Profil Helianti Hilman dan Mengapa Kita Harus Bangga Padanya

PT. Kampung Kearifan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Javara, telah dirintis oleh Helianti sejak 2008. Kini, menurut berbagai informasi, Javara telah memiliki sekitar 900 jenis produk di mana 250 produk di antaranya telah memperoleh sertifikat organik berstandar internasional.

Hebatnya, dari jumlah tersebut, Javara hanya memproduksi kurang dari sepuluh produk. Ratusan produk sisanya merupakan hasil produksi komunitas petani yang sebelumnya telah menjalani kerja sama seperti joint venture, investasi murni, sharing saham, dan pinjaman alat atau modal.

Meski produk pertaniannya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, masyarakat Ibu Kota Jakarta dapat mengenal Javara dengan mengunjungi toko mereka yang berdiri di Jalan Kemang Utara, Jakarta Selatan.

Toko Javara didesain untuk dapat memberi pengetahuan baru bagi pengunjungnya, dengan menampilkan berbagai informasi terkait ekosistem beserta segala kekayaannya yang menjelma menjadi produk siap pakai. Maka itu, jika kalian berkesempatan mengunjungi Toko Javara, bisa dipastikan seluruh produk yang dilihat merupakan produk lokal Indonesia.

Sebenarnya kesuksesan Javara saat ini tidak diraih Helianti dengan mudah. Ia mengalami jatuh-bangun, sebelum menjadi social entrepreneur seperti saat ini.

Semasa hidupnya, Helianti mengalami berbagai macam rintangan sebelum ia benar-benar dipandang sebagai seorang social entrepreneur. Menurut pemberitaan Kompas yang diterbitkan pada 12 Agustus 2018, Helianti gagal sebanyak tiga kali sebelum benar-benar dapat mendirikan Sekolah Seniman Pangan.

Kegagalan sebanyak tiga kali membuatnya kenyang akan pengalaman, sehingga akhirnya dapat berkolaborasi dengan 52 ribu petani di seluruh Indonesia. Kini, singkat cerita, produk pertaniannya di bawah bendera Javara telah diekspor ke 23 negara.

Tidak sampai di sana, Helianti pun tak mau orang lain mengalami berbagai kegagalan seperti yang ia dapatkan. Sehingga, dengan semangat itu, ia mendirikan Javara Academy atau Sekolah Seniman Pangan.

Pada titik itu, nama Helianti semakin terdengar ke seluruh penjuru Indonesia. Peserta daripada Javara Academy merupakan anak-anak petani yang tertarik untuk belajar dan mengasah ide, guna mencipta produk yang memang diperlukan pasar.

Berkaca dari pengalamannya di lapangan, Helianti menyadari bahwa menghasilkan entrepreneur tidak dapat ditempuh dengan cara instan. Maka itu, ia tidak hanya menyediakan layanan short course bagi calon entrepreneur yang memiliki daya juang tinggi, melainkan Helianti juga menyediakan program jangka panjang selama dua tahun bagi yang memerlukannya. Program tersebut digelar di Bekasi.

Pendidikan yang diberikan oleh Javara Academy dipastikan 100 persen tidak dibayar menggunakan fresh money, meski peserta harus bekerja untuk mengganti biaya pendidikan tersebut. Artinya, dengan bekerja di Javara Academy, peserta didorong untuk mampu menghasilkan produk dan menjualnya untuk mengganti biaya pendidikan.

Solusi yang ditawarkan Helianti lewat Javara Academy sebenarnya tak begitu saja muncul ke permukaan. Ide tersebut lahir dari berbagai obrolan antara Helianti dengan para petani di banyak daerah di Indonesia.

Kerap kali petani mengeluhkan berbagai macam dinamika di industri pertanian, salah satunya ialah adanya perasaan dikriminalisasi oleh korporasi besar di mana tentu akan merugikan petani. Ketidak-adilan itu yang pada akhirnya membuat Helianti memberanikan diri untuk memulai Javara.

Helianti dan suaminya, Dian Patria, tercatat pernah berkeliling banyak daerah di Indonesia dan tinggal bersama para petani selama tiga bulan lebih lamanya. Maka itu jangan heran jika pengalaman menarik di industri pertanian kerap ia alami, salah satunya pengalamannya yang didapat di wilayah Jawa Barat.

Ketika itu selepas shalat Subuh, ia diajak pergi ke sawah oleh petani. Sesampainya di lahan pertanian, Helianti diminta untuk melepas sepatunya. Permintaan itu disampaikan petani dengan alasan bahwa mengunjungi lahan pertanian adalah kegiatan bersilaturahmi dengan bumi dan tanaman, sehingga melepas sepatu adalah upaya agar tidak ada jarak antara Helianti dan bumi.

Permintaan itu nyatanya telah membuat Helianti tersadar bahwa bertani merupakan pekerjaan yang spesial karena perlu langkah spiritual. Bahkan, petani tersebut berkata pada Helianti bahwa ketika mood-nya sedang tidak bagus, ia lebih baik batal bertani daripada membuat susah padi-padinya.

Berbagai pengalaman Helianti dan para petani menjadi energi tersendiri yang membuat Javara berdiri hingga saat ini. Saban dua tahun sekali, Helianti bahkan mengirim petani ke Italia untuk berbagi pengalaman menarik bersama petani di sana.

Kini Helianti merupakan pahlawan di mata para petani. Ia merupakan sedikit orang di Indonesia yang berhasil mengangkat derajat petani dengan menempatkannya di panggung yang istimewa. Helianti seakan telah mengajarkan kita bahwa pengetahuan dan teknologi yang tepat dapat membawa petani-petani Indonesia hidup dengan sejahtera.

Pada Jumat, 24 November 2023, Helianti Hilman akan tampil untuk gelaran Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023. Ia akan menjadi salah satu pembicara untuk tema Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned.

Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023 sendiri merupakan sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Millennial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema Purposeful Progress, IMGS 2023 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara. IMGS 2023 diadakan pada 24-26 November 2023 di Pulau Satu dan Dome Senayan Park, Jakarta.