Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung

Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)
Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)
Intinya sih...
  • Dari mode ke material: melahirkan Coppo di tengah tumpukan limbahInovasi Coppo berawal dari kebutuhan praktis dan idealisme. TNF selama ini dikenal sebagai penggerak ekonomi sirkular di sektor mode, tetapi kapasitas mereka terbatas.
  • Menembus pasar desain interior dan industri garmenRespons terhadap Coppo datang dari arah yang tak disangka. Pasar Coppo terbagi dua, yaitu firma desain interior yang tertarik menggunakan material alternatif ramah lingkungan dan pabrik garmen besar yang sedang dituntut global brand sebagai buyer mereka untuk menerapkan sistem circular economy.
  • Tantangan teknologi dan mimpi untuk jadi mainstreamTantangan terbesar ada di teknologi produksi, di mana pengolahannya sed
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Di sebuah sudut sebuah workshop sederhana di Bandung, tumpukan kain perca dan limbah tekstil seolah menunggu takdir baru. Sebagian lusuh, sebagian lagi kehilangan warna, namun di tangan para pengrajin muda The New Factory (TNF), potongan-potongan itu tak berakhir di tempat sampah.

Mereka lahir kembali menjadi papan padat bertekstur lembut—produk baru yang disebut Coppo. Sejak Januari 2025, Coppo menjadi simbol perubahan arah bagi TNF, koperasi pekerja yang sebelumnya fokus pada upcycling fashion.

Jika dulu mereka mengubah baju bekas menjadi tas atau jaket baru, kini TNF mencetak jejak lebih besar: mendaur ulang limbah fashion menjadi material interior dan furnitur yang bernilai tinggi.

“Awalnya kami cuma ingin naik kelas,” ujar Aliyyah Sarastita, CEO The New Factory, kepada IDN Times, Rabu (8/10/2025), di workshop mereka.

“Sebab produk fashion itu nilai tambahnya kecil, sementara limbah yang kami terima menumpuk dan banyak yang gak bisa dipakai. Kami perlu solusi yang bisa menampung semuanya, dan berakhir dengan produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.”

1. Dari mode ke material: melahirkan Coppo di tengah tumpukan limbah

Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)
Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)

Inovasi Coppo berawal dari kebutuhan praktis dan idealisme. TNF selama ini dikenal sebagai penggerak ekonomi sirkular di sektor mode, tetapi kapasitas mereka terbatas. Tak semua jenis kain bisa diolah menjadi produk fesyen baru, mengingat banyak bahan yang cacat, robek, atau terlalu tipis untuk dipertahankan bentuk aslinya.

Aliyyah dan timnya kemudian bereksperimen: mencacah limbah tekstil, memadatkannya, dan mengolahnya dengan perekat khusus hingga menjadi papan solid berbahan dasar serat kain.

Hasilnya mengejutkan: sebuah material papan yang tangguh, estetis, dan memiliki corak alami dari potongan tekstil yang tercampur.

Kini, Coppo bukan hanya sekadar produk daur ulang. Ia adalah pernyataan bahwa sisa-sisa mode bisa menempati ruang baru dalam kehidupan manusia: menjadi meja, rak, atau bahkan dinding pembatas ruangan.

2. Menembus pasar desain interior dan industri garmen

Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)
Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)

Respons terhadap Coppo datang dari arah yang tak disangka. “Banyak banget yang penasaran, mulai dari desainer interior, kontraktor, sampai pabrik garmen besar,” kata Alliyah.

Pasar Coppo terbagi dua. Pertama, firma desain interior yang tertarik menggunakan material alternatif ramah lingkungan. Kedua, pabrik garmen besar yang sedang dituntut global brand sebagai buyer mereka untuk menerapkan sistem circular economy—mengolah limbah mereka sendiri menjadi sesuatu yang berguna kembali.

Menariknya, beberapa pabrik kini mulai membeli Coppo untuk dijadikan produk turunan, seperti hanger atau perabot display, yang kemudian bisa dijual kembali ke brand mitra internasional mereka.

Hal tersebut menunjukkan sebuah siklus yang baru, di mana limbah industri mode kembali ke urusan mode dalam bentuk yang berbeda.

3. Tantangan teknologi dan mimpi untuk jadi mainstream

Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)
Dari Limbah Tekstil ke Kehidupan Baru: Inovasi Coppo dari Bandung (IDN Times/Galih Persiana)

Namun perjalanan Coppo tidak selalu mulus. Tantangan terbesar ada di teknologi produksi, di mana pengolahannya sedikit mendapat tantangan.

Menurut Alliyah, teknologi daur ulang limbah tekstil berbeda dengan limbah plastik hingga puntung rokok. Teknologi untuk limbah tekstil, kata dia, belum memiliki banyak pilihan seperti limbah plastik yang lebih dikenal masyarakat.

“Bagaimana cara cacahnya bisa lebih halus, bagaimana perekatnya lebih ramah lingkungan, itu masih terus kami benahi,” kata Aliyyah.

Ia mengaku TNF masih berada dalam fase eksperimental, mencoba menggabungkan efisiensi produksi dengan idealisme lingkungan.

Di sisi lain, TNF menolak menjual Coppo hanya dengan label “produk daur ulang”. Aliyyah menegaskan bahwa koperasinya berharap memiliki produk yang juga menang dalam urusan harga, kualitas dan tampilan.

“Baru setelah itu orang tahu kalau ini hasil daur ulang, sehingga kami masih menggunakan value daur ulang sampai kapan pun,” ujar Alliyah. Baginya, sustainability bukan sekadar narasi moral, tapi strategi bisnis masa depan.

4. PLN UID Jabar dan dukungan bagi ekonomi sirkular

Daur ulang untuk mencegah penyebaran mikroplastik (pexels.com/vladakarpovich)
Daur ulang untuk mencegah penyebaran mikroplastik (pexels.com/vladakarpovich)

Inovasi tak bisa tumbuh tanpa dukungan. Melihat potensi besar TNF dalam pengelolaan limbah fashion, PLN UID Jawa Barat memberikan bantuan berupa mesin-mesin produksi melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Mesin-mesin itu membantu TNF meningkatkan kapasitas cacahan dan efisiensi produksi Coppo.

“Harapan kami, dengan bantuan ini TNF bisa mengolah lebih banyak limbah tekstil dan menjadikannya bahan yang bermanfaat,” ujar Nurmalitasari, Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Jabar, di tempat yang sama.
Menurutnya, dukungan terhadap TNF merupakan bagian dari komitmen PLN untuk berkontribusi pada lingkungan, di samping upaya transisi menuju energi terbarukan.

Kini, papan-papan Coppo yang lahir dari tumpukan limbah itu bukan hanya produk—mereka adalah simbol perubahan. Dari potongan kain yang dulu tak terpakai, menjadi lembaran kehidupan baru yang menopang mimpi besar tentang bumi yang lebih lestari.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

10 Tahun Terisolir, Pemkot Bandung Buka Akses Jalan Kavling Geologi

09 Okt 2025, 11:47 WIBNews