Ini Sosok Dua Siswi SMK yang Dipuji Ridwan Kamil saat Hari Perempuan

Menjadi minoritas di kalangan para siswa, membuat keduanya terus merasa termotivasi untuk belajar, bahkan tidak jarang keduanya mengaku, sering dipandang sebelah mata oleh para laki-laki.

Maklum saja, dalam satu kelas jumlah laki-laki paling mendominasi. Apalagi tidak semua siswi perempuan pada umumnya tertarik dengan bidang tersebut. Namun kecintaan dan cita-cita lah yang membuat keduanya bertahan.

"Aku suka sama pesawat suka ngotak-ngatik mesin pesawat. Dari kecil juga aku suka bongkar mesin dan aku ingin menjadi seperti BJ Habibie," ujar Asti.

"Kalau aku, dulu sih tidak suka sama pesawat, tapi aku punya rasa ingin tahu tentang pesawat," timpal Febby.

Astri mengakui, perkenalan dengan dunia mesin diberikan dari kecil, Ia mengatakan, saat masih duduk di bangku sekolah dasar, ayahnya sering kali membongkar mesin motor.

"Aku sama ayah suka otak-atik motor bareng tiap minggu, bengkel tidak ada. Emang hobi aja dari dahulu dari SD motornya dibongkar diberesin," ungkapnya.

Sedangkan, Febby mengaku, keluarga besarnya memang tidak ada mengenalkan dalam dunia pesawat terbang. Namun, dengan keinginan yang besar, akhirnya bisa masuk sekolah menengah kejuruan yang didirikan oleh BJ Habibie tersebut.

"Engga dari keluarga, keluarga ga ada yang kenalkan dunia pesawat. Ini keinginan diri sendiri dan didukung orang tua," ucapnya.

Astri dan Febby sempat merasakan langsung dunia kerja ketika keduanya menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia. Astri yang memilih PT Pindad, mengaku memang masih tabu perempuan bekerja di bagian mesin.

"Di PT Pindad cewe sendiri di PKl sama karyawan selalu dibilang kamu juga bisa, selalu dimotivasi dan enggak jadi rendah diri disemangatai terus tapi ya ada aja yang bilang, ini mah kerjaan cowo," kenang Astri.

Sedangkan Febby mengaku, ketika PKL di PT DI, tugasnya tergolong tidak terlalu berat lantaran ia ditugaskan untuk membantu cek repair pesawat. Menurutnya, ke depan dunia kerja khususnya industri pesawat bisa lebih terbuka dengan kaum perempuan dibagian teknis.

"PT DI cewe emang ngecek aja gada yang langsung turn ngerepair. Sama aja gada yang beda-bedakan karena dah sama-sama kerja," kata Febby.

Meski mendapatkan stigma macam-macam dari lingkungan luar soal pilihan keduanya masuk pada SMKN yang didominasi para laki-laki. Merka mengaku bangga lantaran bisa belajar sesuai cita-cita yang diinginkan.

Mereka berpandangan, bahwa bergaul dengan golongan laki-laki tidak melulu buruk, justru, menurut mereka, bergaul harus dengan siapapun baik dari sesama perempuan dan laki-laki.

"Tidak selamanya bergaul dengan cowo itu jelek. Kan banyak anak yang takut gaul sama cowo karena dicap jelek padahal enggak kaya gitu," tutur Astri.

"Kami bangga karena, menunjukan identitas sebagai wanita tapi bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki," kata Febby.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini.