Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250621_143807.jpg
Menko Muhaimin Iskandar meninjau kegiatan UMKM di Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Intinya sih...

  • Pendampingan dilakukan berkala untuk pelaku UMKM

  • Bandung punya banyak infrastruktur baik bagi UMKM

  • Ada empat pilar dalam pemberdayaan UMKM

Bandung, IDN Times - Kota Bandung menjadi model dan lokasi pertama peningkatan level UMKM di seluruh Indonesia. Nantinya para pelaku tersebut belajar mengikuti berbagai standar bagi UMKM agar lebih teruji.

"Saya nyatakan dari Bandung bahwa semua pelatihan UMKM yang dilakukan kementerian harus mengikuti standar yang teruji. Tidak boleh lagi asal-asalan. Prosesnya harus terintegrasi: dari pelatihan, pendampingan, sampai kemandirian. Tidak boleh jadi proyek instan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia, Muhaimin Iskandar, saat meninjau langsung pelaksanaan program Perintis Berdaya di Jalan Braga, dikutip dari siaran pers, Sabtu (22/6/2025).

Menurutnya, pemerintah tidak memiliki waktu untuk melaksanakan program-program tanpa dampak nyata.

Ia mengingatkan, seluruh kementerian dan pemerintah daerah harus menjadi jembatan aktif antara pelaku UMKM dan sumber daya yang bisa memperkuat mereka, seperti investor dan akses pasar.

“Kita tidak bisa lagi bergantung pada negara lain. Untuk mandiri, kita butuh UMKM yang kuat. Karena itu, seluruh pelatihan harus produktif dan berdampak,” tambahnya.

1. Pendampingan dilakukan berkala

Dok. Humas Pemkot Bandung

Hal senada disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko Pemberdayaan Masyarakat, Leontinus Alpha Edison. Ia menyebut program Perintis Berdaya menjadi langkah konkret dalam menjawab kebutuhan pelaku usaha kecil dan menengah.

“Dari lebih 1.700 pelaku usaha yang mendaftar, kita seleksi 65 pelaku UKM dan koperasi. Fokusnya bukan hanya pelatihan, tapi juga pendampingan, inkubasi, dan mentoring oleh praktisi. Ini model yang akan kami replikasi,” jelas Leontinus.

Ia juga memaparkan data yang menunjukkan tantangan di lapangan, seperti minimnya digitalisasi UMKM, keterbatasan akses pembiayaan, serta rendahnya pemanfaatan teknologi produksi.

“Dari data kami, 60% pelaku usaha masih memproduksi secara manual. PR digitalisasi masih sangat besar,” ujarnya.

2. Bandung punya banyak infrastruktur baik bagi UMKM

Dok. Humas Pemkot Bandung

Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyambut baik program nasional tersebut. Ia memastikan kesiapan Kota Bandung untuk menjadi pusat pengembangan UMKM berbasis inovasi dan kolaborasi.

“Bandung punya segalanya seperti infrastruktur, komunitas kreatif, ekosistem wirausaha. Program seperti Perintis Berdaya ini sangat cocok dengan semangat Kota Bandung sebagai creative hub nasional,” ucap Farhan.

Ia juga mengapresiasi dipilihnya Braga Pendek sebagai lokasi showcase produk UMKM dalam kegiatan tersebut.

“Braga adalah wajah kolaboratif Kota Bandung. Di sini, ekonomi kreatif, budaya, dan kewirausahaan bertemu,” katanya.

3. Ada empat pilar dalam pemberdayaan UMKM

Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai informasi, Perintis Berdaya adalah sebuah ekosistem pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia.

Program ini merupakan pendekatan terintegrasi untuk mengentaskan kemiskinan melalui penguatan ekonomi rakyat. Ekosistem Perintis Berdaya dibangun di atas empat pilar utama yang saling melengkapi, yaitu:

1. Berdaya Bersama

Fokus pada penguatan kapasitas melalui pelatihan dan pendampingan berkelanjutan.

2. Berdaya Berusaha

Mendorong pengembangan kewirausahaan agar pelaku UMKM mampu tumbuh dan naik kelas.

3. Berdaya Finansial

Memperluas akses keuangan bagi masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah.

4. Berdaya Global

Memberikan akses pasar internasional serta perlindungan bagi pekerja migran Indonesia.

Melalui keempat pilar ini, Perintis Berdaya diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat sekaligus menciptakan ekosistem yang produktif, berkelanjutan, dan inklusif.

Editorial Team