Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251009-WA0008.jpg
(Istimewa)

Intinya sih...

  • Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menjadi pembicara kunci dalam acara prestisius Living Lab Summit di Stanford University.

  • IPB University mengembangkan pendekatan living lab baik di dalam kampus maupun di luar kampus sebagai bagian dari strategi transformasi IPB menjadi Innopreneurial University.

  • IPB telah mendampingi 7395 desa atau 9,8 persen dari total desa di Indonesia melalui program-program seperti One Village One CEO (Ovoc) dan Sekolah Peternakan Rakyat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, menjadi pembicara kunci dalam acara prestisius Living Lab Summit yang diselenggarakan di Stanford University, Amerika Serikat, 6-7 Oktober 2025.

Acara ini dihadiri oleh para akademisi, peneliti, inovator, dan pengambil kebijakan 15 institusi/kampus dari 12 negara yang fokus pada pengembangan konsep dan implementasi Living Laboratory (Living Lab) di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.

Dalam presentasinya yang berjudul “Campus Setting as Living Lab at IPB as Innopreneurial University”, Prof. Arif memaparkan bagaimana IPB University mengembangkan pendekatan living lab baik di dalam kampus maupun di luar kampus sebagai bagian dari strategi transformasi IPB menjadi innopreneurial university.

"Konsep living lab memungkinkan universitas menjadi ruang eksperimen nyata yang mengintegrasikan pendidikan, riset, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat secara langsung dalam konteks lingkungan yang sesungguhnya," kata Arif dalam keterangan resminya, Kamis (9/10/2025).

1. Proyek di bidang pertanian dan juga tanaman hias turut dipamerkan

(Istimewa)

Dalam paparannya, Prof. Arif menekankan beberapa lokasi strategis yang menjadi bagian dari living lab IPB, antara lain Jonggol Innovation Valley, pusat inovasi kelapa sawit, Pabrik mini CPO, Pabrik pakan ternak, tanaman buah, peternakan domba, sapi, dan lainnya.

Kemudian, ⁠ia pun memaparkan kawasan Produksi Hortikultura Sukamantri sebagai Kebun produksi tanaman hias, rumput olahraga, pisang, dan lainnya, yang mendampingi 219 petani tanaman hias yang sebagian sudah mengekspor ke pasar dunia.

Selain itu ada juga Hutan Pendidikan Gunung Walat, hingga model kelola hutan skala kecil berkelanjutan, agroforestri, dan riset biodiversitas. Selanjutnya, ada juga Taman Teknologi Agribisnis yang mendampingi 759 petani untuk mensuplai kebutuhan 54 supermarket di Jabodetabek.

2. IPB turut berperan langsung mendampingi desa

(Istimewa)

Terakhir Arif turut memamerkan Science Techno Park (STP) IPB yang merupakan Ekosistem pengembangan teknologi dan inkubasi bisnis, termasuk sejumlah teaching industry serta 489 start up, dan Stasiun Pelabuhan Ratu, Sukabumi dan Sea Farming, Kepulauan Seribu. Living lab kelautan dan perikanan berkelanjutan berbasis komunitas juga ikut dipamerkan.

Pada kesempatan itu Arif juga memaparkan program IPB di masyarakat seperti One Village One CEO (Ovoc) di 1.043 desa di Indonesia, Data Desa Presisi di 1.239-an desa, Sekolah Peternakan Rakyat dengan 1.2600 peternak di 15 provinsi, serta pemasangan Automatic Weather Station di seratus desa untuk membangun literasi iklim para petani.

"Jadi IPB hingga saat ini telah mendampingi 7.395 desa atau 9,8 persen dari total desa di Indonesia," ucapnya.

3. Living Lab Summit di Stanford University menjadi gelaran terpenting

(Istimewa)

Melalui inisiatif ini, IPB University tidak hanya menghasilkan inovasi berbasis riset, tetapi juga mendorong implementasi langsung di lapangan yang berdampak nyata bagi masyarakat.

Partisipasi IPB University dalam Living Lab Summit ini menjadi wujud komitmen kampus dalam memperkuat jejaring global, sekaligus menunjukkan peran strategis IPB dalam mendorong pembangunan berkelanjutan melalui inovasi berbasis kampus.

Diundangnya Rektor IPB ke Stanford University membuktikan bahwa IPB diakui kampus top dunia dalam hilirisasi inovasi ke masyarakat. Living Lab Summit di Stanford University menjadi forum penting untuk berbagi praktik terbaik, menjalin kolaborasi riset, serta merancang masa depan pendidikan tinggi yang lebih adaptif dan transformatif.

Editorial Team