Aktivis Desak Dedi Mulyadi Tindak Ilegal Logging di Gunung Salak

- Risiko bencana makin besar
- Kerusakan lingkungan meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor di Gunung Salak.
- Banjir berulang kali melanda warga, menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap masalah ini.
- Ekosistem ikut terancam
- Pembalakan liar mengancam ekosistem hutan dan habitat satwa liar seperti burung, elang jawa, kancil, dan macan tutul jawa.
- Kualitas udara menurun akibat hilangnya pohon penyerap karbon.
- Desakan untuk Dedi Mulyadi
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Dugaan praktik ilegal logging di kawasan Blok Cangkuang, Gunung Salak, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, makin jadi sorotan. Aktivitas penebangan liar ini disebut-sebut sudah berlangsung lebih dari dua tahun tanpa pengawasan ketat.
Blok Cangkuang merupakan kawasan penting sebagai daerah resapan air sekaligus hulu sungai yang mengalir ke Cidahu dan Parungkuda. Kini dampaknya mulai dirasakan warga, di mana banjir yang berulang kali melanda wilayah tersebut diduga kuat akibat kemampuan resapan hutan yang kian menurun.
1. Risiko bencana makin besar

Tim Advokasi Warga Cidahu dari Fraksi Rakyat, Rozak Daud menegaskan, kerusakan yang terjadi bukan sekadar soal air, tapi juga sudah mengarah pada kerusakan lingkungan secara menyeluruh.
"Ini berdampak pada berkurangnya kemampuan hutan menyerap air hujan, memperbesar risiko banjir bandang dan tanah longsor di kawasan lereng Gunung Salak," kata Rozak, Rabu (10/9/2025).
Ia mencontohkan, bencana banjir bandang sempat terjadi pada 2022. Setelah itu, banjir kecil berulang kali melanda warga. Terbaru, pada awal Agustus 2025, genangan kembali dirasakan masyarakat sekitar.
"Harusnya ini jadi perhatian serius. Buktinya bencana sudah berulang kali terjadi," katanya.
2. Ekosistem ikut terancam

Selain risiko hidrologis, Rozak menyoroti dampak ekologis dari pembalakan liar. Pohon-pohon besar yang seharusnya jadi penyerap karbon justru banyak hilang. Akibatnya, kualitas udara menurun dan satwa liar kehilangan habitatnya.
"Ekosistem hutan terganggu. Satwa-satwa seperti burung, elang jawa, kancil, hingga macan tutul jawa terancam kehilangan tempat tinggal dan sumber pangan," tutur Rozak.
3. Desakan untuk Dedi Mulyadi

Rozak menyinggung komitmen Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang selama ini dikenal vokal soal penyelamatan hutan. Menurutnya, kasus di Gunung Salak bisa jadi ujian nyata.
"Ini ujian untuk Gubernur Jabar yang selama ini konsisten menyuarakan penyelamatan lingkungan. Masyarakat berharap aktivitas ini segera dihentikan," tuturnya.
Tak hanya pemerintah provinsi, ia juga menyoroti pengawasan dari mananjemen Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Menurut laporan warga, aktivitas penebangan bahkan dilakukan secara terang-terangan.
"Harusnya fungsi pengawasan berjalan. Tapi ini sudah lama terjadi. Bahkan ada laporan warga yang melihat para pelaku membawa alat pemotong kayu ke atas dengan bebas," ucap Rozak.
4. Warga siap turun aksi

Kini, warga Cidahu yang tinggal di kaki Gunung Salak mulai bersuara. Bersama Fraksi Rakyat, mereka berencana menggelar aksi ke kantor TNGHS maupun pemerintah daerah untuk menuntut penghentian aktivitas penebangan liar.
"Jelas-jelas ini sudah berdampak pada warga. Jika dibiarkan, kami siap bergerak sendiri melawan ilegal logging," tutup Rozak.