Rektor IPB Ajak Institut Tiongkok Jaga Masa Depan Lewat Sektor Pangan

- Rektor IPB, Prof Arif Satria, ajak Tiongkok jaga masa depan lewat kerja sama pertanian dan pangan di konferensi Asean-China.
- Kerja sama inovasi teknologi antara Tiongkok dan ASEAN dapat mengatasi tantangan bersama seperti perubahan iklim dan menurunnya jumlah petani muda.
- Prof Arif mendorong penguatan riset bersama, pembangunan inkubator inovasi regional, mobilitas ilmuwan muda, dan percepatan hilirisasi inovasi ke industri.
Bandung, IDN Times - Rektor IPB University Prof. Arif Satria menjadi pembicara kunci pada 2025 Asean-China Cooperation and Development Conference on Food and Agriculture, di Zhengzhou Henan, Tiongkok (13/10/2025). Acara yang dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Tiongkok ini diselenggarakan oleh Asean-China Center yang berpusat di Beijing.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Arif menyampaikan pidato tentang visi bersama terkait penguatan inovasi teknologi dalam kerja sama pertanian dan pangan yang menyatukan Asia Tenggara/ASEAN dan Tiongkok.
Ia menjelaskan, baik Tiongkok maupun ASEAN memiliki ketergantungan yang kuat pada sektor pertanian, khususnya pangan. Keduanya juga menghadapi tantangan serupa seperti perubahan iklim, menurunnya jumlah petani muda, dan gangguan rantai pasok.
Karena itu, menurutnya kerja sama antara Tiongkok dan ASEAN menjadi sebuah keharusan. Ia menekankan bahwa kolaborasi berbasis inovasi dapat menjawab kebutuhan bersama sekaligus menghadirkan manfaat bagi kedua pihak.
"Inovasi Tiongkok dan peluang ASEAN bersama-sama memiliki potensi untuk menciptakan masa depan yang tangguh dan berkelanjutan di sektor pangan. Dengan kerja sama di bidang sains dan teknologi, kita tidak hanya memperkuat perdagangan, kita juga mengamankan mata pencaharian, melindungi lingkungan kita, dan membina generasi mendatang," ujar Arif dalam pidatonya.
1. Ekosistem perlu diperdalam

Ia juga menyoroti kerja sama ASEAN-Tiongkok telah memiliki dasar kuat melalui Rencana Aksi ASEAN untuk Sains, Teknologi, dan Inovasi (APASTI), serta berbagai inisiatif bersama seperti KTT ASEAN-Tiongkok dan Tahun Ketahanan Pangan ASEAN-Tiongkok.
Ke depan, ia mendorong penguatan riset bersama, pembangunan inkubator inovasi regional, mobilitas ilmuwan muda, dan percepatan hilirisasi inovasi ke industri.
"Ke depan, kita perlu memperdalam ekosistem ini dengan memperkuat riset bersama, membangun inkubator inovasi regional, mendorong mobilitas ilmuwan muda, dan membuka kebijakan inovasi untuk berbagi teknologi. Kolaborasi ini bukan sekadar berbagi teknologi, tapi juga membangun kapasitas, memperkuat rasa saling percaya, dan ketahanan bersama di kawasan," ujarnya.
2. Kerja sama harus dipererat

Prof. Arif juga mengakui bahwa kemajuan teknologi pertanian Tiongkok makin pesat, diperkuat oleh penguasaan kecerdasan buatan yang luar biasa.
"Khususnya bagi IPB University yang memainkan peran penting dalam Konsorsium UC–SEARCA, bekerja sama erat dengan Konsorsium Asia Hub, dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus The Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP)," kata Arif.
3. IPB sudah bekerja sama demgan Institut kunci di Tiongkok

Selain itu, Prof. Arif menegaskan peran penting universitas dan lembaga riset sebagai motor penggerak inovasi dan pengembangan talenta. Melalui riset kolaboratif dan kemitraan lintas sektor, mereka memperkuat ekosistem inovasi. Di Indonesia, universitas juga aktif memperluas jejaring pendidikan tinggi di tingkat ASEAN, Asia, dan global.
"Secara bilateral, IPB University telah menjalin kemitraan dengan institusi-institusi kunci di Tiongkok yang berfokus pada pertukaran akademik, penelitian bersama, dan program mobilitas mahasiswa," kata dia.