Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dulu Sekolahnya Para Atlet, SMA Tamansiswa Bandung Kini Cuma Punya 1 Murid

IMG_20250717_080221_1.jpg
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)
Intinya sih...
  • SMA Taman Siswa Bandung hanya memiliki satu murid baru tahun ajaran 2025/2026.
  • Penurunan jumlah siswa terjadi sejak kebijakan zonasi diterapkan sekitar tahun 2012.
  • Nadif Alfarizi (16 tahun) bertahan di SMA Taman Siswa Bandung karena ingin menjadi atlet seperti para alumni terkenal.

Bandung, IDN Times - Komplek pendidikan Perguruan Taman Siswa di Jalan Tamansiswa Nomor 4, Kota Bandung nampak berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Area pendidikan yang memiliki jenjang SMP, SMA dan SMK itu kini sepi, tidak banyak suara canda gurau para murid di area sekolah.

SMA Tamansiswa dulunya banyak meluluskan para alumni dengan karier mentereng. Beberapa nama besar di Indonesia, mulai dari atlet, hingga politikus sempat mengenyam pendidikan di SMA digagas oleh sang revolusioner, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, atau lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara itu.

Beberapa atlet yang merupakan alumni sekolah ini di antaranya ialah pebulu tangkis yang kini menjadi Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Taufik Hidayat, eks pemain sepakbola Persib Bandung dan Timnas Indonesia, Atep dan Eka Ramdani, dan Muhammad Shohibul Fikri, juara All England 2022.

"Terakhir itu ada Fikri yang bermain di All England. Dulu malah pelopor sekolah atlet itu Taman Siswa zaman kejayaannya itu ya, memang sekitar tahun 1980-an sampai 2010," kata Ketua Bidang Organisasi dan Panitera Yayasan Taman Siswa, Anwar Hadjah, dikutip Sabtu (26/7/2025).

1. Ditinggal murid ke sekolah negeri

ilustrasi siswa SMA (unsplash.com/Ed Us)
ilustrasi siswa SMA (unsplash.com/Ed Us)

Kemudian ada dua mantan Gubernur Jabar Sanusi Hardjadinata dan Aang Kunafi pernah merasakan duduk di kursi Tamansiswa Bandung. Di balik semua alumni yang mentereng, kini total murid di SMA Taman Siswa hanya berjumlah 23 orang, termasuk satu murid baru yang masuk tahun ajaran 2025/2026.

"Ada 23 murid di semua angkatan, keseluruhan (jenjang SMP) sekitar itu juga. Tahun kemarin itu sekitar 12 orang," ujar Anwar.

Mulanya banyak para siswa yang mendaftar diri ke SMA Tamansiswa, hanya saja perlahan mereka mencabut berkas dan mengundurkan diri karena diterima di sekolah negeri.

"Saat ini SMA hanya memiliki satu siswa kelas X, hanya satu orang. Padahal waktu daftar awalnya itu ada 12 orang, tapi kemudian satu per satu mengundurkan diri karena diterima di sekolah negeri," ucapnya.

2. SMK sama sekali tidak ada siswa

ilustrasi siswa SMA (unsplash.com/Ed Us)
ilustrasi siswa SMA (unsplash.com/Ed Us)

Beda kondisi dengan SMK Tamansiswa yang gedungnya masih berada dalam satu area. Saat ini, SMK Tamansiswa sudah tidak menerima siswa meski sebelumnya sempat tercatat ada lima siswa mendaftar. Sayangnya, kelima pendaftar tersebut berakhir dengan memilih pindah ke sekolah negeri.

Hal ini juga termasuk satu siswa terakhir yang sempat bertahan, namun akhirnya mengundurkan diri. "Ada satu sebenarnya, tadinya saya mau pindahkan ke SMA biar ada dua. Tapi dia memilih mundur, padahal sudah bayar," katanya.

3. Satu murid juga atlet bukan tanpa prestasi

Ilustrasi atlet gulat Indonesia (IDN Times/Dokumen pribadi)
Ilustrasi atlet gulat Indonesia (IDN Times/Dokumen pribadi)

Satu orang murid SMA Tamansiswa ini yaitu Nadif Alfarizi (16 tahun). Ia mengakui tetap bertahan dan belajar bersama dengan guru di SMA Tamansiswa Bandung karena minat belajarnya yang tingi. Meski tidak ada teman satu angkatan untuk bersosialisasi, Nadif berpikir bahwa ia masih punya kakak tingkat.

"Sudah sepekan belajar, sendiri saja di kelas. Paling mainnya sama kakak tingkat, jadi pada kenal. Kalau belajar lebih fokus, lebih nyaman, kalau kurang ngerti tinggal bertanya saja gak perlu malu. Kalau banyak (muridnya) mah suka malu sama teman-teman," katanya.

Sebelum mendaftar ke Tamansiswa, sebagai lulusan SMP 31 Bandung, Nadif sempat mencoba daftar jalur prestasi ke SMA 16, 12, 25 dan 27 Bandung, tapi gagal.

"Kalau tinggal daerah Kiaracondong. Memang pilihan saya, karena ini sekolah para atlet juga, ingin jadi atlet. Waktu daftar setahu saya ada tujuh orang. Orangtua nawarin mau pindah enggak? Katanya sanggup tidak sendirian, tapi saya gak mau pindah," ucapnya.

Motivasi Nadif tetap bertahan di Tamansiswa adalah karena sekolah tersebut banyak melahirkan para atlet, seperti mantan pebulu tangkis Taufik Hidayat, eks pemain Persib Atep dan Eka Ramdani.

"Saya di bidang bela diri, tarung derajat. Dari SD sudah ikut tarung derajat. Sekarang lagi persiapan BK Porda sama Popda, ikut kontingen Kota Cimahi. Alhamdulillah lolos untuk BK Porda itu, sekarang masuk seleksi tim," ucapnya.

Sekolah yang sudah berdiri sejak 103 tahun lalu ini mulai mengalami penurunan jumlah siswa sejak kebijakan zonasi diterapkan secara nasional sekitar tahun 2012. Menurutnya, kebijakan ini harus dievaluasi dan anggap swasta sebagai mitra bukan kompetitor.

"Jadi saya berharap kebijakan-kebijakan itu harus dibangun secara adil dan memperhatikan kehidupan dan kelangsungan sekolah swasta. Sekolah swasta harus dianggap mitra, jangan dianggap kompetitor. Itu harapan saya," ujar kata Ketua Bidang Organisasi dan Panitera Yayasan Taman Siswa, Anwar Hadjah.

Share
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us