Sepuluh Titik Rawan Bencana Intai Jalur KA Daop 3 Cirebon di Musim Nataru

- Kontur tanah labil jadi ancaman utama
- Banjir dan luapan air mengintai jalur strategis
- Strategi KAI: pencegahan dan respons cepat
Cirebon, IDN Times - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat sedikitnya sepuluh titik rawan bencana di wilayah Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon yang berpotensi mengganggu kelancaran perjalanan kereta api di jalur utara Pulau Jawa selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Tingginya intensitas hujan pada puncak musim penghujan membuat pengelola perkeretaapian dituntut meningkatkan kewaspadaan berlapis, khususnya di titik-titik yang memiliki riwayat gangguan alam.
1. Kontur tanah labil jadi ancaman utama

Ancaman paling serius berasal dari kondisi geologi di sejumlah lintasan. Dua titik krusial berada di lintas Cilegeh–Kadokangabus kilometer 148–152, baik jalur hulu maupun hilir. Kawasan ini dikenal memiliki struktur tanah labil yang rentan mengalami pergerakan dan amblesan saat hujan berlangsung lama.
Risiko serupa juga ditemukan di lintas Telagasari–Jatibarang kilometer 175–176. Jalur ganda di wilayah ini masuk dalam kategori pengawasan khusus karena memiliki catatan pergerakan tanah yang dapat memengaruhi kestabilan konstruksi rel.
Kondisi tersebut berpotensi memaksa pembatasan kecepatan kereta jika indikator keselamatan menunjukkan anomali.
2. Banjir dan luapan air mengintai jalur strategis

Selain ancaman longsor dan amblesan, banjir musiman menjadi faktor risiko signifikan. Salah satu titik rawan berada di jembatan KA Losari–Tanjung kilometer 187, yang kerap terdampak luapan air saat curah hujan meningkat drastis.
Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibuddin mengatakan, genangan air juga berulang di lintas Cikampek–Tanjungrasa serta jalur Cirebon Prujakan–Waruduwur. Di wilayah-wilayah ini, sistem drainase menjadi tantangan tersendiri karena berdekatan dengan aliran sungai dan kawasan pemukiman padat.
"Air yang meluap berpotensi menggerus struktur tanah penyangga rel jika tidak ditangani secara cepat," kata Muhibuddin, Kamis (18/12/2025).
Selain itu, sejumlah jembatan kereta api turut masuk dalam daftar titik rawan. Di antaranya berada di lintas Tanjung–Brebes, Sindanglaut–Ciledug, serta Ciledug–Ketanggungan. Jembatan-jembatan tersebut melintasi aliran air aktif yang debitnya meningkat signifikan selama musim penghujan.
Kondisi fondasi jembatan dan stabilitas bantalan rel menjadi fokus pemeriksaan karena berhubungan langsung dengan keselamatan perjalanan. Gangguan kecil pada struktur jembatan dapat berdampak besar terhadap operasional, terutama saat volume perjalanan mencapai puncaknya di periode Nataru.
3. Strategi KAI: pencegahan dan respons cepat

Untuk meminimalkan risiko, KAI Daop 3 Cirebon menjalankan serangkaian langkah preventif. Pemeriksaan geometri rel dilakukan secara berkala, disertai penguatan batu balas menggunakan karung pasir di titik tertentu.
Normalisasi saluran air dari tumpukan sedimen dan sampah juga dilakukan untuk mencegah genangan berulang.
Di area rawan longsor, KAI membangun penahan tanah berupa bronjong dan retaining wall. Selain itu, Alat Material Untuk Siaga (AMUS) disiagakan di 17 stasiun strategis, berisi bantalan rel, batu balas, dan peralatan darurat guna memastikan penanganan cepat jika terjadi gangguan.
Pengawasan lapangan diperketat dengan penempatan petugas pemantau khusus di titik rawan.
"Langkah ini menjadi bagian dari komitmen KAI menjaga keandalan transportasi publik di tengah tantangan cuaca ekstrem selama libur akhir tahun," kata Muhibuddin.


















