Melindungi Keluarga Tercinta Bisa Dimulai dari Dapur yang Aman

- Kebocoran gas LPG 3 kg di dapur sering terjadi di Kota Bandung, menyebabkan ledakan dan luka bakar serius pada korban.
- Beralih dari gas LPG 3 kg ke bright gas 5,5 kg lebih aman dan nyaman digunakan untuk memasak, serta lebih mudah didapatkan.
- Peningkatan permintaan bright gas menunjukkan kesadaran masyarakat akan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan tabung gas.
Bandung, IDN Times - Layar ponsel Setia memperlihatkan satu pemberitaan mengenai ledakan di sebuah rumah di Kota Bandung. Empat orang menjadi korban akibat ledakan yang diduga berawal dari kebocoran tabung LPG (liquified petroleum gas) 3 kilogram (kg). Luka bakar para korban pun cukup serius, ada yang terbakar sampai 80 persen.
Sambil menyusui bayi perempuannya yang baru berumur empat bulan, Setia berselancar lebih jauh di gawai pintarnya untuk mencari tahu mengenai kasus serupa. Hasilnya, dia mendapatkan informasi bahwa ledakan disebabkan kebocoran gas cukup sering terjadi di Kota Bandung.
Pada Oktober 2025, dua peristiwa ledakan akibat kebocoran gas LPG terjadi di kawasan Kiaracondong. Pertama pada dan kasus serupa terjadi pada 16 September 2025 yang merusak dua rumah dan mengakibatkan dua orang menjadi mengalami luka bakar. Sementara pada 10 Januari 2024 juga terjadi kejadian serupa yang mengakibatkan tujuh orang terluka.
Usai membaca sejumlah berita mengenai kebocoran gas, wanita 32 tahun ini bersyukur karena kebocoran gas dari tabung LPG di dapurnya tidak mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Hal Itu, setelah dia mengganti penggunaan gas LPG 3 kg dengan bright gas berukuran 5,5 kg yang berwarna merah muda (pink). Gas jenis ini lebih aman dari kebocoran ketimbang gas melon.
"Dulu pas masih pakai 3 kg ini memang lebih sering ada bocor gas walaupun cuman dikit-dikit. Misal pas udah pasang, gak berapa lama kecium bau gas tuh. Atau pas mau pasang juga agak susah harus ditekan atau ganti karet lah, pokoknya diakalin biar regulatornya masuk dan gak bocor," ujar Setia saat berbincang dengan IDN Times, Minggu (19/10/2025).
Mengganti LPG dari gas melon ke bright gas butuh pemikiran cukup panjang bagi Setia dan suami. Harga yang memang cukup jauh jelas menjadi hal utama untuk didiskusikan. Namun, demi keamanan keluarga Setia dan suami, akhirnya memutuskan untuk mengganti LPG yang dipakai menggunakan jenis bright gas 5,5 kg. Mahal sedikit tak masalah asalkan keluarga lebih aman dan bisa terhindar dari ledakan di dapur akibat kebocoran dari tabung gas.
Setelah menggunakan bright gas, Setia pun tidak kesulitan jika harus mengganti sendiri tabung gas ketika habis. Pun oleh asisten rumah tangganya (ART) tidak pernah lagi ada keluhan susah pasang gas seperti ketika memakai gas ukuran 3 kg.
"Saya juga kan takut kalau misal pas lagi sama anak di rumah atau pas ART di rumah masak terus gak ketahuan ada kebocoran gas, mungkin ledakan bisa terjadi di rumah saya yang masih ada bayi dan anak kecil," ungkapnya.
Tak sekedar dalam urusan keamanan, lanjutnya, menggunakan bright gas juga bermanfaat ketika tiba-tiba gas habis. Saat memakai gas melon, Setia harus bersusah payah mencari gas tersebut ke sejumlah warung karena stoknya lebih cepat habis. Berbeda ketika menggunakan bright gas, dia bisa mendapatkannya lebih mudah di banyak tempat seperti pangkalan atau di minimarket.
Tak khawatir saat memasak

