Waspadai Obesitas pada Anak Akibat Konsumsi Makanan Ultra Proses

Perhatikan asupan makanan bagi balita

Bandung, IDN Times - Makanan ultra proses sangat banyak diminati warga Indonesia karena harga murah, tahan lama, praktis, dan diformulasi dengan rasa yang lebih enak. Namun di sisi lain, hal ini meningkatkan risiko obesitas.

Hal ini disampaikan langsung Gwyneth Cotes selaku Country Director dari Helen Keller International melalui webinar, Selasa (30/3/2021).

1. Formulasi makanan ultra-proses harus diperbaiki

Waspadai Obesitas pada Anak Akibat Konsumsi Makanan Ultra Prosesilustrasi balita (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Gwyneth menuturkan, pada saat ini sepertiga penduduk Indonesia sudah mengalami obesitas karena konsumsi tersebut. Sehingga, berbagai upaya saat ini harus dilakukan untuk menekan angka obesitas yang juga banyak dialami oleh anak-anak.

"Upaya bersama dapat dilakukan dengan memperbaiki formulasi makanan ultra proses, memberikan label yang sesuai, hingga regulasi marketing produk kemasan pada anak-anak," ungkapnya.

2. Hampir 80% susu pertumbuhan mengandung tambahan gula

Waspadai Obesitas pada Anak Akibat Konsumsi Makanan Ultra ProsesBayi-bayi lahir direncanakan menyambut tanggal cantik 02-02-20 di RSIA Cahaya Bunda. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Selain itu, dr.Dian dari Helen Keller International menyampaikan bahwa hampir 80% susu pertumbuhan mengandung tambahan gula (sukrosa dan/atau fruktosa) yang tidak sesuai rekomendasi yaitu kurang dari 2,5 gram/100 kkal.

"Bila dikelompokkan, sebanyak 3/4 produk yang memberikan informasi kandungan gula diklasifikasikan memiliki kandungan gula yang masuk kategori MERAH (FSA UK) yaitu mengandung gula tinggi (>11g/100 ml)," tuturnya.

3. Makanan ultra-proses sudah banyak melalui pengelolaan

Waspadai Obesitas pada Anak Akibat Konsumsi Makanan Ultra ProsesBayi-bayi lahir direncanakan menyambut tanggal cantik 02-02-20 di RSIA Cahaya Bunda. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Kemudian, selaku Ketua Umum AIMI Indonesia, Nia Umar menambahkan bahwa makanan ultra-proses merupakan makanan yang diolah dengan berbagai cara seperti pemadatan, karbonasi, pengocokan, penambahan massa, pemipihan, dan lain-lain.

"Ciri lainnya adalah makanan tersebut mengandung zat yang tidak dijumpai pada bumbu dapur seperti penstabil, pengawet, laktosa, dan lain-lain," jelas Nia.

Selain itu, risiko dari tingginya konsumsi makanan ultra proses ternyata dapat meningkatkan obesitas, penyakit jantung, diabetes, kanker, dan depresi. Nia bilang, bahaya ini tidak hanya mengintai orang dewasa.

"Jadi tidak hanya orang dewasa, balita pun terpapar oleh berbagai jenis makanan tersebut. Ini termasuk dari produk susu pertumbuhan," katanya.

4. MPASI fortifikasi berisiko menurunkan keragaman makan bayi

Waspadai Obesitas pada Anak Akibat Konsumsi Makanan Ultra ProsesIlustrasi (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Lebih lanjut, dari Forum Bandung Sehat dan Nutrition Working Group, dr.Sofa menuturkan, hanya 3% bayi yang memulai MPASI sesuai rekomendasi keragaman makanan, yaitu setidaknya 4 jenis dalam sehari.

Hal ini diikuti dengan kurangnya asupan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh bayi. Konsekuensinya, anemia pada bayi mencapai 40%.

"Pemberian MPASI fortifikasi juga berisiko menurunkan keragaman makan bayi, ditambah dengan penyajian yang tidak sesuai takaran saji," kata dia.

Baca Juga: Pengin Menambah Berat Badan Bayi dan Balita? Bisa Coba Makanan Ini Ya

Baca Juga: 12 Pilihan Makanan Penambah Berat Badan Bayi dan Balita

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya