Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Antisipasi El Nino, Kementan Sebar 62 Ribu Lebih Pompa Air

(Dok/Istimewa)

Bandung Barat, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan sebanyak 62 ribu lebih mesin pompa air yang akan disebar di seluruh Indonesia. Pompa air itu disiapkan untuk mengantisipasi kekeringan lahan persawahan akibat fenomena El Nino

Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono mengatakan, pompanisasi air tengah digenjot habis-habisan untuk mendorong pengairan di lahan persawahan. Hal itu sengaja diprioritaskan untuk meningkatkan produktifitas komoditas pertanian demi mengurangi impor pangan.

"Seluruh Indonesia 62 ribu lebih yang akan disebar. Yang sudah sampai mungkin 60 persennya, sisanya sedang dalam perjalanan. Ada juga yang masih menunggu usulan dari bawah sekitar 12 persen," kata Sudaryono di Bandung Barat, Sabtu (27/7/2024).

1. Pompa air untuk solusi jangka pendek

(Dok/Istimewa)

Sudaryono mengatakan pemberian mesin pompa air sebagai solusi jangka pendek dan mitigasi jelang musim kemarau. Supaya para petani tetap bisa bercocok tanam meskipun nantinya terjadi kemarau yang membuat aliran air ke sawah menjadi terganggu.

Adapun solusi jangka panjang, kata dia, akan dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR). Biasanya, kata dia, untuk menjaga ketersediaan pengairan ke lahan sawah Kemen PUPR akan melakukan normalisasi saluran irigasi.

"Ini perlu kita intervensi untuk normalisasi. Tapi untuk menghadapi El Nino dan kemarau yang sebentar lagi datang kita segera berikan bantuan pompa air," ujar.

2. Wamentan sidak irigasi di KBB

(Dok/Istimewa)

Di Bandung Barat, Sudaryono juga meninjau
irigasi Leuwi Kuya, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cihampelas, KBB yang merupakan jaringan pemasok air bagi sekitar 2.300 hektar sawah di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Irigasi ini kering kerontang sejak tahun 2016 akibat sedimentasi dan berkurangnya volume dari sumber air utama.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bandung Barat mencatat ada 1.595 hektar lahan pertanian berubahan jadi sawah tadah hujan akibat tak berfungsinya irigasi tersebut.

Dari hasil peninjauannya, kawasan persawahan di Kecamatan Cihampelas ini harus diintervensi sarana pengairan untuk mendorong kemandirian pangan daerah.

Matinya irigasi ini membuat keberlangsungan pertanian padi di wilayah tersebut cukup lambat. Jika pengairan normal, para petani bisa memanen padi 3 kali dalam setahun, maka dengan hilangnya sumber air mereka bahkan hanya bisa panen 1 kali dalam setahun.

"Saya sudah bicara dengan Pak Kadis Pertanian, apakah ini harus pakai pompa air atau apa, yang penting air bisa ada di lahan. Alternatif menggunakan pompa air itu adalah langkah penanggulangan jangka pendek, karena kalau mau normalisasi bisa berbulan-bulan pengerjaanny," ujar Sudaryono.

3. Kemarau berdampak terhadap produktivitas pertanian

(Dok/Istimewa)

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Lukmanul Hakim mengatakan, kekeringan akibat kemarau ini berdampak pada produktifitas petani, sebab pertanian di Bandung Barat masih banyak lahan persawahan yang mengandalkan air hujan.

"Data BPS mencatat, sawah tadah hujan seluas 9.781 hektare tahun 2022. Hasil pemetaan BPN tidak sampai segitu. Sawah tadah hujan yang berpotensi dipompanisasi seluas 5.508 hektare. Hampir di seluruh kecamatan," kata Lukman.

Kawasan pertanian di Kecamatan Cihampelas ini sangat bergantung pada pengairan dari irigasi Leuwikuya. Irigasi tersebut mengalami pensangkalan lantaran tidak terawat dan banyaknya alih fungsi lahan yang mengakibatkan menurunnya debit atau kuantitas air.

"Irigasi Leuwikuya ini dibangun sejak era Hindia Belanda. Kemudian mengalami pendangkalan seiring usianya. Tercatat sampai 2016, irigasi ini sudah tidak aktif lagi," ucap Lukman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ferry Rizki
EditorFerry Rizki
Follow Us