Keamanan dalam penggunaan bright gas juga dirasakan Fatimah. Ibu tiga anak ini sudah bertahun-tahun menggunakan gas 5,5 kg di mana sebelumnya memakai tabung gas ukuran 12 kg. Menurutnya, sejak lama dia tidak menggunakan tabung melon karena merasa masih mampu membeli gas non-subsidi. Selama menggunakan tabung gas tersebut Fatimah merasakan banyak manfaat baik dari efisiensi maupun keamanan.
Dia bercerita, tetangga di rumahnya yang memasak pakai gas melon sering mengeluh kesulitan mendapatkan pasokan ketika tiba-tiba habis. Mereka harus mencari ke sejumlah warung atau pangkalan untuk mendapatkannya. Selain itu, dari cerita tetangga Fatimah menghitung bahwa ketika menggunakan bright gas justru bisa lebih hemat dibandingkan gas melon.
"Saya masak memang jarang tapi anak-anak dan suami sering mandi pakai air panas, jadi setiap hari pasti masak air. Nah ganti gas ini bisa 1,5 bulan sekali dan pas abis juga carinya gampang karena di dekat rumah ada pangkalan (di Kelurahan Pasiwangi)," ujar Fatimah.
Untuk keamanan, lanjutnya, dia percaya bright gas lebih baik dibandingkan gas ukuran 3 kg. Ini terlihat dari katup penutup gas yang lebih bagus dan karet di bagian dalam lebih tebal. Dengan selang gas yang memadai, Fatimah tidak pernah kesulitan memasang gas di rumah dan tidak pernah ada kebocoran gas yang bisa memicu ledakan atau kebakaran.
"Karena di rumah yang sering pakai ini anak kan, jadi memang butuh gas yang aman pas dipake mereka. Kalau yang gas 3 kg itu kan suka ikut praktik (kebocoran gas) emang agak beda yah," paparnya.
Memastikan keamanan dalam penggunaan tabung gas untuk memasak juga dilakukan Teddy. Pria 34 tahun ini sangat memperhatikan bagaimana kondisi di dapur bisa aman untuk keluarganya. Terlebih kondisi ruang tengah yang tidak bersekat menjadi tempat berkumpul keluarga dan bermain anaknya, Gibran (7), bersama teman-teman. Menurutnya, dulu dia biasa memakai gas ukuran 3 kg. Namun, setelah memiliki anak Teddy kemudian beralih ke gas ukuran 12 kg karena bisa lebih awet dan lebih aman dalam pemakaian.
"Kasihan kalau ada apa-apa kan ada anak kecil juga di rumah. Ini juga kan desain rumahnya langsung nyambung ke dapur ga ada tembok jadi ya harus bener-bener aman lah istilahnya," kata Teddy.
Dengan tabung yang lebih besar dia cukup mengganti gas tiga sampai empat bulan sekali. Biasanya pemakaian gas selain untuk masak makanan harian, juga untuk memasak air ketika mau mandi air hangat.
Pada 2024 sebanyak 88,59 persen rumah tangga Indonesia menggunakan liquified petroleum gas (LPG) dan gas kota/biogas sebagai bahan bakar utama untuk memasak. Data ini tercatat dalam Statistik Kesejahteraan Rakyat 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Meski demikian, sebagian besar rumah tangga tampaknya masih memakai LPG bersubsidi (3 kg), karena BPS mencatat pada 2024 hanya ada 7,99 persen rumah tangga yang memiliki tabung LPG 5,5 kilogram ke atas (non-subsidi).

