Menteri Retno Bagi Pengalaman Hidup Jadi Diplomat Perempuan

Wanita karier perlu kerja ekstra untuk eksistensinya

Bandung, IDN Times – Hari ini, Selasa (8/3/2022), dunia sedang memperingati berbagai jasa perempuan lewat Hari Perempuan Internasional (International Womes’s Day/IWD). Pemaknaan dari hari perempuan ini juga dirasakan langsung oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi.

Retno mengatakan bahwa masyarakat masih harus diedukasi tentang kesetaraan gender, karena sering kali kehadiran perempuan di suatu tempat masih dipandang sebelah mata. Padahal, kata dia, kehadiran sosok perempuan bisa menjadi solusi dari setiap situasi.

Pada Senin (7/3/2022), menteri Retno sempat membagikan pengalamannya sebagai perempuan yang berkarier di panggung birkorasi.

Apa saja pengalaman yang dibagikan Retno?

1. Dua hal besar yang harus digunakan untuk cegah diskriminasi terhadap perempuan

Menteri Retno Bagi Pengalaman Hidup Jadi Diplomat PerempuanIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi mengatakan, Hari Perempuan Internasional harus menjadi momentum untuk menghilangkan diskriminasi pada kaum hawa di dunia, termasuk di Indonesia.

Kata Retno, ada dua hal besar yang harus diterapkan untuk mencegah terjadinya diskriminasi pada perempuan. Pertama adalah kebijakan atau policy, di mana kebijakan yang dibuat di tempat berkarier harus memberikan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki.

Kedua, kata dia, diperlukan dukungan keluarga dan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pola pikir, budaya, dan tradisi. Pada intinya, kata dia, tradisi, budaya, pola pikir, dari keluarga kecil sampai kepada masyarakat harus berkelindan mendukung mengenai masalah pemberdayaan perempuan.

"Diskriminasi tidak boleh terjadi. Pencegahan diskriminasi harus dibarengi dengan langkah afirmasi. Perempuan dapat ikut menjadi bagian solusi, agen toleransi, dan agen perdamaian," kata Retno, Senin (7/3/2022).

2. Menurut Retno, harus ada langkah afirmasi agar perempuan berdaya

Menteri Retno Bagi Pengalaman Hidup Jadi Diplomat PerempuanMenteri Luar Negeri Retno Marsudi (ANTARA FOTO/Suwandy)

Retno bilang, perempuan adalah orang pertama atau orang paling dekat dengan anak untuk menyuntikkan semua nilai hidup kepada anak-anaknya. Perempuan harus kokoh memiliki nilai-nilai terkait dengan perdamaian hingga toleransi.

"Tidak boleh ada diskriminasi, harus ada langkah-langkah afirmasi agar kita bisa memberdayakan perempuan dan perempuan dapat menjadi solusi dari situasi apapun," kata dia.

3. Retno bagi pengalaman berkarier sebagai menteri

Menteri Retno Bagi Pengalaman Hidup Jadi Diplomat PerempuanMenlu Retno Marsudi (Dokumentasi Kemenlu)

Retno bercerita, sebagai seorang perempuan, ia tidak pernah bermimpi menjadi menteri. Retno merupakan anak dari keluarga yang sangat sederhana, namun mempunyai cita-cita yang tinggi sehingga jangan heran jika sejak dulu ia telah bermimpi menjadi seorang diplomat.

Dalam memasang cita-cita, Retno sadar bahwa pekerjaan yang ia impikan itu adalah pekerjaan laki-laki. Maka dari itu, ia tak pernah mengeluh dalam bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.

"Sejak saya masih di bangku SMA, sudah ingin menjadi diplomat tapi saya tidak tahu caranya. Jadi yang paling mudah buat saya yaitu dengan memilih jurusan yang dekat dengan cita-cita saya itu, yakni jurusan Hubungan Internasional (HI)," katanya.

Saat ini, ia bersyukur Kementerian Luar Negeri memiliki sistem meritokrasi yang baik yang membuat seorang perempuan sepertinya bisa masuk di dalam profesi diplomat sampai saat ini menjadi seorang Menlu.

"Oleh karena itu, sekali lagi, meritokrasi sistem yang sangat transparan akan sangat membantu siapapun untuk dapat bergabung atau dapat meraih cita-citanya, sekalipun perempuan. Intinya itu," katanya.

Baca Juga: Menlu Retno Bertemu Menteri Luar Negeri Perempuan di Kawasan Pasifik

Baca Juga: Menlu Retno Sebut Perempuan sebagai Agen Perdamaian Dunia

Baca Juga: IWD 2022: Isu Gender dan Krisis Iklim Sama Krusialnya di Mata Ninis

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya