Cirebon Cuan dari Sepatu, Ekspor Tembus US$103 Juta

- Industri sepatu menjadi penyumbang ekspor terbesar kedua di Kabupaten Cirebon, mencapai US$103 juta.
- Sektor padat karya dengan kontribusi sosial dan ekonomi yang besar bagi masyarakat lokal.
- Kompetisi ketat dengan rotan dan furnitur, namun pemerintah daerah optimis terhadap prospek pertumbuhan ekspor sepatu.
Cirebon, IDN Times - Industri alas kaki kembali menjadi penyumbang terbesar kedua dalam aktivitas ekspor Kabupaten Cirebon sepanjang tahun berjalan. Data terbaru Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) mencatat nilai pengiriman sepatu ke pasar internasional mencapai US$103 juta.
Angka tersebut setara dengan 30 persen dari total nilai ekspor sepuluh komoditas utama yang keluar melalui saluran perdagangan resmi di daerah ini.
Pencapaian tersebut memperlihatkan ketangguhan sektor manufaktur lokal di tengah persaingan global. Banyak pabrik alas kaki di Cirebon menjadi lokasi produksi bagi merek-merek internasional yang sudah lama memasok ke Eropa, Amerika, dan Asia Timur.
Konektivitas tersebut menjadikan pelaku industri lokal tetap berada dalam rantai suplai global meski tekanan kompetitif meningkat.
1. Industri padat karya dan efeknya pada masyarakat

Kepala Bidang Perdagangan, Pengendalian Bahan Pokok dan Penting Disperdagin Kabupaten Cirebon, Feni Sigiarsih, menekankan kinerja ekspor ini mencerminkan struktur ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor industri padat karya.
"Sektor alas kaki masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di kawasan industri dan sentra produksi lokal. Kegiatan perakitan, penjahitan, pemotongan, hingga finishing menyerap ribuan pekerja, sebagian besar berasal dari desa-desa sekitar kawasan produksi," kata Feni, Kamis (27/11/2025).
Ia menjelaskan ketika nilai ekspor meningkat, imbas ekonomi dapat dirasakan langsung melalui peningkatan pesanan, penambahan shift produksi, hingga perekrutan buruh baru.
Kondisi tersebut menjadikan industri sepatu memiliki peran sosial sekaligus ekonomi bagi masyarakat Cirebon. "Kontribusi serapan tenaga kerja ini menjadi indikator penting dalam menjaga stabilitas pendapatan rumah tangga pekerja industri," katanya.
2. Bersaing ketat dengan rotan dan furnitur

Pada periode data yang sama, posisi sepatu menempel ketat komoditas terbesar pertama, yakni rotan dan furnitur, yang mencatat nilai ekspor 106 juta USD.
Selisih yang hanya sekitar 2,5 juta USD memperlihatkan peluang besar bagi industri alas kaki untuk melompat menjadi komoditas utama pada tahun-tahun mendatang.
Permintaan luar negeri terhadap sepatu produksi Cirebon dinilai tetap stabil. Kualitas produk lokal telah memenuhi standar internasional, sementara pabrik mampu menyesuaikan desain dan model sesuai permintaan pemilik merek luar negeri.
Keunggulan tersebut menempatkan Cirebon tetap relevan di tengah perubahan tren mode global.
Namun, tantangan masih membayangi. Pelaku industri menghadapi fluktuasi harga bahan baku, terutama material impor seperti kulit sintetis dan kain teknik.
Selain itu, kompetisi dengan Vietnam dan China masih kuat karena kedua negara memiliki ongkos produksi lebih rendah. Kondisi ini menuntut efisiensi dan peningkatan keahlian pekerja agar daya saing tetap terjaga.
3. Penguatan industri dan prospek tahun mendatang

Feni menjelaskan pemerintah daerah terus melakukan pendampingan melalui pelatihan peningkatan kualitas produk, literasi ekspor, dan pembukaan akses informasi pasar baru. Upaya ini diharapkan memperluas tujuan pengiriman agar tidak terfokus pada beberapa negara saja.
Ia menyampaikan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekspor sepatu dalam beberapa tahun ke depan. Modernisasi teknologi produksi, efisiensi logistik, dan perluasan pasar menjadi kunci untuk mendorong sepatu melampaui rotan dan furnitur sebagai komoditas teratas Kabupaten Cirebon.
"Dengan momentum ekspor yang tetap kuat, pelaku industri menatap peluang pertumbuhan berkelanjutan sekaligus mempertahankan kontribusi besar terhadap ekonomi daerah," kata Feni.

















