Derita Pelaku Seni Tari Cirebon di Tengah Pandemik COVID-19

Sepi pentas hingga minim perhatian pemerintah

Cirebon, IDN Times - Pandemi akibat mewabahnya virus corona (COVID-19) berdampak pada menurunnya kegiatan ekonomi. Virus yang menyerang ke berbagai penjuru negara, termasuk Indonesia turut melumpuhkan aktivitas perekonomian di segala sisi, tak terkecuali bagi para pekerja seni. Kosongnya jadwal pentas, membuat mereka terpaksa bersabar.

Seperti yang di alami Inu Kertapati (40), pekerja seni di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dia hanya bisa bersabar. Sambil menunggu secercah harapan agar jadwal pentas dari panggung ke panggung kembali padat.

1. Sejak masa pandemi tak ada jadwal manggung

Derita Pelaku Seni Tari Cirebon di Tengah Pandemik COVID-19Aktivitas berkesenian di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Jadwal manggung yang kosong sejak pandemi melanda awal Maret lalu, membuatnya harus memutar otak untuk menghidupi keluarganya. Namun, dia patut bersyukur. Tak seperti seniman lokal lainnya, Inu punya masih melatih puluhan penari topeng cilik di sanggar binaannya.

Dari pundi-pundi hasil iuran suka rela orang tua siswa, Inu dan rekan-rekan di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma bisa bertahan hidup. Meski hanya cukup agar urusan dapur rumahnya tetap ngebul.

"Dampak (COVID-19) buat kami para pekerja seni, semua kegiatan yang berkerumun tidak boleh. Jadi, kami tidak bisa berpentas dan tampil di ruang publik, bagi saya yang penghasilannya dari pentas panggung ke panggung sangat berpengaruh ke pribadi," ujarnya.

2. Tak ada pekerjaan lain selain berkesenian

Derita Pelaku Seni Tari Cirebon di Tengah Pandemik COVID-19Aktivitas berkesenian di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Bisa dibilang, Inu total berkesenian. Ia mengaku tak ada pekerjaan lain selain menekuni seni tari topeng dan memberikan pelatihan kepada anak didiknya. Meski tak dipungkiri bahwa pendapatannya menurun membuat kebutuhan ekonomi keluarganya terguncang.

Dia mengaku, para pekerja seni sudah meminta kepada pemerintah daerah setempat agar diperhatikan nasibnya, akan tetapi bantuan sosial tak kunjung diterima. Sehingga tak ada jalan lain lagi selain memaksimalkan pelatihan tari topeng di sanggarnya.

"Tidak ada kegiatan lain di luar kesenian, bagaimana mengalir saja. Kebutuhan pendapatan hanya di sanggar seni, ada pelatihan reguler dan manajemennya, di situ ada iuran (siswa)," kata dia.

3. Mencari pendapatan lain dari belajar private

Derita Pelaku Seni Tari Cirebon di Tengah Pandemik COVID-19Aktivitas berkesenian di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Pendapatan lain dari Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Inu mengajarkan seni tari secara privat. Dari situ, dia mendapat uang tambahan karena ada tambahan durasi waktu melatih anak agar cepat terampil dalam menari.

"Anak-anak yang ingin cepat bisa, meminta untuk bisa belajar p
pribadi (privat). Ada kontrak yang diatur di luar manajemen. Itu menambah penghasilan saya di masa pandemi ini," katanya.

4. Upaya mencari perhatian pemerintah

Derita Pelaku Seni Tari Cirebon di Tengah Pandemik COVID-19Aktivitas berkesenian di Sanggar Topeng Cirebon Wijaya Kusuma, Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Inu mengaku sudah berbagai upaya agar ada perhatian dari pemerintah daerah demi kebutuhan dasar rumah tangganya bisa terpenuhi. Namun, jangankan bantuan langsung dari pemerintah daerah, bantuan sosial dari pemerintah pusat pun, dia tak paham bagaimana cara mendapatkannya.

Dia pun tak memungkiri mendapat bantuan pemerintah daerah. Tetapi bantuan yang diterima bukan berbentuk bantuan sosial langsung berupa uang atau sembako. Melainkan, program pelatihan tari dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparora) Kabupaten Cirebon.

Alih-alih berkeinginan jadwal pentas kembali padat, di masa adaptasi kebiasaan baru ini, tawaran manggung masih sepi. Lantaran penonton pertunjukan seni harus dibatasi karena harus menerapkan protokol kesehatan.

"Saya tidak memungkiri, dapat bantuan dari pemerintah. Tapi bukan bantuan yang rutin dibantu (bansos). Tapi program pelatihan. Bantuan itu tidak seluruh seniman. Kami sedang mengajukan, tapi tidak tahu hasilnya," tutupnya.

Baca Juga: Semangat Pelaku Seni di Pangandaran di Tengah Pandemik COVID-19 

Baca Juga: Terdampak Corona, Seniman Bandung Minta Pemerintah Buat Sistem Khusus!

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya