Tanggul Terkikis, Daerah di Majalengka Terancam Banjir

- Potensi banjir dipicu tanggul yang terkikis, khususnya di Desa Karanganyar, Kecamatan Dawuan
- Area pintu keluar Tol GT Kertajati juga rawan banjir akibat luapan air dari Sungai Cimanuk dan Sungai Cipelang
- Beberapa titik sudah ditangani dengan penanganan darurat oleh BBWS untuk mengantisipasi keadaan darurat
Majalengka, IDN Times - Beberapa daerah di Kabupaten Majalengka masuk kriteria rawan bencana banjir, yang dipicu luapan air dari sungai yang ada di daerah tersebut. Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Majalengka Rezza Permana mengatakan, Desa Karanganyar, Kecamatan Dawuan jadi salah satu daerah memiliki kerawanan musibah banjir itu.
"Potensi banjir yang menjadi cukup krusial, adalah Desa Karanganyar, Kecamatan Dawuan," kata Rezza, Selasa (9/12/2025)
1. Potensi banjir dipicu tanggul yang terkikis

Rezza menjelaskan, status kritis Desa Karanganyar dipicu kondisi tanggul yang saat ini sudah memprihatinkan. Saat ini, tanggul yang jadi pembatas antara sungai dan lahan pertanian sudah dalam keadaan terkikis.
"Itu tanggulnya tergerus. Itu posisi di belokan sungai. Ketinggiain tanggul sekitar tiga sampai empat meter dari lahan pertanian dan dasar sungai, kalau airnya surut. Lumayan jauh ke pemukiman, tapi kalau jebol, jadi ancaman juga," kata dia.
Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan mengingat kondisi tanggul yang kritis lumayan panjang. Apalagi, saat hujan deras, ketinggian air di sungai itu hampir menyentuh batas tanggul.
"Panjang tanggul yang kritis 70 meter. Kalau lagi full, ketinggian air sekitar 50 sentimeter saja (ke atas tanggul). Sudah lama kondisi ini. Di Kabupaten Majalengka, banyak yang kaya gini," papar dia.
2. Area pintu keluar Tol GT Kertajati rawan banjir

Kondisi serupa juga terjadi di sekitar pintu keluar Gerbang Tol (GT) Cipali, tepatnya Desa Kertawinangun, Kecamatan Kertajati. Daerah itu sebelumnya sempat terendam banjir, yang berdampak terhadap terganggunya lalu lintas dari Cipali yang akan keluar lewat GT Kertajati.
"Kertawinangun, yang paling parah itu dampak sungai Cipelang, sama juga di belokan (sungai). Sungai Cipelang ini dari Sumedang. Kalau Sumedang banjir, berdampak juga. Kami belum punya alat EWS (early warning system). (Kalau ada) rencananya dipasang di Monjot," jelas Rezza.
Ancaman di daerah ini bisa terjadi ketika ketinggian air di Sungai Cimanuk meluap. Dalam kondisi itu, air dari Sungai Cipelang tidak bisa lagi masuk ke Cimanuk, yang bisa berdampak terjadi luapan.
"Yang di Kertawinangun, begitu Cimanuknya penuh, air dari Sungai Cipelang gak bisa masuk. Akhirnya jadi meluap ke mana-mana. Akhirnya bisa ke Bantarjati, ke Biyawak, ke Kecamatan Jatitujuh. Dampaknya panjang," katanya.
Selain di daerah itu, ancaman banjir juga mengintip beberapa titik lainnya, seperti Kecamatan Kadipaten, Dawuan, dan Kecamatan Kasokandel.
"Memang jadi prioritas juga, karena memang jumlah penduduknya padat juga ya. Di wilayah Kadipaten, sungai Ciputis. Kalau Karanganyar, sungai Cimanuk, lalu Kartawinangun, Kecamatan Kertajati. Itu akibat sungai Cipelang," kata Rezza.
Selain ancaman banjir di beberapa daerah tersebut, ia menjelaskan hingga saat ini sudah ada beberapa bencana yang terjadi. Selain banjir, tercatat juga beberapa bencana alam tanah longsor.
"Kami juga dapat laporan beberapa area persawahan sudah mulai banjir. Longsor di beberapa titik, ada 81 kejadian. Longsor berdampak ke satu atau dua rumah. Kebanyakan dipicu drainase. Penataan drainase wajib dilaksanakan untuk menghindari bencana," tuturnya.
3. Beberapa titik sudah ditangani

Lebih jauh Rezza menjelaskan, di beberapa titik, seperti di Desa Kertawinangun, BBWS berencana untuk melakukan penanganan darurat.
"Kami sudah berkirim surat ke BBWS, ke Pemerintah Provinsi juga. Rencananya akan dilakukan penanganan darurat untuk mengantisipasi keadaan darurat," kata Rezza.
Selain itu, BBWS juga sudah melakukan penanganan terhadap beberapa titik yang selama ini disinyalir jadi pemicu banjir. Salah satu yang sudah dilakukan penanganan yakni sungai di Kecamatan Cikijing.
"Rekomendasi yang sudah ditindaklanjuti BBWS itu, tahun ini menormalisasi untuk wilayah Selatan, di Cikijing. Sepanjang 10 kilometer sudah dilakukan naturalisasi untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi wilayah Cikijing, tepatnya Desa Kasturi."


















