Punya Kisah Kelam, Mitigasi Bencana Sesar Lembang Ala Kampung Muril

Sesar Lembang pernah mengguncang Kampung Muril pada 2011

Bandung Barat, IDN Times - Kampung Muril menjadi kampung yang pernah merasakan betul dahsyatnya guncangan Sesar Lembang. Ingatan warga masih utuh pada peristiwa mengerikan yang terjadi pada 28 Agustus 2011 lalu.

Kampung Muril merupakan pemukiman penduduk yang berdiri di garis Sesar Lembang pada segmentasi tengah. Daerah itu tpatnya berada di RW 15 Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Bukan hanya bikin warga kampung kocar-kacir, gempa berkekuatan 3,3 magnitudo kala itu juga mengakibatkan ratusan rumah warga rusak. Kerusakan yang mereka alami cukup beragam, mulai dari rusak sedang sampai parah.

Namun, gempa yang pernah mengguncang pemukiman Kampung Muril ini mengajarkan kesiapan mitigasi pada warga. Bagaimana pun warga sadar bahwa ancaman pergerakan Sesar Lembang selalu ada dan sebisa mungkin dihindari.

1. Rumah Dadan porak poranda diguncang gempa Sesar Lembang 2011

Punya Kisah Kelam, Mitigasi Bencana Sesar Lembang Ala Kampung MurilWarga Kampung Muril, Desa Jambudipa, Cisarua, Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Salah satu rumah yang porak-poranda akibat pergerakan Sesar Lembang adalah rumah milik Dadan (46 tahun). Tembok dan atap ambruk rumahnya hancur lebur tak tersisa.

"Beruntung keluarga bisa menyelamatkan diri. Rumah hancur gak bisa dihuni lagi. Gak ada yang bisa diselamatkan. Di kampung ini ada sekitar tujuh rumah yang hancur, salah satunya rumah saya," ujar Dadan, mengenang peristiwa gempa kepada IDN Times, Kamis (28/1/2021).

Akibat gempa Sesar Lembang pada 2011 lalu, Dadan menghitung kerugian yang dialami lebih dari Rp40 juta. Menurutnya, jumlah dengan besar itu cukup memukul ekonomi keluarga yang pas-pasan.

2. Warga bangun lagi rumah dengan konsep tahan gempa

Punya Kisah Kelam, Mitigasi Bencana Sesar Lembang Ala Kampung MurilWarga Kampung Muril, Desa Jambudipa, Cisarua, Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Mau tak mau, Dadan harus membangun ulang hunian bagi keluarganya. Hingga sepuluh tahun pascadiguncang gempa, Dadan baru bisa membangun kembali rumah. Berkat uluran tangan dari sana-sini, Dadan mulai mendistribusikan tenaga seorang diri untuk menyusun rumahnya kembali.

"Biar pun rumah yang sekarang lebih kecil, yang penting tahan gempa. Bahan baku yang dipakai juga menggunakan besi. Jadi diperkirakan bisa menahan gempa jika Sesar Lembang bergerak lagi," kata Dadan.

Dengan ilmu bangunan dan modal Rp20 juta yang ia miliki, Dadan mulai menata kembali rumah yang bisa menahan guncangan sampai 6,8 magnitudo. Lantaran modalnya yang pas-pasan, pembangunan rumah dilakukannya seorang diri.

"Kalau hari Jumat, warga gotong royong bantu-bantu. Alhamdulillah ada aja yang bantu," tambahnya.

3. Ambil pelajaran, warga lebih sadar bencana Sesar Lembang

Punya Kisah Kelam, Mitigasi Bencana Sesar Lembang Ala Kampung MurilWarga Kampung Muril, Desa Jambudipa, Cisarua, Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Sementara itu, Yetti (37) sudah menyiapkan langkah-langkah mitigasi meski hidup berdampingan dengan ancaman gempa Sesar Lembang. Atas peristiwa gempa yang pernah dialaminya, Yetti mengaku lebih memiliki pengetahuan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana.

"Minimalnya kita sudah paham untuk memitigasi diri sendiri. Harus ke mana lari dan di mana titik kumpul, insya Allah kita sudah paham," kata Yetti.

Warga sudah menyiapkan di mana titik kumpul jika gempa terjadi lagi. Ialah sebuah ruang terbuka di sekitar kampung menjadi lokasi yang dinilai aman jika Sesar Lembang kembali bergerak.

4. Tak ada jalur evakuasi maupun papan informasi

Punya Kisah Kelam, Mitigasi Bencana Sesar Lembang Ala Kampung MurilWarga Kampung Muril, Desa Jambudipa, Cisarua, Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Meski demikian, Yetti tidak menafikan bahwa edukasi mitigasi bencana di kampungnya belum merata. Fasilitas seperti informasi seputar sesar atau marka jalur evakuasi belum terpampang di perkampungan.

"Yang kita harapkan pemahaman mitigasi bencana bisa merata ke semua warga khususnya di Kampung Muril ini. Papan informasi dan jalur evakuasi juga mestinya dipasang, sehingga jika terjadi gempa lagi warga yang belum paham bisa tahu ke mana dia harus lari," tutur dia.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya