3 Desa di Sukabumi Dipetakan untuk Cegah Risiko Bencana

Intinya sih...
Hasil kajian menjadi acuan pembangunan desa berbasis mitigasi bencana
Relawan dibekali teknik observasi hingga penyusunan spotmap untuk tiga desa rawan bencana
Dorong terbentuknya masyarakat tangguh bencana melalui program School and Community Resilience (SCR)
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi bersama Japanese Red Cross Society (JRCS) atau PMI Jepang melakukan kajian risiko dan pemetaan potensi bencana di tiga desa rawan bencana. Kegiatan ini bagian dari implementasi Program School and Community Resilience (SCR) dengan pendekatan berbasis komunitas.
"Lewat program ini, kami melakukan Enhanced Vulnerability and Capacity Assessment (EVCA) atau penilaian kapasitas dan kerentanan yang diperkuat, serta pemetaan risiko di desa. Tujuannya supaya masyarakat bisa mengenali potensi bencana sekaligus memahami kekuatan yang mereka miliki untuk mitigasi," ujar Dikdik Maulana, Koordinator Program SCR PMI Kabupaten Sukabumi, Rabu (25/6/2025).
1. Jadi acuan pembangunan desa berbasis mitigasi bencana
Dikdik menjelaskan, hasil kajian ini bakal menjadi dokumen penting yang bisa dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan desa. Dokumen tersebut diharapkan menjadi dasar dalam proses penganggaran, baik di tingkat desa maupun kabupaten, dengan mempertimbangkan aspek kebencanaan.
Adapun tiga desa yang menjadi sasaran kajian adalah Desa Cidadap di Kecamatan Simpenan, serta Desa Cikahuripan dan Desa Cisolok di Kecamatan Cisolok. Ketiga desa ini dinilai memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana seperti gempa, longsor, banjir, hingga tsunami.
2. Relawan dibekali teknik observasi hingga penyusunan spotmap
Kegiatan dimulai dengan pelatihan teknis bagi para relawan SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat). Mereka diperkenalkan dengan metode Transect Walk, yaitu teknik observasi lapangan untuk memetakan kondisi fisik desa, aktivitas warga, serta potensi risiko.
Relawan juga diajarkan menyusun spotmap, yakni peta manual yang mencakup aset-aset penting desa seperti jalur evakuasi, sekolah, rumah ibadah, dan fasilitas umum lainnya.
"Kegiatan ini berlangsung delapan hari di tiga lokasi sekaligus. Semua proses dilakukan langsung oleh relawan SIBAT untuk menguatkan kapasitas lokal. Target akhirnya adalah penyusunan Rencana Kontinjensi Desa," jelas Dikdik.
3. Dorong terbentuknya masyarakat tangguh bencana
Yana Maulana, Senior Officer dari Japanese Red Cross Society (JRCS), menegaskan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam kajian EVCA.
"Ini bukan sekadar pengumpulan data, tapi upaya membangun kesadaran bersama. Harapannya masyarakat bisa lebih mandiri dan terencana menghadapi risiko bencana,” jelas Yana.
Yana juga menambahkan, program ini membawa tiga tujuan utama, yaitu terbentuknya sekolah aman bencana, terbangunnya masyarakat tangguh bencana dan terciptanya kolaborasi antarpihak untuk mengurangi risiko bencana.
Melalui program ini, PMI dan JRCS berharap ketiga desa bisa menjadi contoh desa tangguh bencana berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Sukabumi.