Keteledoran Dinas ESDM dan Pengusaha Picu Tragedi Gunung Kuda

Cirebon, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan permohonan maaf terbuka atas insiden tragis yang terjadi di lokasi penambangan batu Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon.
Dalam konferensi pers yang digelar di Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Senin (2/6/2025), Dedi mengungkapkan rasa duka mendalam dan menyesalkan terjadinya bencana yang telah ia peringatkan sejak beberapa tahun lalu.
Menurutnya, peringatan sudah diberikan sejak tahun 2021. Ia bahkan secara langsung mengunjungi lokasi tambang dan menyatakan kekhawatiran terhadap potensi keruntuhan yang bisa terjadi akibat kegiatan eksploitasi di kawasan rawan tersebut.
"Saya sudah naik ke lokasi pada tahun 2021 dan sampaikan bahwa aktivitas di sana harus dihentikan karena berisiko tinggi,” kata Dedi.
Sayangnya, meskipun telah ada peringatan, kegiatan penambangan tetap dilanjutkan. Dedi menjelaskan hal ini tidak lepas dari keberadaan izin resmi yang dikeluarkan pada 2020.
Ia menduga pihak pengelola tetap beroperasi karena mempertimbangkan dampak ekonomi yang akan ditanggung jika kegiatan dihentikan. “Mungkin mereka takut rugi secara finansial, tapi seharusnya keselamatan jadi prioritas utama,” ujarnya, tegas.
Dedi juga menyoroti kesalahan prosedural dalam proses pemberian izin oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat. Ia mengakui ada unsur kelalaian dari instansi tersebut yang semestinya lebih cermat melihat potensi bahaya.
“Saya minta maaf atas keteledoran yang terjadi dalam proses perizinan. Dinas ESDM seharusnya bisa lebih waspada,” tuturnya.
Ia mengkritik pendekatan teknokratis yang selama ini diterapkan dalam pengelolaan sektor pertambangan, yang dinilainya sering mengabaikan faktor geografis dan kondisi sosial masyarakat sekitar.
Dedi juga menyoroti mentalitas pelaku usaha tambang yang enggan berpindah lokasi meski menghadapi risiko keselamatan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk segera mengevaluasi seluruh izin pertambangan aktif, terutama yang berada di zona rawan bencana. Dedi menegaskan bahwa sistem pengawasan akan diperkuat, tidak hanya secara administratif, tapi juga melalui pemantauan langsung di lapangan.
“Kami akan audit perizinan dan perketat pengawasan lintas sektor agar kejadian serupa tak terulang,” tuturnya.
Sementara itu, proses pencarian korban longsor di tambang batu Gunung Kuda masih berlangsung hingga hari keempat sejak peristiwa nahas itu terjadi pada Jumat siang (30/5/2025), menyusul curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan tersebut dan menyebabkan tebing runtuh.
Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, relawan, dan pekerja tambang terus berjibaku menghadapi medan berat demi menemukan para korban. Hingga kini, sebanyak 19 jenazah telah ditemukan dan berhasil diidentifikasi. Beberapa di antaranya adalah Sukandra bin Hadi, Andri bin Surasa, dan Sukadi bin Sana.
Nama-nama lain yang menjadi korban termasuk Dendi Irawan, Sarwa bin Sukira, Rusjaya bin Rusdi, Suparta bin Supa, Rio Ahmadi bin Wahyudin, serta Ikad Budiargo bin Arsia. Selain itu, korban lainnya meliputi Jamaludin, Wastoni, Toni, Rion Firmansyah, Sanadi, Sunadi, Sakira, Nalo Sanjaya, dan Wahyu Galih.