Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Program Satu Lapang Sepak Bola Setiap Kecamatan Belum Masuk APBD 2026

Ilustrasi sepak bola.
Ilustrasi olahraga sepak bola. (Freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Program satu lapangan sepak bola di setiap kecamatan se-Jawa Barat belum masuk dalam APBD 2026 menurut DPRD Provinsi Jabar.
  • Rencana ini bisa dimasukkan dalam APBD perubahan 2026, tergantung pada keputusan Pemprov Jabar.
  • Gubernur Jawa Barat mendorong pembangunan lapangan berstandar nasional di setiap kecamatan, dengan fasilitas yang disesuaikan dengan kondisi lahan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Program satu lapangan sepak bola di setiap kecamatan se-Jawa Barat dipastikan masih sebatas wacana. Dewan Perwakilan Provinsi (DPRD) Provinsi Jabar memastikan anggaran bantuan untuk program ini belum masuk dalam APBD 2026.

Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Barat, Zaini Shofari mengatakan, untuk anggaran yang khusus bantuan terhadap sepak bola hanya ada pada kegiatan saja. Sementara program satu lapangan setiap kecamatan masih belum ada.

"Untuk anggaran itu. Enggak, kalau untuk event-event itu ada tapi secara langsung untuk kecamatan itu belum ada. Kemarin kami sudah dengan Pak Heri, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, hanya baru keinginan disampaikan," ujar Zaini, Selasa (25/11/2025).

1. Bisa dianggarkan pada APBD perubahan 2026

ilustrasi sepak bola
ilustrasi sepak bola (pixabay.com/SeppH)

Meski begitu, Zaini memastikan, rencana ini nantinya bisa dimasukkan dalam APBD perubahan 2026. Namun, hal itu dikembalikanpada Pemprov Jabar apakah masih memungkinkan untuk mengalokasikan atau tidak.

"Tapi mungkin nanti secara bertahap diawali di perubahan anggaran 2026, itu sangat memungkinkan. Titik-titik mana saja yang menjadi prioritas," katanya.

Secara keseluruhan, Zaini menilai, program satu kecamatan satu lapangan sepak bola ini lebih masuk akal, karena cakupannya luas meliputi desa dan kelurahan di dalamnya. Dari segi tempat pun kecamatan bisa lebih memilih opsi banyak.

"Tapi lebih realistis kalau satu kecamatan satu lapang. Cuma nanti tinggal di hitung besarannya di kecamatan itu. Karena saya yakin tiap-tiap kecamatan pasti punya alun-alun," ucap Zaini.

"Alun-alun biasanya ada Masjid Agung Kecamatannya, ada lapangannya," tuturnya.

2. Sekolah khusus sepak bola juga bisa dianggarkan tahun depan

ilustrasi lapangan sepak bola
ilustrasi lapangan sepak bola (unsplash.com/ballaschottner)

Selain itu, mengenai rencana pembuatan sekolah khusus sepak bola juga bisa masuk dalam penganggaran perubahan nantinya. Zaini menyampaikan, ada keinginan Pemprov Jabar untuk membuat sekolah khusus tersebut.

"Termasuk rencana mengembangkan sekolah khusus sepak bola. Jadi Kadispora itu menyampaikan juga terkait itu, saya pikir baik juga menarik juga karena pembinaan-pembinaan sejak dini itu kan tidak ada secara khusus sekolahnya," tuturnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendorong peningkatan sepak bola melalui penyediaan satu kecamatan satu lapangan berstandar nasional. Rencana ini muncul karena sepak bola Jawa Barat tertinggal jauh dari Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Dedi mengatakan, lapangan harus memenuhi standar kualitas permainan, sementara fasilitas penunjang seperti tribun dapat menyesuaikan kondisi lahan dan kebutuhan masyarakat.

"Satu kecamatan harus memiliki satu lapangan yang representatif berstandar nasional. Tribun dan fasilitas lainnya dapat disesuaikan dengan kondisi lahan. Tidak perlu terlalu mewah karena pemeliharaannya mahal dan rawan kehilangan barang. Yang penting lapangannya bisa digunakan," ujar Dedi, di Bandung, Senin (24/11/2025).

3. Lapangan tiap kecamatan nantinya tidak harus dibangun dengan tribun mewah

latihan sepak bola
potret latihan sepak bola (unsplash.com/oghenovo egbegbedia)

Dedi mengungkapkan, pembangunan lapangan di setiap kecamatan itu nantinya tidak perlu dibangun secara berlebihan. Musababnya, tribun megah, menurut dia justru bisa menyulitkan perawatan dan membuka risiko kerusakan fasilitas.

"Kalau tribun dan lainnya, sesuaikan dengan tanah tapi jangan terlalu mewah. Itu pemeliharaannya mahal dan barangnya nanti banyak hilang," ujarnya.

Tidak berhenti pada infrastruktur, Dedi juga menyoroti pentingnya membangun karakter dan lingkungan yang mendukung bagi para calon atlet. Ia mendorong kurikulum pembinaan khusus sepak bola.

"Yang menjadi problema itu lingkungan, diajarin ngerokok, minum, motoran, bobogohan (pacaran)," kata Dedi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Program Satu Lapang Sepak Bola Setiap Kecamatan Belum Masuk APBD 2026

25 Nov 2025, 13:07 WIBNews