Suasana HUT RI di Bandung, Pengibaran Bendera Hingga Bantuan Veteran

- Pengibaran bendera raksasa di Bandung dilakukan di Persimpangan Jalan Dago Cikapayang, Kota Bandung pada pukul 10.17 WIB.
- Berbagai komunitas ikut merayakan HUT RI dengan kegiatan pengibaran bendera pusaka dan upacara peringatan di sekolah-sekolah.
- Sejumlah seniman di Kota Bandung menggelar upacara memperingati HUT ke-80 RI sebagai bentuk protes terhadap penempatan TPST yang dinilai kurang tepat.
Bandung, IDN Times - Pengibaran bendara ukuran besar dilakukan di i Persimpangan Jalan Dago Cikapayang, Kota Bandung atau Jalan Ir H Djuanda pada pukul 10.17 WIB. Masyarakat berjalan, berolahraga, hingga berkendara pun menghentikan aktivitasnya untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Yang unik, pengibaran bendera di Persimpangan Dago Cikapayang, bendera raksasa berukuran 20x6 meter ini diturunkan dari atas Flyover Kusumah Atmaja atau Pasupati. Bendera itu diturunkan oleh 8 orang petugas Diskar PB Kota Bandung. Dalam penurunan bendera ini, empat orang turun dari atas flyover dan empat orang lainnya menunggu di bawah sambil mengerek tali bendera. Ketika bendera diturunkan, lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan.
"Luar biasa sekali, keren banget petugasnya, pemandangan tak biasa," kata Levi salah satu warga.
Levi mengaku jika dia pertama kali menyaksikan bendera raksasa dibentangkan di flyover.
Sementara itu, Danru Penyelamatan Pleton 3 Diskar PB Kota Bandung Encep Iman Nurdin mengataka, tidak mudah melakukan penurunan bendera raksasa itu. "Alhamdulilah ini luar biasa, ini ekspresi kita cinta kepada tanah air, ini tidak mudah, bendera tidak kecil 20x6 meter," kata Encep.
Diskar PB Bandung juga harus melakukan persiapan khusus untuk melakukan menurunkan bendera merah putih itu. "Sejauh ini kita tidak ada kendala, selama tadi pemasangan sistem jam 1, kita lakukan gladi kotor, gladi bersih, sampai pelaksanaan alhamdulillah lancar," ujarnya.
1. Berbagai komunitas ikut merayakan

Kepala Bidang Ideologi Kesbangpol Kota Bandung, Aswin Sulaeman menerangkan, kegiatan ini berbarengan dengan pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka.
“Momentum ini membuktikan bahwa masyarakat ingin ikut terlibat. Tidak ada istilah orang enggan berpartisipasi. Justru ini jadi kekuatan kita menjaga persatuan,” jelas Aswin.
Ia pun berpesan agar masyarakat Bandung, dengan kepemimpinan baru, tidak mudah terpecah.
“Kita perlukan satu bahasa. Jangan sampai terjadi perpecahan. Bandung harus bersatu lagi, jangan sampai gampang dikompori untuk diadu domba,” ujarnya.
Di tengah kerumunan, tampak berbagai komunitas ikut serta, salah satunya Komunitas Kampung Film Black Team. Ketua komunitas tersebut, Gugum Gumilar, memberikan pandangannya. Menurutnya, Program 3 menit untuk Indonesia ini dapat meningkatkan rasa nasionalisme di masyarakat.
"Jika dulu para pahlawan kita berjuang ratusan tahun melawan penjajah, masa kita malas untuk 3 menit menghormati bendera? Saya mengajak seluruh masyarakat meluangkan waktu sejenak ini, karena itu bagian dari mengenang jasa pahlawan,” ujarnya.
2. Jangan lupakan semangat para pejuang

Di tempat lain, Masyarakat Tionghoa Peduli (MTP) menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Sekolah Trimulia Kristen, Jalan Dr. Djunjunan, Pasteur, Kota Bandung, Sabtu (17/8/2025).
Upacara berlangsung khidmat dengan Inspektur Upacara Dirbang Riset RSPAD Gatot Subroto Brigjen TNI Jonny. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya peran serta masyarakat Tionghoa dalam mengisi kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan.
“Momentum ini untuk memperingati hari kemerdekaan kita yang ke-80, terutama dari masyarakat Tionghoa yang setiap tahun berpartisipasi. Kami juga ingin memberikan penghargaan kepada para pejuang, khususnya dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Kota Bandung maupun Jawa Barat,” ujar Brigjen Jonny.
Perwakilan MTP, Joni Toat, menjelaskan bahwa upacara ini sudah rutin digelar sejak empat tahun terakhir. Awalnya, MTP bergabung dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, namun sejak pandemi COVID-19, kegiatan dilaksanakan secara mandiri dan bergilir di berbagai sekolah.
“Pertama di Yayasan Harapan Kasih, lalu di Citra Cemara, dan tahun ini di Trimulia. Tahun depan sudah ada sekolah lain yang mengajukan diri. Ini bentuk kepedulian kami agar generasi muda menghargai jasa para pahlawan,” ucap Joni.
Selain upacara, MTP juga membagikan 1.100 paket kebutuhan dasar (KDD) kepada LVRI Kota Bandung, Jawa Barat, serta sejumlah organisasi penyandang disabilitas.
3. Peringatan HUT RI juga dilakukan di TPST Baksil

Tepat pada hari kemerdekaan tahun ini juga, sejumlah seniman di Kota Bandung menggelar upacara memperingati HUT ke-80 RI di sebelah TPST Babakan Siliwangi. Ini sebagai bentuk protes terhadap penempatan TPST yang dinilai kurang tepat.
"Jadi kalau lihat kemerdekaan 80 tahun, tadi saya sudah sampaikan dalam orasi budaya tadi. Sekarang itu yang menjajah kita itu bukan hanya seperti dulu lagi, tapi orang-orang paling dekat, kadang-kadang ya, lingkungan terdekat sini," kata Pembina Upacara Tisna Sanjaya.
Sejumlah fasilitas umum tersedia di hutan kota ini. Diantaranya seperti forest walk, taman, hingga arena olahraga. Hal ini lah yang menurutnya TPST harus segera dipindahkan.
"Bayangkan disitu ada sanggar olahraga, disini ada tempat olahraga, ini ada tempat yang sejuk, tiba-tiba langsung membuat tempat sampah disini. "Ini sangat keliru. Menurut saya ini harus segera pergi dari sini," imbuhnya.
Dia pun menyinggung soal kondisi terkini pengelola sampah di Kota Bandung yang tak kunjung membaik. Mulai dari pengambilan sampah yang kerap melewati jadwal hingga pembangunan TPS atau TPST di tempat publik.
"Ya kalau lihat sekarang jelas sekali, ini betul-betul menyedihkan sekali ya, karena ini tuh kan tempat wisata, orang-orang lihat di atas, begitu nikmatnya datang ke sini. Jadi sulit di Bandung itu mencari tempat yang senyaman ini, disana tempat olahraga, ada tempat berenang, terus disana ada para intelektual, ada wisuda segala macam," bebernya.
Selain upacara, kritik juga disampaikan dalam karya seni lainnya seperti melukis, baca puisi, hingga teatrikal. Tisna berpesan agar semua aspek, baik dari pemerintah hingga masyarakat melakukan evaluasi guna membangun Indonesia yang lebih baik.