Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PT Gajah Angkasa dan Gajah Paragon, Dua Perusahaan Penyuplai Baju TNI

PT Gajah Angkasa Perkasa di Bandung, Jawa Barat
PT Gajah Angkasa Perkasa di Bandung, Jawa Barat. (IDN Times/Debbie Sutrisno)
Intinya sih...
  • Pembuatan kain dan jahit dibuat di perusahaan berbeda
    • PT Gajah Angkasa Perkasa membuat bahan dasar pakaian TNI
    • PT Gajah Mitra Paragon melakukan jahitan seragam TNI
    • Tender pakaian dilakukan PT Gajah Paragon
      • Gamion, perusahaan garmen, mendapatkan tender dari PT Gajah Paragon
      • Bahan utama kain didapat dari PT Gajah Angkasa Perkasa
      • Perubahan motif dianggap tak relevan
        • Mantan Kepala BAIS menilai perubahan motif seragam PDL
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times -Tentara Nasional Indonesia (TNI) kini punya wajah baru setelah secara resmi memamerkan perubahan seragam pakaian dinas lapangan (PDL) jelang gelaran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 TNI. Kini motif seragam yang digunakan prajurit militer Indonesia beralih dari loreng malvinas, menjadi sage green.

Berdasarkan informasi yang IDN Times peroleh, seragam tersebut diproduksi oleh PT Gajah Mitra Paragon yang berlokasi di Bandung. Anggaran pengadaan seragam tersebut diambil dari Kementerian Pertahanan.

IDN Times coba mendatangi perusahaan ini yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bandung. Dari tampak depan, terpampang langsung tulisan PT Gajah Mitra Paragon atau lebih sering disebut Gamion. Di atas tulisan perusahaan terdapat gambar gajah dengan tiga bintang di bagian atas kepala. Semua logo berwarna merah.

Berdasarkan situs resmi yang diakses, PT Gajah Mitra Paragon didirikan pada 2015 di Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak di bidang tekstil dan pakaian jadi nomor satu di Indonesia. Ia merupakan anak usaha dari PT Gajah Angkasa Perkasa.

Mereka tidak hanya memproduksi seragam saja, tetapi turut merambah ke sepatu, aksesoris, batik, celana hingga baju koko. Di bagian pelanggan, PT Gajah Mitra Paragon turut melampirkan sejumlah klien yang pernah diajak bekerja sama. Mulai dari TNI, kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), Sekolah Intelijen Negara, dan imigrasi

1. Pembuatan kain dan jahit dibuat di perusahaan berbeda

WhatsApp Image 2025-10-08 at 09.47.41.jpeg
PT Gajah Mitra Paragon di Bandung, Jawa Barat. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Sebagai induk perusahaan, PT Gajah Angkasa Perkasa, merupakan pembuat kain yang menjadi bahan dasar untuk pakaian TNI tersebut. Namun, dua perusahaan ini tidak berjauhan, berada di satu jalan utama yaitu Jalan Sudirman.

PT Gajah Angkasa Perkasa berada di Jalan Sudirman Nomor 823, sedangkan PT Gajah Mitra Paragon berada di Jalan Sudirman Nomor 600.

IDN Times pun sempat mendatangi PT Gajah Angkasa Perkasa untuk melihat secara langsung pembuatan bahan pakaian TNI. Namun, dari pihak perusahaan belum memberikan izin secara resmi.

Vera, Kepala HRD PT Gajah Angkasa Perkasa saat akan ditemui tidak berkenan karena sedang bersama tamu. Terkait permintaan wawancara pun dia akan berkoordinasi dulu dengan pucuk pimpinan perusahaan.

"Oke nanti kami hubungi terkait hal di atas (permintaan wawancara) bisa atau tidaknya," ujar Vera, Rabu (8/10/2025).

2. Tender pakaian dilakukan PT Gajah Paragon

(IDN Times/Santi Dewi)
Ilustrasi prajurit Kostrad ketika HUT ke-80 TNI di Monas pada 5 Oktober 2025. (IDN Times/Santi Dewi)

Berdasarkan informasi dari salah satu pegawai di PT Gajah Angkasa Perkasa, menuturkan bahwa untuk tender pakaian sebenarnya bisa dilakukan oleh Gamion selaku perusahaan garmen. Ketika mereka mendapatkan tender maka bahan utama kain yang didapat ini dari PT Gajah Angkasa Perkasa.

"Kalau yang tender itu paragon, tapi kainnya kita yang bikin (PT Gajah Angkasa Perkasa)," ungkap dia.

3. Perubahan motif dianggap tak relevan

IMG-20251006-WA0000.jpg
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI M Tonny Harjono memberikan apresiasi kepada Tim Demo Udara pada Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 TNI yang tampil memukau (dok. Dispenau)

Sementara, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), Laksamana Muda (Purn) Soleman B. Ponto menilai perubahan motif loreng di seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) bukan sesuatu yang mendesak. Menurutnya, perubahan motif seragam tersebut malah menghabiskan anggaran negara.

"Dulu kan sudah ada satu seragam di TNI, hijau malvinas itu. Sama saja kan? Kenapa sekarang bikin baru lagi? Kenapa gak balik lagi saja ke hijau TNI (malvinas)?" ujar Ponto ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Selasa (7/10/2025).

"Ini tidak urgent juga. Dulu milliter pernah pakai satu seragam yang sama TNI, lalu kembali ke masing-masing matra bikin sendiri, sekarang mau disamakan lagi. Kan berapa banyak duit habis itu?" tanyanya lagi.

Ia pun mempertanyakan pernyataan TNI yang menyebut pergantian motif agar lebih mudah tersamarkan sesuai dengan vegetasi Indonesia ketika berperang. Dalam pandangannya, tugas TNI untuk mempertahankan diri dari ancaman luar negeri.

"Artinya (kalau dari pernyataan itu), kita mau berperang di Indonesia? Ini kita mau berperang di negara sendiri dong?" tanyanya.

Ponto menggarisbawahi justru yang harus dihindari jangan sampai terjadi peperangan di wilayah sendiri. Peperangan terjadi bila ada tentara dikirim ke luar negeri atau mempertahankan diri dari ancaman pihak luar.

"Itu gimana logika berpikirnya? Perang kok mau di Indonesia," imbuhnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Wakil Gubernur Jabar Minta BGN Tutup SPPG Tidak Memiliki SLHS

08 Okt 2025, 15:40 WIBNews