Ekonomi Penuh Tantangan, Fintech Perkuat Mitigasi Risiko Kredit Macet

Bandung, IDN Times - Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang penuh tantangan, perusahaan-perusahaan financial technology alias fintech harus lebih serius mengurusi perihal risiko. Hal tersebut perlu dimitigasi oleh kedua belah pihak, baik itu nasabah maupun pemberi pinjaman.
Salah satu perusahaan fintech yang tengah memperkuat mitigasi risiko ialah PT Julo Teknologi Finansial (JULO). Lewat siaran pers yang diterima IDN Times, mereka baru saja mengambil langkah strategis untuk memperkuat mitigasi risiko kredit.
JULO memperkuat lini penagihan (collection), mengoptimalkan underwriting berbasis data, serta menjaga kualitas portofolio pinjaman agar tetap sehat dan berkelanjutan.
1. Menambah agen field collection dan ekspansi lainnya

Sepanjang kuartal pertama 2025, JULO meningkatkan jumlah agen field collection sebanyak 48 persen guna memperkuat kinerja penagihan di lapangan.
Langkah ini turut diiringi dengan ekspansi area operasional sehingga menjangkau lebih banyak pengguna, dengan tetap menjaga prinsip penagihan beretika sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
“Hasilnya, total pembayaran kembali atau repayment yang dihasilkan oleh agen meningkat sebesar 56 pesen dibandingkan kuartal sebelumnya,” kata Presiden Direktur JULO, Harri Suhendra, Senin (2/6/2025).
2. Memperkuat teknologi machine learning

Tak hanya itu, proses underwriting JULO juga terus disempurnakan dengan teknologi machine learning untuk menganalisis pola perilaku pengguna secara lebih akurat. Untuk memperkuat verifikasi dan deteksi potensi fraud, JULO juga telah terintegrasi dengan sistem data terpusat Fintech Data Center (FDC) serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).
Dengan demikian, limit kredit yang diberikan lebih tepat sasaran dan disesuaikan dengan kemampuan pengguna.
Pendekatan berlapis ini membantu JULO menjaga rasio non-performing loan (NPL) tetap di bawah ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
3. Menjaga suku bunga di bawah batas maksimum OJK

Guna meringankan tantangan finansial para pengguna di tengah situasi ekonomi saat ini, JULO tetap menjaga suku bunga di bawah batas maksimum OJK. Sistem pengingat pembayaran yang komprehensif juga membantu pengguna mengelola keuangan lebih strategis dan menghindari denda keterlambatan.
“JULO mengedepankan prinsip kehati-hatian, bukan hanya untuk mengurangi risiko gagal bayar, tapi juga untuk memberikan solusi yang meringankan sesuai dengan kemampuan pengguna.”
“Sebagai anggota AFPI, kami terus menjaga komunikasi aktif dengan regulator dan mendukung kebijakan OJK untuk menjaga stabilitas industri,” kata Harri, menjelaskan.
Menurut Harri, hingga kuartal pertama 2025, JULO telah memfasilitasi pendanaan kepada lebih dari 3,2 juta pengguna di seluruh Indonesia.
Kemitraan strategis dan integrasi dengan ekosistem digital terpercaya seperti Grab dan DANA menjadi katalisator penting bagi JULO dalam memperluas jangkauan akses demi mewujudkan inklusi keuangan ke lebih banyak lapisan masyarakat secara aman dan bertanggung jawab.