Makin banyak warga beralih dari tabung melon

Inisiatif warga untuk mulai menggunakan bright gas terasa di tingkat pedagang. Andri, salah satu pengecer gas di Pasir Jati, Cijambe, Kabupaten Bandung, menuturkan bahwa sekarang makin banyak warga ingin membeli tabung gas ukuran 5,5 kg. Gas 3 kg memang masih banyak dicari, tapi mulai ada peralihan karena permintaan juga meningkat untuk gas dengan ukuran lebih besar.
"Masih banyak yang cari 3 kg juga, tapi yang sudah tanya ke warung ada ga ukuran yang gas ukuran 5,5 kg juga banyak. Jadi saya coba tambah aja tiga tabung sedang karena memang ada yang belinya," papar Andri.
Dari pengamatannya, orang yang membeli gas ukuran 3 kg ternyata juga membeli gas ukuran 5 kg. Artinya mereka kemungkinan memakai dua tabung dengan ukuran yang berbeda.
Kenaikan permintaan bright gas pun dirasakan Sahlan, pemilik pangkalan gas di Kota Bandung. Selama ini orang memang sangat terpaut dengan tabung 3 kg saja untuk memasak karena memang harganya jauh lebih murah ketimbang gas ukuran 12 kg yang pertama kali ada.
Namun, sejak ada tabung ukuran 5,5 kg dan dirasa lebih aman dan nyaman untuk dipakai, permintaan tabung gas ukuran sedang meningkat. Dia pun menyediakan gas ukuran tersebut lebih banyak ketimbang gas ukuran 12 kg karena lebih jarang pembeli.
"Lebih pas kalau rumah tangga sebenarnya 5,5 kg lah. Karena bisa awet tiga minggu sampai satu bulan kalau masak harian yah. Jadi terjangkau buat ukuran orang sudah berkeluarga lah," paparnya.
Peralihan tabung gas juga dilakukan Fidhia. Perempuan 30 tahun tersebut menyebut bahwa sekarang membeli gas tabung melon tidak mudah. Dulu di rumahnya punya dua tabung ukuran 3 kg untuk keperluan sehari-hari, tapi karena sekarang mendapatkan gas isi ulang tabung tersebut tidak mudah, sang ibu kemudian menggantinya dengan gas ukuran 12 kg.
Ini juga dikarenakan pedagang gas yang biasa berkeliling sangat jarang punya stok gas ukuran 3 kg. Mereka lebih banyak menjual ukuran 5,5 kg dan 12 kg. Alhasil mau tidak mau keluarga Fidhia pun beralih pada gas ukuran tersebut.
Di sisi lain, dia merasa bahwa sering kali untuk mengganti gas kesulitan ketika memakai tabung 3kg. Berbeda dengan ukuran 12 kg yang justru lebih mudah dan jarang sekali alami kebocoran.
"Kalau pas 3 kg itu ada masalahnya, lebih ke karet merahnya itu sih. Sering diakalin baru bisa. Yang 12 kg juga sebenarnya pernah itu kaya bocor begitu pas masang sampe nunggu tugas gas datang lagi buat pasangin. Tapi akhirnya bisa," kata dia.
Dengan peralihan tersebut, lanjutnya, justru sekarang merasa lebih aman ketika harus memasak. Banyaknya pemberitaan mengenai kebocoran gas dari tabung melon membuatnya bersyukur sudah beralih dari ukuran kecil tersebut.
Berdasarkan data Pertamina, pengguna bright gas di rumah tangga meningkat karena konsumen beralih dari tabung subsidi 3 kg, didorong oleh kenyamanan, keamanan, dan merek yang kuat. Meskipun lebih mahal karena tidak disubsidi, banyak konsumen memilihnya sebagai alternatif karena lebih aman, memiliki variasi ukuran.

Lebih aman dan mudah pakai bright gas

Keamanan mengenai bright gas pun disampaikan langsung oleh Sales Brand Manager LPG Wilayah Bandung Moch Chasanudin. Menurutnya, seluruh tabung gas yang dikeluarkan Pertamina sebenarnya telah memiliki standar keamanan SNI baik LPG 3 Kg maupun bright gas. Namun, ada kelebihan tabung LPG bright gas antara lain sistem keamanan ganda DVDS (double valve double spindle)
"Sistem keamanan DVDS untuk proteksi yang lebih baik dan segel hologram untuk keaslian produk," ujar Chasanudin kepada IDN Times.
Bright gas juga dilengkapi dengan Safety Valve, fungsinya untuk mengeluarkan tekanan gas secara perlahan bila tekanan dalam tabung terlalu tinggi. Hal ini akan mengurangi risiko terjadinya ledakan tabung yang menyebabkan kebakaran. Segel pada bright gas dilengkapi dengan kode batang yang tertera dapat dipindai dengan aplikasi pada ponsel pintar untuk mendapatkan informasi lokasi pengisian bright gas.
Sementara itu, dalam hal pembakaran, teknologi yang digunakan pada tabung bright gas membuat sistem pengapian menjadi lebih sempurna sehingga lebih efisien dan ramah lingkungan, sehingga sangat tepat untuk digunakan di dapur. Menurutnya, setiap tahun penjualan bright gas terus meningkat karena masyarakat selain dari segi keamanan karena memang tabung 3 kg ini ditujukan untuk masyarakat kurang mampu.
"Adanya kesadaran dari seluruh masyarakat, bahwa LPG 3 kg khusus untuk masyarakat miskin, UMKM, dan petani/nelayan sasaran sehingga bagi yang tidak berhak alangkah baiknya menggunakan bright gas," papar Chasanudin.

Guna mempermudah peralihan penggunaan ke bright gas, Pertamina menyelenggarakan berbagai program termasuk memberikan diskon ketika melakukan penukaran tabung dari 3kg ke bright gas. Masyarakat bisa mengecek beragam promo tersebut juga melalui aplikasi MyPertamina atau media sosial Instragram di akun @Brightgas.

















