Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah Pandemik

Pandemik tidak membuat konsumsi sampah Kota Bandung menurun

Bandung, IDN Times - Konsumsi sampah domestik masyarakat Kota Bandung dalam masa pandemik COVID-19 masih tinggi. Bahkan, penggunaan sampah medis rumah tangga seperti masker juga turut meningkat.

Hal ini diakui oleh Jati Pelaksana Bank Sampah Resik, Babakansari, Kota Bandung. Ia mengatakan, kondisi sampah rumahan selama pandemik COVID-19 masih seperti kondisi normal.

"Konsumsi sampah masih banyak, makin hari makin banyak. Jenis sampah macam-macam karena karena mereka juga belum seluruhnya akurat memilah jenis sampah, termasuk plastik," ujar Jati, saat dihubungi, Sabtu (25/9/2021).

1. Volume sampah masih sama seperti normal

Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah PandemikIIustrasi sampah (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Untuk wilayah Babakansari, Kota Bandung, Jati bilang, petugas bisa mengangkut sampah rumah tangga seperti kondisi normal. Adapun sampah medis seperti masker juga kebanyakan tergabung dengan sampah domestik.

"Kalau kita jemput di lokasi minimal 20 kilogram, bahkan kita pernah di tiga ton. Kita sehari bisa lima ton, dalam pandemik pernah, itu gak menentu," katanya.

2. DLHK sebut sampah organik paling banyak di Kota Bandung

Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah Pandemikwww.tasteofhome.com

Hal senada disampaikan juga oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi. Ia mengatakan, tidak ada perbedaan konsumsi sampah antara pandemik dan kondisi normal.

"Menjadi pembeda mungkin yang awalnya sampah masa normal di sekolah, ada di kantor, sekarang jadi berpindah ke rumah. Saat ini sampah harian Kota Bandung 1.500 -1.600 ton per hari.

Sedangkan untuk jenis sampah yang diproduksi masyarakat masih didominasi oleh sampah organik. Namun, ia memastikan bahwa masyarakat masih banyak yang belum bisa memilah jenis sampah.

"Justru yang terbanyak sampah organik, kayak sisa makanan sayuran dan buah sisa hasil makan itu lebih banyak dibanding plastik," katanya.

3. Sampah diimbau untuk tuntas sejak di rumah

Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah PandemikIlustrasi sampah di pesisir pantai. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Terpisah, Yana Mulyana, Wakil Wali Kota Bandung menambahkan, Pemkot Bandung saat ini masih mengandalkan teknologi open dumping dalam mengelola sampah. Sehingga, pengelolaan sampah masih perlu disempurnakan.

"Mungkin beberapa tahun ke depan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti habis dan tidak mungkin diperpanjang kembali. Kalau pun ke (TPS) Legok Nangka, kelihatannya juga cukup berat," ujar Yana.

Yana bilang, pada pinsipnya masalah sampah harus terselesaikan di rumah masing- masing. Oleh sebab itu, Kota Bandung memiliki 150 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dengan berbagai metode penanganan jenis sampah yang ada di wilayah.

"Kalau organik mungkin bisa saja dengan Black Soldier Fly (BSF). Kalau sampah residu itu bisa diselesaikan melalui alat Stungtax Pindad Smokeless Incinerator. Itu salah satu teknologi yang dikembangkan oleh anak bangsa," ungkapnya.

4. Pemkot Bandung berharap konsumsi sampah makin sedikit

Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah PandemikANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Alat Stungtax Pindad Smokeless Incinerator memiliki beberapa kelebihan, salah satunya yaitu bisa mengelola 100 persen sampah untuk menghasilkan 60 persen sampah organik, 30 persen anorganik, dan 10 persen residu.

"Harapannya, semakin sedikit (sampah) dihasilkan. Bahkan kita tidak membutuhkan TPA karena semua selesai sampah di hulu nya," katanya.

5. Walhi Jabar sebut konsumsi sampah medis di Kota Bandung tinggi

Jumlah Sampah Kota Bandung Masih Tinggi di Tengah PandemikIlustrasi sampah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Sedangkan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jabar, Meiki W. Paendong mengatakan secara umum sampah harian di Kota Bandung memang ada peningkatan.

"Sampah medis meningkat. Kalau domestik semenjak pandemik ada penurunan, karena konsumsi turun. Tapi di balik turun sampah domestik ada peningkatan medis," ujar Meki.

Peningkatan sampah medis yang banyak ditimbulkan oleh masyarakat yaitu masker. Menurutnya, untuk sampah plastik dan konsumsi online shop tidak terlihat ada peningkatan signifikan.

"Yang membeli online shop hanya kalangan tertentu. Secara umum tidak semua bisa belanja online. Sementara limbah medis meningkat dari biasanya karena tidak secara normal, kata dia.

Baca Juga: Soal Energi Terbarukan, Ridwan Kamil: Provinsi Jabar Paling Serius

Baca Juga: Timbunan Sampah ke TPS di Kota Bandung Berkurang 30 Persen

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya