Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Epidemiolog Ungkap Pemicu Perubahan Tren Kasus DBD di Majalengka

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti (pixabay.com/Mohamed Nuzrath)

Majalengka, IDN Times- Perubahan tren kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Majalengka pada tahun ini. Jika sebelumnya kasus DBD banyak ditemukan di daerah utara, tahun ini kasus serupa tercatat terjadi di daerah selatan.

Kecamatan Lemahsugih adalah salah satu daerah di Majalengka Selatan yang diketahui mengalami kenaikan kasus. Data itu itu berdasarkan catatan Puskesmas Margajaya, yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Majalengka.

Epidemiolog Ucu Supriatna mengatakan, ada beberapa faktor yang memicu terjadinya perubahan tren itu. "Mobilitas manusia yang tinggi, bisa jadi pemicu kondisi itu," kata Ucu, Jumat (17/5/2024).

1. Nyamuk bisa migrasi seiring tingginya mobilitas

ilustrasi nyamuk (pexels.com/Pixabay)

Ucu menyebutkan, saat ini mobilitas manusia ke daerah Majalengka Selatan, cukup tinggi. Mobilitas itu, bisa saja berasal dari daerah yang selama ini dikenal sebagai endemik DBD.

"Ketika mobilitas manusia tinggi, bisa saja menjadi perantara terjadinya migrasi nyamuk. Nyamuk dari daerah endemik, ikut pindah bersama mobilitas manusia itu," kata dia.

Dijelaskannya, nyamuk yang mengandung virus Dengue dan bermigrasi dari daerah endemik, akan menyebarkan virus yang sama di daerah baru itu.

"Dan yang paling berbahaya ini adalah nyamuk betina. Ketika mereka sudah menggigit di daerah endemik, dan terbawa migrasi ke daerah baru, bisa menyebarkan juga di daerah itu. Itu mungkin salah satu ada perubahan tren," kata dia.

2. Faktor alam mendukung adanya perubahan tren kasus DBD di Majalengka

suasana pagi hari (pixels.com/Elias Tigiser)

Ucu menjelaskan, secara geografis, Majalengka bagian utara cukup 'mendukung' menjadi endemik DBD. Oleh karena itu, tidak aneh jika beberapa kecamatan di Majalengka Utara masuk sebagai daerah endemik DBD.

"Nyamuk Aedes Aegypti itu kan kembang biaknya di daerah yang hangat, dengan paparan sinar matahari yang penuh. Nah, daerah utara, selama ini cukup mendapat sinar matahari," papar dia.

Terkait fakta kasus DBD di Majalengka Selatan mulai naik, Ucu menyebutkan, didukung juga faktor alam. Dijelaskannya, saat ini, beberapa daerah di Majalengka Selatan, sudah relatif panas.

"Faktor alam juga mendukung. Sekarang, di (Majalengka) Selatan, paparan sinar mataharinya sudah mirip dengan Utara. Jadi, selain migrasi, faktor alam juga mendukung," jelas Ucu yang juga ASN di Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Majalengka.

3. 3M masih ampuh cegah DBD

Grafis cara mencegah DBD (kemkes.go.id)

Senada dengan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes), Ucu menjelaskan, gerakan 3 M (Menguras, Mengubur, dan Menutup) masih menjadi cara ampuh untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. Namun, diperlukan juga gerak aktif dari pemerintah, agar gerakan tersebut bisa lebih massif.

"Gerakan 3 M plus memang yang paling efektif untuk memutus perkembangan biakan nyamuk itu. Selain itu, murah juga. Tapi juga perlu ada kesungguhan dari pemerintah, sebagai penggerak," jelas dia.

Efektivitas gerakan 3 M, kata dia, tidak terlepas dari karakter nyamuk Aedes Aegypti yang sejatinya memang lemah. Seperti jenis nyamuk lainnya, kata Ucu, usia Aedes Aegypti juga relatif pendek. 

"Usia nyamuk itu sekitar 12 hari. Kalau massif melakukan gerakan 3 M, insyaallah bisa diatasi. Tapi harus kompak. Jangan misalkan hanya satu rumah yang melakukan 3 M, yang lainnya gak," kata dia.

"Nyamuk itu bisa terbang 400 meter. Jadi ketika di suatu wilayah hanya satu orang yang aktif 3 M, bisa saja nyamuk dari tetangga masuk. Nah di sini perlunya kesungguhan dari pemerintah teh," papar dia.

Seperti penyakit lainnya, ketika ada kasus kematian, pemerintah sudah seyogianya sudak memiliki langkah-langkah. "Bukan masalah angka. Jadi, meskipun hanya satu orang meninggal, itu sudah harus sungguh-sungguh," kata dia.

"Apalagi jika tahun sebelumnya gak ada kasus meninggal, kemudian tahun ini ada (kasus) meninggal, itu sudah masuk KLB. Lagi-lagi, ini bukan tentang angka," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Inin Nastain
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us