Keren! Pelajar SMA di Bandung Barat Ciptakan Aplikasi Antidepresi 

Buat kalian yang merasa stres bisa coba aplikasi ini 

Bandung, IDN Times - Di tengah pandemik COVID-19, kesehatan mental menjadi penting selain kekebalan imun tubuh. Mental yang lemah bisa membuat kita stres menghadapi pandemik yang belum kunjung usai.

Ketika berbagai kegiatan dibatasi di masa pandemik ini, dua siswa dari SMAN 1 Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, justus mampu menciptakan aplikasi kesehatan mental yang dapat membantu mengurangi resiko depresi.

Aplikasi yang dinamai Plong digagap oleh Farhan Mandito Wirarachman dan Ananda Safira Choirunissa. Aplikasi ini pun menjadi salah satu pembuktian inovasi pelajar di Jabar di tengah pandemik COVID-19.

Aplikasi Plong karya Farhan dan Ananda tersebut mengantarkan mereka meraih medali perak dalam Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tahun 2020 di bidang game dan aplikasi.

1. Berawal dari kegelisahan setelah melihat tempat mengidap gangguan mental

Keren! Pelajar SMA di Bandung Barat Ciptakan Aplikasi Antidepresi http://www.google.com

Ananda menceritakan, aplikasi tersebut hadir setelah melihat salah satu teman sekolahnya yang mengidap gangguan mental sehingga sulit untuk melakukan komunikasi. Hal itu dia dan Farhan untuk berinovasi di dunia teknologi dengan menghadirkan aplikasi Plong.

"Jadi pada awalnya itu, Plong terinspirasi pada temannya founder kami ada yang mengidap gangguan mental. Kami mumunculkan solusi dengan adanya aplikasi Plong, aplikasi kesehatan mental berbasis android dan ios," ujar Ananda melalui siaran pers, Sabtu (12/12/2020).

Ananda mengaku, awalnya kesulitan untuk membuat aplikasi tersebut ditengah pandemi covid-19 yang memaksa mereka harus melakukan kebiatan belajar mengajar (KBM) secara daring. Pasalnya mereka sulit untuk bertemu dan saling bertukar pikiran terkait gagasan inovasi tersebut.

"Karena kami membuatnya di tegah tengah pandemi, sulit untuk komunikasi, sulit untuk menyatukan pemikiran. Tapi setelah ada kelonggaran, kita bertemu dan bertukar pikiran, tapi tentu kita juga terapkan protokol kesehatan," bebernya.

2. Pembuatan aplikasi butuh tiga bulan

Keren! Pelajar SMA di Bandung Barat Ciptakan Aplikasi Antidepresi Dok.IDN Times/Istimewa

Pembuatan aplikasi tersebut, lanjut Ananda, membutuhkan waktu sekitar tiga bulan mulai dari membuat konsep hingga menerjemahkannya ke visual sejak Juli 2020. Kini aplikasi tersebut telah memasuki tahap penyempurnaan untuk bisa digunakan masyarakat menggunakan android.

"Disini lah aplikasi Plong diharapkan bisa menangani mereka yang gangguan mental dengan cara efektif karena menggunakan HP jadi bisa diakses dimana pun dan kapan pun," sahutnya.

Aplikasi tersebut memiliki beberapa fitur di antaranya konseling, meditasi, relaksasi, jurnal bersyukur serta artikel kesehatan mental. Bahkan pihak sekolah yang memberikan dukungan penuh atas karya pelajar tersebut melakukan kerjasama dengan tenaga medis dari Rumah Sakit Jiwa Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga: Mahasiswa ITS Berhasil Juara Umum Lomba Kontes Robot Indonesia 2020

3. Sekolah harus mampu mendorong siswa melakukan inovasi

Keren! Pelajar SMA di Bandung Barat Ciptakan Aplikasi Antidepresi Pejabat Sementara Wali Kota Depok Dedi Supandi (IDN Times/Dicky Slank)

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, mengatakan, lahirnya inovasi tersebut menjadi pelajaran berharga ditengah masa pandemik COVID-19 dengan dibatasinya berbagai aktivitas termasuk KBM tatap muka.

"Informasi dan telekomunikasi bukan lagi menjadi sebuah tawaran tapi itu sudah menjadi sebuah kebutuhan. dengan pandemi ini kita berharap pola pembelajaran itu dengan status-status bahwa pembelajaran itu tidak harus berbicara dengan daring, tapi bagaimana menyampaikan pola kemampuan atau pengetahuan yang didapatkan dalam konteks yang faktual," ujar Dedi.

Dedi pun memberikan apresiasi terhadap pelajar SMAN 1 Cisarua yang mampu memanfaatkan waktu di tengah pandemik COVID-19 dengan menghadirkan aplikasi Plong yang dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Tentunya kondisi ini kita harus dorong, bagaimana pihak dinas pendidikan selalu menyampaikan hal hal bahwa kebijakan kebijakan dengan membuka kurikulum di pandemi ini dengan kurikulum penyederhanaan tapi lebih pada berupaya agar sekolah mendorong para siswanya berkait inovasi agar muncul sehingga inovasi-inovasi itu bisa bermanfaat," paparnya.

Baca Juga: DXB dan Polines Kembangkan Robot Asisten Medis untuk Penanganan COVID

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya