Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Go Zero, Komitmen Telkom untuk Emisi Nol 2060

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bersama Google Indonesia sukses menyelenggarakan program Google Career Certificate (GCC) Batch 1 2024 yang berlangsung selama empat bulan. (dok. Telkom)
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bersama Google Indonesia sukses menyelenggarakan program Google Career Certificate (GCC) Batch 1 2024 yang berlangsung selama empat bulan. (dok. Telkom)

Bandung, IDN Times - Telkom Indonesia memastikan diri dengan berkomitmen untuk membangun masa depan yang berkelanjutan melalui penerapan prinsip ESG. Senior Vice President Group Sustainability and Corporate Communication PT Telkom Indonesia Ahmad Reza mengungkapkan, fokus Telkom adalah menciptakan nilai jangka panjang yang memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan melalui solusi dan layanan inovatif.

Untuk mendukung pemerintah mencapai emisi nol pada 2060, kata Reza, Telkom Indonesia melakukan kampanye Go Zero. Menurutnya, kampanye ini terdiri dari tiga pilar yang diadaptasi dari ESG yaitu Our Planet, Our People dan Our Business.

“Telkom saat ini fokus pada penurunan emisi gas rumah kaca scope satu dan dua, dan juga melakukan manajemen limbah di pilar Our Planet. Sedangkan di pilar Our People Telkom menerapkan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi."

“Terakhir di pilar Our Business, Telkom fokus pada perlindungan data pribadi dan keamanan siber,” kata Ahmad Reza dalam diskusi Green Collabs kerja sama Katadata Green dengan FISIP Universitas Indonesia, di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (28/11/2024).

1. ESG bukan beban korporasi, melainkan jadi tanggung jawab bersama

Go Zero, Komitmen Telkom untuk Emisi Nol 2060 (IDN Times/istimewa)
Go Zero, Komitmen Telkom untuk Emisi Nol 2060 (IDN Times/istimewa)

Ahmad Reza menambahkan, ESG bukan hanya beban korporasi tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Karena itu, Telkom Indonesia melibatkan banyak pihak dalam menjalankan praktik ESG melalui kampanye Go Zero.

“Mungkin sudah banyak yang paham dengan istilah efek gas rumah kaca. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa apa yang terjadi hari ini bukan kami dapatkan dari orangtua atau kakek kita, tapi ini merupakan pinjaman dari anak cucu kita nanti.”

“Kalau masalah ini tidak bisa diatasi maka dampaknya akan ditanggung oleh anak cucu kita,” ujar Reza.

2. Melindungi hutan gambut

Ilustrasi lahan gambut (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Ilustrasi lahan gambut (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Faktanya, kebakaran hutan menyumbangkan emisi karbon paling tinggi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), jumlah emisi karbon akibat hal tersebut mencapai 924.853 gigaton CO2 ekuivalen.

Kepala Sub Kelompok Kerja Pengembangan Data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Imam Setyo Hartanto mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki cadangan gambut yang sangat besar, mencapai 57 gigaton. 

Cadangan gambut ini menjadi aset penting yang harus dijaga dengan baik untuk mencegah risiko kebakaran gambut. Kebakaran pada lahan gambut tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer, yang dapat memperparah pemanasan global.

Selain itu, Imam menjelaskan gambut memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon; hingga 20 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis biasa dalam menyerap karbon.

Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan menjadi kunci penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

3. Tiga cara mencegah kebakaran gambut

Go Zero, Komitmen Telkom untuk Emisi Nol 2060 (IDN Times/istimewa)
Go Zero, Komitmen Telkom untuk Emisi Nol 2060 (IDN Times/istimewa)

Untuk mencegah kebakaran gambut, Imam menyebutkan bahwa ada tiga langkah utama yang dilakukan. Tiga hal itu adalah rewetting, revegetasi dan revitalisasi.

Upaya terpadu ini menjadi langkah strategis untuk menjaga ekosistem gambut yang kaya karbon, sekaligus mencegah dampak buruk yang ditimbulkan dari kerusakan lahan ini.

Rewetting atau membasahi lahan gambut kuncinya di tata air. Kalau gambut kering bisa mengeluarkan Co2 dan gas-gas lain yang mudah terbakar,” ujar Imam.

Rewetting merupakan pembasahan kembali lahan gambut yang mengering untuk menjaga kelembapan dan mencegah risiko kebakaran. Rewetting bisa dilakukan dengan membangun sumur bor.

Kedua, revegetasi, yang melibatkan penanaman kembali tumbuhan di area gambut untuk memulihkan ekosistemnya. Menurut dia, setiap lahan gambut memiliki kondisi yang berbeda, sehingga jenis tanaman yang dipilih juga harus disesuaikan dengan kondisi tapak di sekitarnya.

Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan tanaman dapat tumbuh optimal dan mendukung keberlanjutan ekosistem gambut.

Langkah penting lainnya adalah revitalisasi, yaitu upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat di sekitar lahan gambut. Revitalisasi tidak hanya membantu menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us