Upah Tak layak, Ribuan Warga Indramayu-Cirebon Tinggalkan Indonesia

- Pekerja migran asal Indramayu dan Cirebon dominan di sektor domestik dan perkebunan, dengan tujuan utama ke Hongkong, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Turki.
- Stabilitas penempatan PMI per bulan terjadi di Indramayu dan Cirebon selama semester pertama 2025, dengan jumlah tertinggi pada Januari.
- Tantangan dan peluang migrasi terstruktur muncul dengan tren peningkatan permintaan tenaga kerja terampil dari Jepang serta peningkatan kualitas dan keterampilan pekerja migran.
Cirebon, IDN Times - Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon kembali mencatatkan diri sebagai dua wilayah penyumbang tenaga kerja migran terbanyak di Indonesia untuk periode Januari hingga Juni 2025.
Data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menunjukkan bahwa Indramayu menduduki posisi teratas secara nasional dengan total penempatan 9.531 orang. Sementara Kabupaten Cirebon menempati peringkat ketiga dengan 5.070 orang, hanya terpaut sedikit dari Kabupaten Cilacap yang berada di posisi kedua dengan 5.664 orang.
Tren ini menunjukkan, wilayah Pantura Jawa Barat, khususnya Indramayu dan Cirebon, masih menjadi kantong utama pekerja migran Indonesia (PMI), khususnya di sektor domestik dan informal.
Indramayu, yang telah lama dikenal sebagai daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri, mempertahankan peran strategisnya di tingkat nasional, sementara Cirebon mengalami konsistensi peningkatan dalam pengiriman PMI setiap bulannya.
1. Sektor domestik dan perkebunan masih mendominasi

Pekerja migran asal Indramayu dan Cirebon sebagian besar bekerja di sektor rumah tangga, seperti pembantu rumah tangga (house maid) dan perawat lansia atau orang sakit (caregiver).
Selain itu, banyak juga yang bekerja di bidang domestic worker, plantation worker, serta sektor manufaktur. Negara tujuan utama mereka meliputi Hongkong, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Turki.
Hongkong tercatat sebagai negara favorit bagi PMI asal Indramayu, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai caregiver dan pekerja domestik. Sementara Taiwan dan Malaysia menjadi tujuan utama bagi PMI dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Permintaan yang terus meningkat dari Jepang untuk tenaga kerja terampil dan bersertifikat di bidang industri dan kesehatan turut menarik minat pekerja migran asal Jawa Barat, termasuk dari Cirebon dan Indramayu.
Turki, yang dalam dua tahun terakhir mulai masuk dalam daftar negara tujuan PMI, menjadi alternatif yang menjanjikan, meskipun skalanya masih lebih kecil dibanding negara-negara Asia Timur.
2. Stabilitas penempatan PMI per bulan

Berdasarkan catatan BP2MI, jumlah PMI asal Indramayu selama semester pertama 2025 menunjukkan tren yang stabil, berkisar antara 1.500 hingga 1.700 orang per bulan.
Pada Januari tercatat 1.573 orang diberangkatkan, lalu meningkat menjadi 1.717 orang pada Februari, dan kembali sedikit turun pada Maret dengan 1.547 orang. Angka tertinggi terjadi pada Februari, sementara Juni tetap mencatat angka signifikan, yakni 1.628 orang.
Kabupaten Cirebon mengalami pola serupa, meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan Indramayu. Pada Februari, Cirebon mengirim 938 PMI, tertinggi dalam enam bulan pertama. Penurunan terjadi pada April dengan 724 orang, sementara bulan-bulan lainnya relatif stabil di kisaran 800 hingga 900 orang.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Cirebon, Novi Hendrianto, menyatakan bahwa mayoritas PMI dari Cirebon adalah perempuan yang bekerja di sektor domestik.
“Kami melakukan pelatihan keterampilan dan sertifikasi secara berkala agar calon PMI memiliki daya saing yang lebih baik, terutama di negara-negara yang menerapkan standar tinggi seperti Jepang dan Hongkong,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
3. Tantangan dan peluang migrasi terstruktur

Secara nasional, total penempatan PMI pada semester I 2025 mencapai 135.191 orang. Distribusi bulanan menunjukkan angka tertinggi pada Januari (25.642 orang) dan cenderung menurun hingga April (19.069 orang).
Sisa penempatan untuk bulan Mei dan Juni masih dalam kisaran moderat, menunjukkan adanya stabilitas dalam pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.
Selain Indramayu dan Cirebon, beberapa daerah lain juga memberikan kontribusi besar dalam penempatan PMI, seperti Blitar (4.425 orang), Ponorogo (4.423 orang), Malang (4.258 orang), dan Lombok Tengah (4.193 orang).
Sementara itu, kategori “lainnya” dalam laporan BP2MI mencakup puluhan kabupaten/kota yang secara kolektif menyumbang lebih dari setengah dari total PMI nasional, yakni 74.717 orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren migrasi tenaga kerja mulai bergeser dari sektor informal menuju sektor formal, terutama dengan meningkatnya permintaan dari Jepang untuk tenaga kerja terampil.
Hal ini membuka peluang migrasi terstruktur yang lebih aman dan terjamin bagi para pekerja migran, namun juga menuntut peningkatan kualitas dan keterampilan.
Pemerintah daerah dan BP2MI diharapkan terus bersinergi agar kontribusi pekerja migran tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah melalui remitansi, tetapi juga membawa dampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat di daerah asal.