Jenazah Lilie yang Wafat di Carstensz Disemayamkan di Nana Rohana

Bandung, IDN Times - Jenazah Lilie Wijayati Poegiono (59), salah satu pendaki yang meninggal dunia saat mendaki Puncak Carstensz Pyramid, Papua Tengah, tiba di rumah duka di Jalan Nana Rohana, Kota Bandung, Senin malam.
Jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 20.30 WIB setelah diterbangkan dari Bandara Timika, Papua Tengah menuju Jakarta dan langsung dibawa ke Bandung menggunakan mobil ambulans. Suasana rumah duka nampak haru dipenuhi ratusan karangan bunga dari sejumlah kerabat almarhum. Rencananya, Lilie Wijayati akan dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Rabu (5/3/2025)
“Akan disemayamkan ke rumah duka dulu, karena menunggu besok sekeluarga datang. Setelah semua komplit datang, baru hari Rabu lah kita bawa ke pemakaman di San Diego Hills, Karawang,” kata suami Lilie, Frigard Harjono.
Dia menyampaikan jenazah Lilie akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah duka di Jalan Nana Rohana, Kota Bandung, sambil menunggu kedatangan keluarga yang masih dalam perjalanan. Frigard mengungkapkan bahwa istrinya telah lama menekuni hobi mendaki gunung sejak SMA dan telah menaklukkan berbagai gunung di dalam dan luar negeri, termasuk Gunung Everest, Kinabalu, dan Annapurna di Nepal.
“Di Indonesia sudah banyak sekali gunung yang dinaiki. Tinggal gunung tertinggi ini (Puncak Cartensz Pyramid) satu kali ini lagi. dia bilang minta izin itu. Saya ya okelah kalau sudah. Semuanya menunjang, mendukung, silakan saja,”
Meskipun ada rasa khawatir, kata dia, pihak keluarga tetap mendukung keinginan Lilie untuk mendaki Puncak Cartensz Pyramid.
“Rasa khawatir pasti ada, tapi ya diserahkan kepada Tuhan saja,” kata Frigard.
Sebelumnya, penyanyi asal Bandung, Fiesa Besari masuk dalam rombongan yang alami cuaca buruk ketika Carstensz Pyramid (puncak tertinggi Indonesia dengan nama lain Puncak Jaya). Namun, dia masuk dalam grup berbeda dengan dua perempuan yang meninggal akibat kedinginan, Lilie Wijayanti Poegiono (Mamak Pendaki) dan Elsa Laksono.
Fiersa baru memberikan sedikit cerita mengenai pengalamannya hendak mendaki gunung tersebut. Dia yang juga harus dievakuasi karena buruknya cuaca mengku syok dengan apa yang menimpa rekan perjalanannya tersebut.
" Karena kami yang berada di basecamp Yellow Valley (YV) pun merasa sangat syok dan berduka atas tragedi yang telah terjadi," ungkap Fiersa dalam cuitannya, Senin (3/3/2025).
Saat ini, Fiersa dan Furky Syahroni baru tiba kembali ke Timika, Papua Tengah (3 Maret 2025) setelah tertahan di YV terkait cuaca buruk yang berdampak pada lalu lintas helikopter yang menjadi satu-satunya akses resmi ke YV.
"Kondisi kami Alhamdulillah stabil," kata dia.
Menurutnya, dalam pendakian ini dia tergabung dalam tim yang terdiri dari tiga orang. Sementara Lilie dan Elsa tergabung dalam tim yang terdiri dari empat orang (beda tour operator).
"Kami ditemani para guide. Selain kami dan tamu-tamu WNA, hari itu (28 Februari 2025) ada juga tamu dari pihak Balai Taman Nasional yang turut mendaki," kata dia.
Menurutnya, pendakian ke Carstensz Pyramid berbeda dengan gunung di Indonesia pada umumnya. Medan tebing curam dengan ketinggian 600-an meter (basecamp YV 4200-an MDPL - Puncak Jaya 4884 MDPL). Ini mewajibkan para pendaki lancar menggunakan alat-alat tali untuk naik dan turun (ascending dan rappelling) sebagai safety procedure.
"Sebagai catatan, di ketinggian di atas 4000-an MDPL, apalagi dalam cuaca buruk. Kita memang tidak boleh diam terlalu lama sebab rentan terkena hipotermia," kata dia.
Rangkaian tragedi yang menimpa Lilie dan Elsa, juga tiga korban lainnya yang pada saat itu masih terjebak di area tebing. Sedangkan dia dan Furky Syahroni mengetahui kabar itu setelah tiba di basecamp YV (1 Maret 2025) sekitar 04.00 WIT).
"Kaget dan sedih, tapi bersama orang-orang di YV, mengontak korban yang terjebak dengan menggunakan HT agar tetap merespons, sampai akhirnya mereka dijemput oleh para relawan, baik lokal ataupun internasional, pada 1 Maret 2025. Alhamdulillah ketiganya selamat, meski sempat kritis," kata dia.