Keracunan MBG di Cipongkor, Dedi Mulyadi Soroti Waktu Masak di SPPG

- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyoroti manajemen waktu masak dari dapur umum atau SPPG dalam peristiwa keracunan MBG di Cipongkor.
- Dedi meminta agar dapur umum menyediakan MBG menyesuaikan antara jam masak dan jam distribusi untuk menjaga keamanan makanan.
- Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana juga meminta agar seluruh SPPG memproses makanan MBG dengan waktu yang tepat dan ketika diberikan kepada para penerima manfaat masih dalam kondisi segar.
Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi turut menyorot manajemen waktu masak dari dapur umum atau SPPG dalam peristiwa pelajar keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Senin (22/9/2025).
Sejauh ini diketahui dugaan sementara penyebab 352 pelajar dari PAUD-SMK di Cipongkor keracunan karena menu ayam kecap yang sudah basi. Namun, hal ini sendiri masih belum bisa dipastikan karena Dinkes KBB masih melakukan uji laboratorium dari sampel muntahan para murid.
"Waktunya sudah terlalu lama, antara dimasak dan dimakan, dan itu harus menjadi bahan evaluasi agar mereka yang memiliki tugas untuk menyiapkan MBG harus bisa memperhitungkan antara jam dimasak dan jam dimakan ini problemnya. Itu penjelasan kepala Dinas Kesehatan," ujar Dedi, Selasa (23/9/2025).
1. SPPG harus masak tepat waktu

Dedi pun meminta kepada dapur umum MBG yang menyediakan MBG agar menyesuaikan antara jam masak dan jam distribusi. Dengan begitu, ia meminta SPPG semakin memerhatikan manajemen waktu agar tepat.
"Jadi jangan masaknya terlalu sore atau malam, kalau bisa agak mepet ke pagi agar nasi dan makanannya disajikan masih dalam keadaan fresh," katanya.
2. BGN mengakui masih ada kekurangan waktu masak

Sementara, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana tidak menampik adanya peristiwa keracunan ini bisa jadi disebabkan karena banyak kemungkinan, salah satunya jumlah SPPG yang mengantarkan makanan ke PAUD-SMK di Cipongkor ini terlalu banyak jumlahnya.
Berdasarkan pantauan langsung di SPPG, Dadan menyampaikan, secara kelengkapan peralatan dan lainnya memang sudah memenuhi standar mulai dari aspek higienis, kelengkapan peralatan, kemudian kelengkapan personel.
"Tapi mungkin di dalam pelaksanaan kadang-kadang ada hal yang repot ya. Bangun malam, menyiapkan dalam waktu yang singkat. Ada yang agak ingin relaks dengan mempersiapkan lebih awal," kata Dadan.
3. Makanan diproses tidak lebih dari lima jam

Atas kondisi ini, Dadan meminta agar seluruh SPPG memproses makanan MBG dengan waktu yang tepat dan ketika diberikan kepada para penerima manfaat masih dalam kondisi segar, termasuk dengan bahan baku makanan.
"Sekarang kami memberikan instruksi agar makanan diproses tidak lebih dari empat jam sampai ke lima jam. Jadi ini kan memperpendek rantai. Selain itu juga bahan baku kan perlu dipersiapkan dengan bahan dari suplier yang kualitasnya baik," ujarnya.
Di sisi lain, banyaknya keracunan juga disebabkan oleh daya masak MBG yang langsung dengan porsi banyak. Sementara, kata Dadan, dapur umum masih perlu membiasakan diri sampai mampu melakukan kegiatan memasak dalam jumlah besar.
"Jadi saya kan sudah menginstruksikan untuk memulai kegiatan dari jumlah kecil ya. Memang untuk awal-awal baiknya dua sekolah dulu, tiga sekolah dulu, sampai terbiasa seperti itu, dan sepertinya SPPG yang bersangkutan ini berusaha untuk dalam jumlah besar di awal. Jadi itu ada kesalahan teknis," kata dia.