TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Bupati Purwakarta, Ambu Anne Urus Warga dan Keluarga Bersamaan

Menjadi bupati perempuan pertama di Purwakarta tidak mudah

Instagram IDN Times

Purwakarta, IDN Times - Menjadi kepala daerah perempuan itu tidak mudah karena harus mengurus masyarakat dan keluarga sekaligus secara bersamaan. Namun, gaya kepemimpinan perempuan dinilai lebih komunikatif.

Hal itu dialami Anne Ratna Mustika selama sekitar tiga tahun menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Kisah itu diceritakan Ambu Anne dalam acara Salam Ramadan, Cerita Indonesia bersama IDN Times, Selasa (11/5/2021).

Pada kesempatan itu, Anne membeberkan suka duka menjadi kepala daerah sekaligus ibu dan istri. "Tantangan terbesarnya adalah membagi waktu (untuk masyarakat dan keluarga). Saya tidak bisa all out seperti suami saya (saat menjadi bupati) dulu," katanya.

Namun, ia bersyukur kondisi itu bisa dimaklumi oleh masyarakat dan jajaran pejabat pemerintahan daerahnya. Saat bupati berhalangan, biasanya akan diwakili oleh wakil bupati, sekretaris daerah maupun para kepala dinas terkait.

1. Dipanggil Ambu sebelum menjabat Bupati Purwakarta

jabarnews.com

Anne yang lahir di Cianjur, 39 tahun lalu itu akrab disapa Ambu oleh rekan-rekan Aparatur Sipil Negara maupun masyarakat umum. Panggilan itu sebenarnya sudah ada sejak suaminya, Dedi Mulyadi, menduduki posisi Bupati Purwakarta selama dua periode.

Panggilan Ambu diketahui pertama kali disematkan oleh salah seorang istri pejabat pemerintahan daerahnya. Lama kelamaan, orang lain yang mengenalnya pun kompak memanggil Ambu Anne hingga sekarang.

"Buat saya panggilan Ambu itu menjadi doa. Ambu artinya ibu, sehingga saya diharapkan bisa lebih dewasa dan bertanggung jawab," ujar Anne. Sifat tersebut teruji sejak awal kepemimpinannya yang berbarengan dengan kehamilan dan kelahiran anaknya.

2. Gaya kepemimpinan Anne berbeda dengan Dedi Mulyadi

Instagram @dedimulyadi71

Secara tegas, Ambu Anne mengklaim karakteristik dan gaya kepemimpinannya memang berbeda dibandingkan suaminya Dedi Mulyadi. Ciri khasnya itu dinilai menjadi hal positif bagi pemerintah daerahnya saat ini.

"Dari karakter, suami saya lebih tegas. Kalau saya lebih terbuka dan akomodatif dalam mengambil sesuatu keputusan," kata Anne. Komunikasi yang baik menjadi andalannya, termasuk dalam menangani dampak pandemik COVID-19.

Khusus untuk menangani pandemik kali ini, Anne mengaku banyak melihat kepemimpinan perempuan lain yang sukses menjadi kepala daerah dan kepala negara. "Komunikasi diperlukan seperti dalam menghadapi masyarakat yang belum mengerti kondisi pandemik ini," ujarnya.

3. Ramadan yang berbeda di tengah pandemik COVID-19

Abdul Halim/IDN Times

Sebelum pandemik COVID-19, Ramadan dan lebaran menjadi momentum yang meriah dan penuh sukacita bagi masyarakat Purwakarta. Namun, saat ini Anne mengakui terpaksa membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Akibatnya, banyak tradisi masyarakat yang tak bisa dilaksanakan. Mulai dari, munggahan menjelang Ramadan, pesantren Ramadan, festival bedug dan kegiatan lain yang membuat kerumunan warga.

"Ramadan tahun ini lebih simpel. Tapi sesuai Surat Edaran Menteri Agama, di Purwakarta boleh melaksanakan salat Idul Fitri dengan pembatasan 50 persen jamaah. Saya juga akan melaksanakannya di Alun-alun Purwakarta," tutur Anne.

4. Masakan kesukaan keluarga saat lebaran

matakota.id

Menjelang Lebaran, Anne mulai sibuk menyiapkan masakan kesukaan keluarga, khususnya untuk sang suami tercinta. Sesuai tradisi keluarga suami di Kabupaten Subang, ia mengaku biasanya memasak lontong kuah ayam semur dan cabe hijau.

Sedangkan, kebiasaan Anne saat berlebaran bersama keluarganya di Kabupaten Cianjur ialah menyajikan uli ketan atau ulen goreng dan perkedel daging. "Siap-siap nambah berat badan setelah lebaran," katanya berkelakar.

Adapun masakan khas lebaran di Kabupaten Purwakarta menurut Anne pada umumnya sama seperti daerah lain di Indonesia. Yakni, ketupat dan gulai daging.

Baca Juga: Bikin Nyali Menciut, 6 Tempat yang Konon Paling Berhantu di Purwakarta

5. Upaya bupati memotivasi pelaku UMKM lokal

Abdul Halim/IDN Times

Seperti halnya Ramadan sebelumnya, Anne mengatakan kebijakannya tahun ini juga masih dipengaruhi oleh pandemik COVID-19. Pemerintah daerahnya melakukan pembatasan di segala sektor untuk menekan kasus penularan COVID-19.

Anne memperhitungkan dampak paling signifikan dirasakan pada sektor pariwisata. Padahal, industri pariwisata diakui menjadi salah satu unggulan daerahnya untuk memutar roda perekonomian masyarakat.

Pembatasan operasional hingga penutupan tempat wisata memperburuk kondisi Usaha Mikro Kecil Menengah lokal. "Untuk memotivasi para pelaku UMKM lokal, pemerintah memberikan bantuan modal (dana), pelatihan, alat-alat produksi hingga pemasaran online," kata Anne.

Khusus untuk pemasaran, Pemerintah Kabupaten Purwakarta juga menggandeng penyedia aplikasi perdagangan elektronik (e-commerce) lokal yakni Topur atau Toko Purwakarta. Selama ini, aplikasi yang dikelola pihak swasta itu telah memberdayakan ratusan UMKM lokal.

Baca Juga: Sambut Ramadan, Warga Purwakarta Bebersih Lingkungan dan Ngaliwet

Baca Juga: Hari Kartini, Bupati Perempuan Pertama Purwakarta Luncurkan Buku

Berita Terkini Lainnya