Millennial Harus Konsisten dengan Keahlian yang Dimiliki Menuju 2045

Bandung, IDN Times - Indonesia diprediksi mampu menjadi salah satu negara besar pada 2045. Berbagai potensi dan sejumlah langkah yang sudah dilakukan saat ini disebut menjadi alasan dari prediksi tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia adalah negara kaya dengan letak geografis yang menjanjikan. Potensi ini didukung oleh kinerja perekonomian nasional yang terus membaik.
"Kita negara besar. PDB (produk domestik bruto)/ GDP 1,1 triliun dolar AS. Pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, dan inflasi hanya berkisar di angka tiga persen," ujar Luhut dalam diskusi nasional bertajuk 'Indonesia 2045: Berdaulat, Maju, dan Berpengaruh pada Tataran Global' yang diselenggarakan alumni Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jumat (5/4). Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara lain yakni, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Ketua Umum KADIN Rosan Roeslani, serta tokoh nasional lainnya.
Namun, Luhut mengatakan, semua indikasi positif ini akan sia-sia jika generasi muda saat ini tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan global. Para pemuda harus memiliki pergaulan yang luas termasuk dengan sesama penerus dari negara lain.
Pada akhirnya, generasi millennial saat ini harus memiliki kepemimpinan yang baik yang sesuai dengan perkembangan zaman. "Anak muda harus memiliki leadership terbuka. Mengambil keputusan secara terbuka," katanya.
1. Keterbukaan bisa memberikan dampak positif

Keterbukaan seperti ini, lanjut Luhut, telah dilakukan pemerintah sekarang terutama dalam mengambil kebijakan pada sektor ekonomi. Proses pengambilan keputusan kalau dilakukan terbuka, menjadikan ekonomi suatu negara bisa cepat berkembang.
Sebagai contoh, kata dia, saat ini dunia telah berubah dengan munculnya Cina sebagai raksasa ekonomi selain Amerika Serikat. Mau tidak mau kondisi ini harus disikapi positif agar Indonesia turut merasakan pertumbuhan tersebut.
"Suka tidak suka Cina telah menjadi salah satu kekuatan dunia. GDP-nya 2,5-3 triliun dolar AS. Saya pergi ke Cina, semua kerja keras, semua disiplin. Kita harus tiru," papar Luhut.
Meski begitu, dia mengingatkan para calon pemimpin ini agar nantinya menjalankan diplomasi yang tegas dan terukur. "Diplomasi kita enggak boleh lemah. Sekali-kali hajar saja, asal terukur," ujarnya.
2. Indonesia sudah memiliki fondasi yang baik

Pakar ekonomi, Purbaya menjelaskan, fondasi ekonomi Indonesia saat ini sangat memungkinkan untuk mencapai keemasan pada 2045. Selain memiliki laju pertumbuhan yang baik, pemerataan dan pembangunan infrastruktur pun terus dilakukan hingga ke daerah perbatasan dengan negara tetangga.
"Investasi meningkat 160 persen dari 2014-2018. Pembangunan pemerintah dirasakan betul oleh masyarakat. Pengangguran berkurang, kemiskinan berkurang. Pemerataan pembangunan meningkat. Walau pertumbuhan belum tujuh persen, tapi berkualitas.
Lapangan kerja ada. Jadi kita sudah berada di arah yang benar," jelasnya.
3. Jangan sampai tidak punya keahlian khusus

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengingatkan generasi muda bahwa persiapan menuju Indonesia emas pada 2045 harus dimulai dari sekarang. Menurutnya, terdapat sejumlah syarat yang harus dilakukan calon pemimpin jika ingin mewujudkan harapan tersebut.
Pertama, anak muda dan pemimpin saat ini harus bisa membaca tanda-tanda zaman. Salah satunya harus menyesuaikan dengan perkembangan saat ini yang memasuki era 4.0
"Ke depan itu bagaimana. Saya minta kepala dinas gaul, berkolaborasi dengan start up 4.0 seperti apa. Kalau enggak bisa membaca tanda zaman, jadi 'dinosaurus', apalagi anak-anak sekarang," kata alumni HI Unpar tersebut.
Kedua, generasi muda harus fokus terhadap keahlian dan bidang yang tengah digeluti. Dia mengkritisi kebiasaan anak muda saat ini yang tidak konsisten dalam menjalankan aktivitas.
"Jadi mau menggarap apa, ahli di bidang apa, harus fokus. Dulu saya punya pilihan banyak, tapi fokus ke politik. S1, S2, S3 politik. Sekarang banyak generasi muda yang gagal fokus, ke mana-mana. Itu kelemahan generasi sekarang," ungkap Bima.