Masyarakat Diminta Waspada Lakukan Boikot Produk

Bandung, IDN Times - Kecanggihan teknologi memudahkan manusia dalam melakukan berbagai hal termasuk mencari informasi. Media sosial hingga kecerdasan buatan (AI) menjadi alternatif publik, apalagi gen-z dan setelahnya sebagai platform untuk mendapatkan informasi.
Kemudahan-kemudahan tersebut membuat arus informasi semakin deras bahkan tak jarang bias. Di tengah derasnya arus tersebut, generasi yang tumbuh dalam pesatnya perkembangan teknologi harus lebih skeptis dan kritis dalam menyikapi semua informasi yang muncul.
Cendekiawan Muslim Indonesia, Professor Nadirsyah Hosen mencontohkan, salah satu isu yang perlu dikritisi adalah maraknya ajakan boikot di Indonesia. Titik beratnya terkait akurasi data berkenaan dengan daftar produk yang beredar di tengah masyarakat.
"Memang ini menjadi problema, di mana kita ingin memboikot karena memang kejahatan kemanusiaan dilakukan oleh Israel. Jadi prinsipnya oke memboikot, tetapi jangan sampai salah sasaran," ujar Nadirsyah Hosen, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Kamis (15/12/2024).
1. Masyarakat harus lebih bijaksana untuk mendalami afiliasi suatu produk
Hal tersebut disampaikan Gus Nadir, sapaannya, dalam seminar bertema Peluang dan Tantangan Integrasi AI dan Sosial Media dalam Globalisasi di Kampus UIN Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, Selasa (3/12/2024).
Seminar ini dihadiri pula oleh Dosen Senior Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi UIN Bandung, Wisnu Uriawan, dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Bandung, Ahmad Ali Nurdin.
Gus Nadir mengingatkan pentingnya akurasi data dan fakta agar boikot yang dilakukan tepat sasaran dan tidak salah sasaran. Masyarakat juga diminta untuk lebih bijaksana ketika mengetahui suatu produk terafiliasi Israel.
Dosen Monash University Australia ini mengimbau agar jangan sampai karena emosi sesaat maka melakukan aksi boikot yang justru merugikan dalam negeri sendiri. Menurutnya, ada faktor perekonomian nasional yang juga perlu diperhatikan dalam gerakan boikot ini.