Pondok Pesantren Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu. (IDN Times/Debbie Sutrisno)
Meski memiliki sistem pendidikan Satu Pipa, Abdul menegaskan bahwa kurikulum belajar para santri sudah sesuai dengan arahan Kementerian Agama (Kemenag). Ini dibuktikan dengan akreditasi pendidikan yang didapat dan hasil pemeriksaan departemen agama (depag) Kabupaten Indramayu.
Dia menegaskan, Al-Zaytun tidak pernah mengajarkan hal yang menyimpang termasuk isu pendidikan komunis kepada para siswa. Karena, mulia dari kurikulum di MI, MTs, dan MA semua kurikulum di ponpes ini sudah mengikuti arahan dan dipantau oleh Depag Indramayu.
Di sisi lain, sebagai lembaga pendidikan Ponpes Al-Zaytun pun memiliki visi dan misi. Visi Al-Zaytun yaitu menjadi pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi.
Sementara misi ponpes untuk mempersiapkan peserta didik beraqidah, kokoh, kuat terhadap Allah dan Syari'at-Nya, menyatu dalam tauhid, berakhlaqul karimah, berilmu pengetahuan luas, berketrampilan tinggi yang tersimpul dalam “Basthotan fi Ilmi wal Jismi” sehingga sanggup, siap, dan mampu hidup secara dinamis di lingkungan negara, bangsanya, dan masyarakat antarbangsa dengan penuh kesejahteraan dan kebahagiaan duniawi maupun ukhrowi.
"Kami ingin menghantarkan peserta didik untuk menjadi dirinya pada jamannya. Artinya santri kita juga harus mengikuti jaman. Jadi kami tidak mencetak peserta didik, tapi menghantar," papar Abdul.
Dan kenapa pada visi Al-Zaytun ada kata toleransi dan manusiasi, lajut Abdul, karena ponpes ini mengacu juga pada Pansila, yaitu Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sehingga semua sarana dan prasarana yang ada di sini adalah menghantarkan para siswa, itulah simbolnya.
Sementara itu, salah satu siswa kelas 12 yang berasal dari Malaysia, Muizuddin bin Muhsin merasa nyaman menimba ilmu di sekolah ini. Menurutnya, sistem pembelajaran baik dan menyenangkan.
Sebagai siswa dari Malaysia, dia pun belajar banyak hal karena berada di sekolah yang mayoritas merupakan warga dari Indonesia, sehingga bisa belajar banyak hal di luar mata pelajaran yang ada.
"Saya senang ada di sini karena bisa belajar banyak. Seperti saat belajar bahasa Inggris ini ada juga sedikit perbedaan dengan yang diajarkan di Malaysia. Jadi saya banyak tahu," kata dia.