Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Masjid Lautze 2 : Pusat Silaturahmi Muslim Tionghoa di Kota Bandung

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bandung, IDN Times - Kota Bandung tidak hanya terkenal dengan kemegahan Masjid Raya Al Jabbar saja. Banyak masjid yang turut menjadi pusat kebudayaan dan penyebaran agama islam di pusat Ibu Kota Jawa Barat ini, salah satunya ialah Masjid Lautze 2 Bandung.

Masjid yang berlokasi di Jalan Tamblong, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, ini tergolong unik dan memiliki keistimewaan tersendiri. Sebelum menjadi masjid, awalnya tempat ibadah ini hanya sebuah ruko kecil berukuran 6x9 meter di mana hanya digunakan salat pada 12 Januari tahun 1997.

Saat itu, ruko hanya digunakan untuk pelaksanaan sholat zuhur dan asar para Tionghoa muslim saja, karena buka dan tutupnya mengikuti jam kerja. Beberapa tahun kemudian terus berkembang hingga menjadi Masjid seperti saat ini.

"Masjid Lautze 2 Bandung ini menginduk di Jakarta yang berada di jalan Lautze. Di sana ada Masjid Lautze satu di bawah Yayasan Haji Karim Oei yang memang misi awalnya itu untuk wasilah, untuk menjadi sentral bertanya warga keturunan yang ingin belajar atau ingin masuk Islam," kata ketua DKM Masjid Lautze 2 Bandung, Koko Rahmat. 

1. Banyak warga Tionghoa mengucap syahadat di masjid ini

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Masjid Lautze 2 Bandung berbeda dengan surau pada umumnya. Ornamen Tionghoa sangat kental dan menghiasi area dalam hingga luar masjid, juga warna dindingnya pun dominan kuning emas dan merah. Selain itu, masjid ini juga turut menjadi pusat pembelajaran islam tionghoa.

Tidak hanya digunakan untuk ibadah salat saja, Masjid Lautze 2 Bandung kini berkembang menjadi sentral belajar masyarakat Tionghoa untuk belajar agama, mualaf, dan lainnya.

"Jadi sejak 23 April 2017 itu ujung tombaknya itu ada lima sampai enam orang yang ikrar syahadat. Kemudian nanti juga ada yang ikrar syahadat, itu jumlahnya ada 298 saudara baru (tionghoa muslim) kita," kata Koko Rahmat.

2. Punya banyak program ramadan

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Selama bulan Ramadan, Masjid Lautze 2 Bandung turut menggelar beberapa program khusus yang bisa dinikmati umat muslim secara umum tidak hanya warga Tionghoa saja.

Misalnya berbagai takjil on the street di mana disediakan lebih dari 500 sampai 700 paket takjil, berupa kurma, air minum, makanan ringan, dan kue ringan yang dibagikan selama sebelum azan Maghrib berkumandang.

"Kemudian di samping itu kami juga menyediakan 250 boks sampai 300 nasi boks untuk iftarnya (berbuka)," ucap Koko Rahmat.

Donatur masjid sendiri tidak hanya warga Tionghoa. Rahmat mengungkapkan, semua agama mendukung gerakan masjid ini dengan turut memberikan donasinya untuk kemakmuran masjid. Selain itu terdapat juga program satu hari satu juz tadarus Al-Quran.

"Kemudian ini anak muda kami. Alhamdulillah ini kami bina dari tahun 2017, dari kecil loh ini, kami bina sampai sudah remaja. Ini kami karyakan untuk membantu memasang tenda, jadi rewalan. Jadi ada kegiatan-kegiatan bersifat sosial," katanya.

3. Masjid Tionghoa tertua di Kota Bandung

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dengan semua program yang ada tersebut, Masjid Lautze 2 Bandung berhasil melewati berbagai masa sulit hingga reformasi dan tantangan yang ada di Indonesia. Konsistensi dalam terus menyiarkan Islam melalui program mualaf center, membuat masjid ini semakin dipercaya sebagai pusat peradaban Tionghoa Muslim.

"Masjid kami adalah masjid Tionghoa tertua di Kota Bandung. Berdiri sejak 12 Januari 1997, berarti sudah lebih dari 28 tahun," katanya.

Menyoal bantuan dari pemerintah sendiri, kata Koko Rahmat, tetap ada meski masih minim. Dalam menyikapinya, pengurus masjid tidak mempermasalahkan hal tersebut, mengingat donatur mereka sampai saat ini masih getol memberikan bantuan.

"Kalau untuk bantuan pemerintah sendiri, setahu saya masih minim ya. Namun nanti insya Allah ada janji dari pemerintah, kemarin dari Wali Kota Bandung yang baru Koko Farhan mau mampir. Cuman untuk Koko Dedi Mulyadinya belum pernah mampir ke sini. Doakan saja mudah-mudahan beliau ada waktu kesempatan buat mampir," kata dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
Azzis Zulkhairil
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Anggaran Infrastruktur Jabar Naik Rp2,7 Triliun di APBD Perubahan 2025

24 Sep 2025, 08:56 WIBNews