Sesar Lembang Tunjukkan Aktivitas, Waspadai Dampaknya

- Sesar Lembang aktif, picu gempa di Bandung Barat dengan magnitudo kecil.
- Peneliti BRIN: Gempa belum tentu foreshock, masyarakat tetap waspada.
- Siklus pelepasan energi Sesar Lembang 170-560 tahun, kesiapsiagaan masyarakat utama.
Bandung, IDN Times - Rentetan peristiwa gempa bumi dengan magnitudo kecil dirasakan sebagian wilayah di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Ngamprah beberapa waktu lalu. Gempa itu dipicu oleh aktivitas dari Sesar Lembang yang mana wilayahnya terletak di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Diketahui, Sesar Lembang merupakan patahan aktif sepanjang 29 KM, membentang dari Padalarang Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan berakhir di Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Sesar ini terdeteksi mengalami aktivitas hingga menimbulkan rentetan gempa bumi, tercatat tiga kali dalam sepekan di pertengahan Agustus 2025.
Adapun tiga gempa magnitudo rendah itu terjadi pada Kamis (14/82025) di wilayah KBB dengan Magnitudo 1,8, lalu kembali terjadi pada Selasa (19/8/2025) dengan magnitudo 2,3 dan Rabu (20/8/2025) dengan magnitudo 1,7. Hal ini menimbulkan tanya di kalangan masyarakat: apakah berpotensi memunculkan gempa dengan kekuatan yang lebih besar atau apakah ada akibat lainnya?
1. Belum bisa dipastikan apakah akan ada gempa susulan dengan magnitudo lebih besar

Menjawab hal itu, Peneliti Sesar Lembang dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono mengatakan, rentetan gempa Sesar Lembang tidak bisa langsung disimpulkan sebagai gempa pendahuluan atau foreshock. Akan tetapi, masyarakat tetap harus waspada terhadap peristiwa tersebut.
"Jelas kita merasakan gempa-gempa kecil di KM 6 di Ngamprah dari Sesar Lembang. Kami sebagai scientist belum bisa memastikan apakah ini akan disusul gempa besar, atau hanya gempa kecil terus diam, dua hal yang bisa terjadi," kata Mudrik kepada awak media di Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), dikutip Senin (25/8/2025).
Lebih lanjut, Mudrik mengungkapkan, muncul juga gempa di Kabupaten Bekasi yang disebut dipicu oleh Sesar Baribis. Sehingga, baik gempa di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bekasi tetap harus diwaspadai.
"Saya setuju dengan BMKG, mereka khawatir ini sebagai Foreshock, kemarin setelah Sesar Lembang ada gempa di Bekasi yang juga bisa sebagai foreshock. Jadi bisa jadi gempa besarnya di sini atau Sesar Baribis, kita tidak tahu mana yang lebih duluan," ungkapnya.
2. Kemungkinan seratys tahun yang akan datang gempa hebat bisa terjadi

Berdasarkan data yang dimiliki BRIN, Sesar Lembang telah masuk dalam rentang waktu pelepasan energi besar sejak abad 15, tepatnya dalam tentang tahun 1450-1460. Dari penelitian tersebut, Sesar Lembang memiliki siklus pelepasan energi 170 hingga 560 tahun.
"Sudah, dari penelitian yang kami lakukan, dia itu siklusnya dari 170 sampai 670 tahun, berdasarkan rekaman sedimentasi geologi yang kami lakukan itu pada abad ke 15. Jadi sudah 560 tahun hingga saat ini, di mana 560 tahun itu masuk pada range ulang tahun gempa bumi. Dengan begitu bisa terjadi sekarang atau seratus tahun yang akan datang," katanya.
Dengan kondisi ini, Mudrik menyampaikan, kesiapsiagaan pemda dan masyarakat saat ini lebih utama daripada kehadiran alat pendeteksi getaran gempa yang menjadi bagian dari Early Warning System (EWS) dalam menghadapi Sesar Lembang.
Apalagi, Wilayah Bandung Raya memiliki jarak yang relatif sangat dekat dengan garis Sesar Lembang. Diprediksi, daya rambat getaran gempa Sesar Lembang akan lebih cepat dibandingkan dengan langkah-langkah mitigasi setelah sensor menangkap getaran gempa.
"Jeda waktu yang diselamatkan kan sangat kecil, hanya beberapa detik. Bandung itu sangat dekat dengan sumber Sesar Lembang, jadi secara teori lebih baik kesiapsiagaan kapasitas dari masyarakat yang ditingkatkan," kata Mudrik.
3. Paling penting saat ini mitigasi harus terus dilakukan

Mudrik menilai tingkat kesadaran Pemerintah Daerah (Pemda) Bandung Raya terhadap ancaman Sesar Lembang sudah baik. Beberapa langkah-langkah preventif maupun peningkatan edukasi mitigasi pun sudah dilakukan.
"Sejauh ini Pemda sudah bisa menerima fakta ini, itu yang nomor satu. Kedua mengubah, memperbaiki, dan mempersiapkan (terjadinya gempa) karena langkah kewaspadaan tidak bisa dilakukan dengan cepat, apalagi untuk mengubah bangunan yang sudah ada. Kesiapsiagaan, kapasitas penduduknya luar biasa, sudah disosialisasikan," katanya.