalitik yang lebih luas
  • Dugaan menhir dan pondasi kuno di teras keempat situs

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Sukabumi kembali jadi perhatian kalangan arkeolog. Kali ini, datang dari kawasan Gunung Tangkil yang berada di Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Museum Prabu Siliwangi turun langsung ke lokasi, melakukan observasi lanjutan terhadap jejak-jejak peninggalan masa lalu.

Observasi ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan sebelumnya pada Mei 2025. Kunjungan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, beberapa artefak yang kini dipamerkan di Museum Prabu Siliwangi, diketahui berasal dari Gunung Tangkil. Para peneliti pun ingin menggali lebih dalam asal-usul benda-benda tersebut.

"Barang-barang di museum itu berasal dari sini. Peneliti ingin memastikan keberadaan lokasi asalnya," KH Fajar Laksana, pendiri Museum Prabu Siliwangi, Jumat (1/8/2025)

1. Ada struktur batu panjang dan fosil gigi babi

IMG_5616.jpeg
Penelitian BRIN dan Museum Prabu Siliwangi di Gunung Tangkil Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Penelitian terbaru mengungkap sejumlah temuan menarik. Salah satu yang cukup mencuri perhatian adalah keberadaan struktur batu memanjang sepanjang 40 meter. Selain itu, tim juga menemukan fosil gigi babi, yang telah melalui proses fosilisasi.

Menurut Dwiyani Yuniawati Umar, Ahli Prasejarah BRIN, bentuk struktur batu tersebut menyerupai pagar atau tembok dari zaman megalitik. Meski begitu, ia menegaskan bahwa kesimpulan pasti belum bisa diambil.

"Strukturnya memanjang, bisa jadi pagar atau benteng zaman dulu. Tapi untuk membuktikannya, kami perlu survei lanjutan yang lebih luas," katanya.

Terkait temuan fosil gigi babi, Ahli Prasejarah Lingkungan BRIN, Zubair Mas'ud menjelaskan bahwa temuan tersebut sudah mengalami proses fosilisasi. Meski begitu, ia belum dapat memastikan apakah spesimen tersebut berasal dari babi endemik masa lalu atau spesies modern.

“Kami menemukan satu spesimen gigi, kemungkinan berasal dari habitat alami di lembah sekitar gunung. Tapi butuh penelitian lanjutan,” jelasnya.

2. Gunung tangkil diprediksi jadi bagian dari situs yang lebih luas

IMG_5614.jpeg
Penelitian BRIN dan Museum Prabu Siliwangi di Gunung Tangkil Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Dwi menjelaskan, satu titik saja tidak cukup untuk mengungkap keseluruhan sejarah Gunung Tangkil. Ia menduga kawasan ini merupakan bagian dari jaringan situs megalitik yang lebih luas, dengan radius sekitar lima kilometer dari lokasi utama.

"Kalau bicara situs megalitik, biasanya ada pola keterhubungan antar titik. Dalam radius 5 kilometer dari lokasi utama, bisa saja ditemukan situs penunjang lainnya," sambungnya.

Karena itu, BRIN mendorong agar Gunung Tangkil segera mendapat perlindungan hukum dengan ditetapkan sebagai situs cagar budaya.

"Status cagar budaya bisa diusulkan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sukabumi. Ini penting agar lokasi ini mendapat perlindungan hukum," tegasnya.

4. Dugaan menhir dan pondasi kuno di teras keempat situs

IMG_5615.jpeg
Penelitian BRIN dan Museum Prabu Siliwangi di Gunung Tangkil Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Penemuan lainnya juga tak kalah menarik. Zubair Mas’ud, Ahli Prasejarah Lingkungan BRIN, mengungkap bahwa tim menemukan batu tegak yang diduga menhir pada area teras keempat situs. Di lokasi itu terdapat dua batu yang mengapit satu batu besar yang berdiri tegak.

"Kami menduga itu menhir, batu yang biasa dipakai sebagai simbol pada zaman megalitik," jelasnya.

Zubair juga menyoroti struktur panjang yang terletak di sisi selatan kawasan, yang diyakini sebagai bagian dari fondasi kuno. Namun, karena sebagian besar masih tertutup vegetasi hutan, hanya sebagian yang bisa diamati secara langsung.

Karena keterbatasan medan dan lebatnya hutan di sekitar Gunung Tangkil, BRIN berencana melakukan pengamatan lanjutan pada awal September mendatang. Mereka akan menggunakan metode pengamatan udara untuk memetakan wilayah secara lebih menyeluruh.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us