Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Sosok Pahlawan Kemerdekaan yang Lahir di Kota Bandung

ilustrasi merdeka (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi merdeka (IDN Times/Mardya Shakti)

Bandung, IDN Times - Kota Bandung menjadi salah satu titik dalam perebutan kemerdekaan Indonesia. Berbagai aksi dilakukan masyarakat di kota ini untuk menggapai kemerdekaan tersebut, seperti Bandung Lautan Api.

Di Kota Kembang ini lahir pula para pahlawan nasional yang saat ini dikenal masyarakat. Pemerintah bahkan menobatkan mereka sebagai pahlawan yang layak dikenang masyarakat.

Berikut empat sosok pahlawan yang lahir di Kota Bandung:

1. RE Martadinata

IDN Times/Istimewa
IDN Times/Istimewa

Raden Eddy Martadinata merupakan tokoh Angkatan Laut Republik yang disegani. Dilansir dari laman direktoratk2krs.kemsos.go.id, dia lahir di Bandung pada 29 Maret 1921 di Bandung.

R.E Marthadinata mengawali karirnya dengan menjadi penerjemah di Balai Besar Kereta Api di Bandung dari April 1942 – Desember 1942. Setelah itu pada tahun 1943-1944, R.E Martadinata pernah juga menjadi seorang guru di SPT.

Setelah menjalani berbagai macam profesi akhirnya R.E Martadinata mendapatkan kesempatan untuk menjadi nahkoda kapal 28 Sakura Naru (1944-1945). Kecintaannya kepada dunia kelautan mengantarkan R.E. Martadinata untuk masuk bergabung dengan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) pada bulan Agustus 1945.

Pengalaman yang diperoleh dalam zaman Jepang banyak artinya bagi Martadinata dalam tugas-tugasnya sesudah kemerdekaan diproklamasikan. Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang Martadinata ditugasi untuk menyebarkan berita proklamasi ke wilayah Lampung.

Di masa presiden Soekarno ia diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Laut (1959 - 1966). Duta Besar  RI  untuk Pakistan. R.E Martadinata wafat dalam kecelakaan pesawat helikopter pada 1966.

2. Dewi Sartika

IDN Times/Istimewa
IDN Times/Istimewa

Tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita dan mendirikan sekolah pertama untuk perempuan. Beliau lahir di Bandung pada 4 Desember 1884 di Bandung.

Membuat tulisan berjudul ”De Inlandsche Vrouw” (Wanita Bumiputera). Ia mengemukakan bahwa pendidikan penting untuk mendapatkan kekuatan dan kesehatan kanak-kanak baik secara jasmani maupun rohani. Dalam tulisan itu menghendaki pula adanya persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Untuk pekerjaan yang sama  dilakukan seorang wanita, harus diberi pendidikan.

Mendapat penghargaan bintang perak dari pemerintah Hindia Belanda untuk Sekolah Keutamaan Isteri yang didirikannya. Sekolah Keutamaan Isteri berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi pada 1929. Kurikulum sekolah pun semakin bentambah, dari membaca, menulis, pelajaran agama, menjahit, menyetrika, memasak, membatik, hingga keperawatan orang sakit.

3. Otto Iskandardinata

IDN Times/Istimewa
IDN Times/Istimewa

Dia merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Bandung,Jawa Barat.

Otto Iskandardinata merupakan anggota BPUPKI dan PPKI. Ketua Paguyuban Pasundan. Pemimpin Surat Kabar Tjahaja (1942-1945), Menteri Negara membantu membentuk BKR.

Beliau bekerja sebagai guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah dan berpindah-pindah hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Perhatian terhadap pergerakan bangsanya dimulai ketika di HKS, ia sering membaca harian “De Exprees”.

Pada tahun 1925 ia masuk kedalam Budi Utomo dan dipilih menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan, ia juga memprakasai berdirinya “Sekolah Kartini” sebelum pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bekerja sebagai guru Muhammadiyah.

Kegiatan politik diteruskannya di Jakarta dengan menjadi anggota dan kemudian menjadi ketua “Paguyuban Pasundan”, kemudian ia menjadi Sekretaris PPPKI, tahun 1930 ia menjadi anggota Volsraad dan dijuluki “Sijalak Harupat” karena keberaniannya. Ia juga memimpin warta harian berbahasa Sunda. Ia bergabung dakam Putera dan diangkat menjadi anggota “Jawa Hokokai” dan juga menjadi anggta “Cuo Sangi In”.

Otto Iskandar mengusulkan agar Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945.

4. Maskoen Soemadiredja

IDN Times/Istimewa
IDN Times/Istimewa

Beliau adalah aktifis kemerdekaan Indonesia sekaligus politisi. Maskoen adalah putra dari Raden Umar Soemadiredja dan Nyi Raden Umi, dari Bandung, Jawa Barat, yang lahir pada 25 Mei 1907.

Karier politik diawali pada bulan Oktober 1927 disaat berusia 20 tahun telah menjadi anggota PNI. Maskoen menumpang tinggal di rumah Soekarno yang berpengaruh terhadap dirinya menjadi seorang propagandais partai yang cekatan.

Pada tahun 1928 ia menjabat sebagai Resort Commisaris Cabang Bandung dan Sekretaris II PNI Bandung.

Maskoen sempat dipenjara, kemudian akhir tahun 1930 ia dibebeaskan dan menggabungkan diri dengan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Tanggal 24 Febuari 1934 Maskoen dan pimpinan pusat PNI Baru dipenjadi di Penjara Sukamiskin, dan kemudian pada tahun 1935 dibuang ke Boven Digul, Papua. Tahun 1942, ia kemudian mendirikan Organisasi Serikat Indonesia Baru. Maskoen bekerja menjadi Kepala Biro Politik di Dapartemen Dalam Negeri.

Pada tahun 1955, ia mendirikan dan menjadi ketua Perintis Kemerdekaan. Ia juga tercatat dalam kepanitiaan PERAN, Panitia Keamanan, Pakem Kesejahteraan Agung, Panitia Kotum Haji, Badan Pembina Pahlawan Pusat, Anggota Tim P-7 Penasehat Presiden.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Debbie Sutrisno
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us