Mercedes-Benz 280 SL: Koleksi Habibie yang Diutangi Ridwan Kamil

- Mercedes-Benz 280 SL lahir sebagai simbol keanggunan di era 1960-an, dengan desain atap "Pagoda" yang ikonik dan distribusi luas ke berbagai belahan dunia.
- Mobil ini dibekali mesin 2.8 liter enam silinder segaris dengan tenaga sekitar 170 tenaga kuda, mampu mencapai kecepatan puncak sekitar 200 km/jam.
- Produksi Mercedes-Benz 280 SL berlangsung hingga 1971, dan kini menjadi koleksi mahal di era modern yang diburu oleh para kolektor dan rumah lelang.
Bandung, IDN Times - Mercedes-Benz 280 SL bukan sekadar mobil klasik, melainkan simbol keanggunan yang lahir di era 1960-an. Dengan desain atap khas “Pagoda” dan performa mesin yang tangguh, mobil ini langsung mencuri perhatian sejak pertama kali diperkenalkan pada 1967.
Sebagai bagian dari generasi W113, 280 SL hadir dengan kombinasi sempurna antara teknologi Jerman dan sentuhan estetika elegan. Tak hanya diminati di Eropa, distribusinya meluas ke Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, menjadikannya salah satu roadster paling ikonik dalam sejarah otomotif.
Mercy yang terlihat beda karena atap cekungnya yang mirip dengan bangunan pagoda ini sempat terparkir di garasi rumah B.J. Habibie, presiden ketiga Indonesia. Namun kini nasibnya telah berpindah tangan, setelah dikabarkan dibeli oleh eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan semangat bentuk penghormatan sekaligus pelestarian sejarah.
Belakangan transaksi itu menjadi sorotan. Pasalnya, Ridwan Kamil dikabarkan baru membayar separuh dari nilai kesepakatan transaksi sebesar Rp2,6 miliar, untuk roda empat dengan surat yang masih atas nama Habibie itu.
Kabar tersebut semakin mencuri perhatian, sebab kini Mercedes-Benz 280 SL berwarna biru tersebut tengah disita oleh KPK guna kepentingan pendalaman kasus dugaan korupsi Bank BJB.
Lebih dari setengah abad sejak peluncurannya, 280 SL masih dianggap sebagai mahakarya, terutama bagi penggemar pabrikan otomotif Jerman. Dari jalanan klasik hingga balai lelang internasional, pesonanya tetap memikat, membuktikan bahwa legenda sejati tak pernah lekang oleh waktu.
1. Dari lahirnya "Pagoda" hingga jadi ikon jalanan dunia

Mercedes-Benz 280 SL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 sebagai bagian dari generasi W113. Mobil ini menggantikan pendahulunya, 230 SL dan 250 SL, dengan membawa mesin yang lebih bertenaga.
Julukan “Pagoda” melekat padanya karena desain atap hardtop yang melengkung ke dalam, menyerupai arsitektur kuil Asia.
Di balik garis bodinya yang elegan, 280 SL lahir dari semangat era 1960-an: glamor, modern, dan penuh kebebasan. Ia bukan sekadar mobil, melainkan pernyataan gaya hidup. Tidak heran jika selebritas dunia seperti John Lennon hingga Sophia Loren pernah terlihat mengendarainya.
Distribusi 280 SL meluas ke seluruh dunia, terutama pasar Amerika Serikat yang kala itu lapar akan roadster bergaya Eropa. Di sana, 280 SL menjadi salah satu model paling laris di kelasnya. Seolah mobil ini menjembatani dua dunia: performa khas Jerman dengan sentuhan elegan yang disukai pasar global.
Hingga kini, warisan 280 SL masih terasa. Di banyak negara, ia dianggap sebagai karya seni berjalan, bukan sekadar kendaraan. Nilai koleksinya terus meroket, membuktikan bahwa pesona klasik memang tak pernah pudar.
2. Spesifikasi mesin yang halus tapi bertenaga

Mercedes-Benz 280 SL dibekali mesin 2.8 liter enam silinder segaris dengan injeksi bahan bakar mekanis Bosch. Mesin ini menghasilkan tenaga sekitar 170 tenaga kuda, cukup untuk membawa roadster ini melesat dengan percaya diri di jalan bebas hambatan.
Tenaga yang dihasilkan dialirkan melalui transmisi manual 4-percepatan atau opsional otomatis 4-percepatan yang lebih nyaman untuk pasar Amerika. Mobil ini mampu mencapai kecepatan puncak sekitar 200 km/jam, angka yang impresif di zamannya.
Suspensinya dirancang agar stabil dan halus, cocok untuk pengendaraan jarak jauh. Perpaduan antara handling presisi ala Mercedes dan kenyamanan kabin membuat 280 SL digemari banyak kalangan—mulai dari eksekutif muda, pengusaha, hingga bintang film.
Seperti simfoni klasik, suara mesin 280 SL menghadirkan harmoni antara kekuatan dan kelembutan. Ia tidak meraung liar, tapi menderu anggun, seolah berkata: “Saya bisa cepat, tapi tetap menjaga martabat!”
3. Dari klasik menjadi koleksi mahal di era modern

Produksi 280 SL berlangsung hingga 1971, dengan total sekitar 23 ribu unit yang diproduksi. Jumlah itu membuatnya cukup eksklusif, tapi tidak terlalu langka, sehingga mobil ini tersebar luas di berbagai belahan dunia.
Di era modern, 280 SL justru mengalami renaisans. Mobil ini diburu kolektor dan rumah lelang, dengan harga yang bisa menembus ratusan ribu USD, tergantung kondisi dan kelengkapannya. Semakin orisinal, semakin tinggi nilainya.
Banyak klub pecinta Mercedes di Eropa, Amerika, hingga Asia yang rutin mengadakan gathering khusus untuk merayakan warisan W113. Bagi mereka, 280 SL adalah simbol keanggunan, kecanggihan, sekaligus nostalgia akan masa lalu yang penuh romantisme.
Singkatnya, Mercedes-Benz 280 SL adalah perpaduan antara teknologi Jerman, desain ikonik, dan daya tarik emosional. Ia bukan sekadar kendaraan klasik, melainkan legenda otomotif yang terus hidup di hati para pencintanya.
Sayang, di Indonesia, sang legenda dengan nama Habibie sebagai pemiliknya kini harus tertidur di garasi KPK hingga kasus yang menjerat nama Ridwan Kamil menemui putusannya.